Sosok misterius 2

(Anaya Gadis berusia 9 Tahun, yang mempunyai wajah cantik, rambut panjang, kulit putih langsat.)

(Janson Bram adalah Anak Laki Laki yang muncul di saat Anaya ingin pergi ke pemakaman kedua orang tuanya. Pertemuan itu terjadi saat keduanya bertabrakan di sebuah perempatan jalan.)

(Hermawan, ia adalah Ayah Anaya yang wafat ketika mereka ingin kembali ke kota bansar, mobil yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan.)

(Linda, ia istri Hermawan yang merupakan Ibu Anaya yang juga wafat saat kecelakaan.)

(Mang Umang adalah Supir terpercaya beliau telah bekerja untuk keluarga Anaya. Pekerjaannya menjadi supir di keluarga mereka, selain itu sudah dianggap keluarga sendiri.)

(Aditya, ia Anak sulung Mang Umang, juga telah menyelamatkan Anaya saat kecelakaan. Sayangnya ia ditemukan meninggal tidak wajar di depan rumah Anaya bersama Ayahnya Mang Umang. Saat tragedi kecelakaan Ayah dan Ibu Anaya beberapa minggu setelahnya. )

(Bi Marni, Istri dari almarhum Mang Umang yang membenci Anaya karena menganggap Anaya pembawa petaka bagi keluarganya.)

(Bi Imah, ia tetangga Anaya yang tinggal di sebelah rumahnya. Bertetangga dekat sekali. Namun ia mengusir Anaya kembali ke rumahnya karna menganggap Anaya adalah Anak yang telah dikutuk.)

(Kini setelah pertemuan itu, Anaya dan Janson tengah duduk di atas sofa, tepatnya ruang tengah di rumah Gadis itu. Sekarang tidak ada lagi hal yang perlu mereka lakukan kecuali untuk menunggu hujan reda, Karna Janson harus pulang ke rumahnya, Ayahnya akan cemas mencarinya jika ia tidak segera beranjak pulang.)

Diantara guntur dan kilat petir yang menyambar berturut turut, awan hitam yang berkumpul membuat langit kelam namun membuat tetes air hujan bagaikan berirama saat jatuh di atas atap rumah, plafon atau tempat tempat lainnya.

Kegaduhan di langit sama sekali tidak dihiraukan oleh dua orang Anak kecil sedang menghabiskan waktu dengan bercengkrama satu sama lain, berusaha mengusir suara gemuruh di atas langit. Janson berfikir Ayahnya pasti akan cemas mencarinya kemana mana, mungkin Ayahnya akan menelfon polisi karena panik, karena Janson tak kunjung pulang ke rumah.

Tapi Janson berusaha tidak terlihat cemas di depan Anaya. 'Masa aku cowok yang cemen, aku harus terlihat kuat di depan seorang Gadis, yah aku Janson. Aku adalah lelaki kuat.'

JEDAR!!

Petir mendadak menghantam atap rumah Anaya, Janson yang berbicara di batinnya mendadak berteriak.

"Aduh,.. Ya ampun, aduh!!" Janson terlihat meringkuk sambil menutup kedua telinganya ketika petir itu mendadak menggelegar di kawasan rumah Anaya, terdengar amat kencang, membuat terkejut orang yang mendengarnya. Anaya yang melihat Janson ketakutan karena gunturpun tengah menahan tawa. Ternyata Lelaki seperti Janson takut petir toh. Janson yang melihat Anaya menahan tawa membentaknya.

"Apa kau mau menertawakanku heh!" Bentak Janson, ia tidak terima diledek dengan tawaan Gadis itu.

"Tidak." Untuk menghindari pertengkaran kecil Anaya memilih untuk tidak menanggapi raut wajah lucu Janson, ia hanya menjawab singkat, Janson terlihat menahan kekesalannya, mukanya merah padam. Anaya di samping sofa Janson menyeruput lagi cokelat panas itu. Janson terlihat sebal sendiri.

Waktu terus merangkak maju. Rupanya hujan itu tak kunjung reda malah semakin lebat, Anaya beranjak sebentar ke lantai dua, Gadis itu melangkah menaiki Anak tangga menuju lantai dua hendak mandi dan mengambil selimut untuk Janson yang sekarang tertidur pulas.

SEBELUM.ANAYA MENAIKI TANGGA KE LANTAI 2

"Oh iya Janson, eh.. Dia tertidur!" Anaya menoleh ke sofa tempat Janson membaringkan badannya di sana.

Setelah mereka bercakap cakap singkat, Janson berbaring mendengarkan irama air hujan, lama kelamaan dia mengantuk dan tertidur pulas di atas sofa tersebut, Anaya tersenyum tipis melihatnya. Ia segera beranjak berdiri dan melangkah pergi.

*****

SETENGAH JAM KEMUDIAN.

Anaya sudah meninggalkan lantai 1, Janson terlihat terlelap di sofa sementara hujan di luar sana sudah berganti rintik kecil, meski angin kencang terhembus beberapa kali, dan guntur masih menggelegar disertai angin kencang. Janson gemetaran karena suhu yang mulai dingin di lantai bawah, Anak Lelaki itu terbangun karenanya. Ia menggigil merasakan hawa yang menusuk ke dalam kulitnya. Kakinya mulai bergerak ke lantai dan menginjak lantainya yang dingin.

Kesadarannya kembali, ia menatap sofa seberang.

"Eh, Anaya kemana?" Gumam Janson.

"Anaya, kau dimana? Ana-"

JEDAR..

Petir berikutnya membuat Janson terperanjat lalu menoleh ke segala arah.

Dia mulai melangkah ke lorong menuju dapur untuk mencari Anaya, Gadis yang dicari Janson justru tengah tertidur pulas, di lantai atas. Ia lupa tidak memberikan Janson selimut.

Janson terus melangkah menuju dapur yang cahayanya terlihat temaram. Situasinya tidak mendukung seperti saat Anaya menyalakan lampu dapurnya, dengan kondisi sekitarnya langkah Janson sangat jelas bahwa yang ia rasakan adalah rasa takut dan cemas, Anak Lelaki itu mulai mendorong pintu dapur membuka pintunya. Sayangnya Ia tidak menemukan seorangpun disana, yang ada hanya setoples kue kering yang dibungkus kain.

Janson tetap melangkah memasuki dapur itu. Ia mulai memeriksa dapur itu kalau Anaya memang masih di sana, tapi ia tidak menemukan Gadis itu. Di tengah rasa bingung yang melandanya perutnya seketika berbunyi, Janson kelaparan ia memandag toples kue itu, lalu tanpa fikir panjang Janson memakan kue kue itu dengan lahapnya.

Anak itu membuka toples kue dan mencicipinya. Rasa kue itu memang enak jadi Janson meneruskan.

"Wah, kuenya enak,. " Janson akhirnya menghabiskan semua kue itu. Tanpa sisa sedikitpun. Ketika ia ingin beranjak menuju ruang tengah lagi, ia merasakan mulas pada perutnya.

"Aduh, kok mulas sih, apa ini gara gara kue itu." Janson menoleh kesana kemari ada yang mencurigakan ia merasa diperhatikan, ia ketakutan dan berlari menuju anak tangga. Hendak mencari Anaya, juga bertanya tentang dimana toilet. Karena perut Janson mengalami diare.

Anaya sendiri terbangun tiba tiba karena sebuah ketukan yang datang dari luar jendela kamarnya. Anaya langsung berdiri, hendak melihat siapa?, atau apa!?, yang mengetuk jendelanya.

Anaya telah membuka jendela kamarnya melongok ke samping kiri - kanan, atas - bawah tapi tidak melihat apapun, hanya semilir angin dingin dan rintik hujan yang masih turun dari atas langit. "Tidak ada siapapun! Aku yakin ada yang mengetuk ngetuknya tadi!" Ucapnya. Anaya ingin melongok lebih ke bawah, tapi niatnya terhalangi.

"ANAYA!!,.. " Teriakan itu melengking sampai terdengar dari lantai 2, teriakan itu milik Janson, ia dilanda ketakutan dan tidak tau dimana letak kamar Anak Gadis itu, jadi ia berteriak saja supaya Anaya mendengarnya.

Jon yang walaupun sudah berada di lantai atas, masih ketakutan. Ada sesosok hitam yang mengintai dan mengikutinya saat ia meninggalkan dapur. Janson padahal tidak membuka jendela apapun. 'Bagaimana bisa ada orang masuk' fikir Janson. Anak lelaki itu mengira ada penjahat yang tengah mengincar mereka berdua. Padahal kalau dilihat lagi dengan seksama, tentu saja bukan! Sosok itu lebih mirip siluman bertaring.

Sesosok hitam itu mendesis desis, menggerung. Janson tidak mendengar suara desis - gerungan itu karena terlalu samar. Dia terus berteriak - teriak memanggil Anaya.

"ANAYA, HEI, ANAYA. KAMARMU DIMANA?" Janson kini langkahnya berhenti di lorong terakhir.

Anaya langsung menutup jendela yang tadi ia buka, menutupnya rapat lagi. "Astaga, aku lupa tidak memberikan selimut ini pada Janson. Aduh! Dia pasti bangun karena kedinginan." Anaya bergegas meraih sebuah selimut, satu tangannya memengang gagang pintu.

Tepat Anaya membuka pintunya, Janson yang tengah bersandar di sebuah pintu terjengkang ke belakang, Janson dan Anaya terkejut bersamaan, Anaya terkejut bukan karena Janson yang tiba tiba ada di pintu kamarnya, Melainkan ia ditindih oleh punggung Janson saat pintu terbuka, "Aduh." Anaya meringis, sikunya tergores akibat menabrak bangku. Siku Anaya langsung berdarah.

Janson yang wajahnya pucat pasi karena ketakutan plus sedang menahan BABnya merangkak dan meminta maaf, ia tidak tau ternyata itu kamar Gadis itu. Anaya mengangguk tidak masalah, luka itu cuma sedikit, bisa diobati. Ucapnya pada Janson.

"Hp.. hp.." Anaya mengendus endus sesuatu. "Uuuhhhkkk, bau apa? Nih!! Uuueekk.." Anaya menutup hidungnya, supaya tidak menghirupnya.

"Anaya, apa ada kamar mandi di sini?, aku kebelet!" Ucap Janson ia teringat tujuan awalnya datang menemui Anaya. Dengan segera Gadis itu menunjuk kamar mandi di ruangannya. "Itu! Ada handuk juga di dalam sana, lemari handuk! di samping toilet, tempat mandi dan toilet terpisah. Trus keran air merah itu panas, satunya air dingin. Awas!" Anaya menjelaskan secara rinci.

Janson mengangguk angguk mendengar penjelasan itu. "Apa kau punya celana Lelaki.? Aku membutuhkannya.!" Lirih Janson berusaha menahan BABnya sejenak agar tidak terus keluar. Janson bahkan menutup bagian belakangnya karena malu.

Anaya mengangguk, berusaha tidak tersenyum melihat keadaan Janson. Tanpa Anaya bercakap cakap lagi dengannya. Janson langsung berlari kecil menuju kamar mandi Anaya. Sementara Gadis itu masih menutup hidungnya. Sambil tersenyum melihat tingkah Janson.

"Huh, dasar Janson!, dia sebenarnya memakan apa sampai diare begitu?!. haha .. Entahlah, sebaiknya aku segera ke lantai bawah dulu cari celana buat Janson. Semoga saja papa masih menyimpan celana masa kecilnya." Anaya bergegas menuruni anak tangga menuju lantai bawah.

Sementara Janson sedang menahan sakit di perut sembari mengoceh. "Seharusnya aku gak makan kue itu. Itu kue pasti.. Aduh.. Pasti kadal, luarsa aduh.." Janson mengomel sambil merintih menahan nyeri perut di kamar mandi.

"Aku juga harus mencari obat diare, juga membuat makanan. Siapa tahu Janson tengah kelaparan." Anaya tengah membongkar lemari Ayahnya. Ia berhasil menemukan pakaian lama, namun hanya saja kebesaran sedikit.

Anaya mengacak acak lagi, siapa tahu ada pakaian yang lebih pas, Anaya melihat ada pakaian bergambar anime kartun milik Ibunya.

"Hahaha.." Anaya tertawa sebelum mengambilnya. "Ini yang aku cari! Tapi apa Janson mau memakai ini? Pakaiannya kuning, gambarnya anime kartun pula! Tapi, kalau dia gak mau aku kasih aja yang kebesaran. Gak ada yang lain." Anaya beranjak merapikan semua pakaian yang ia acak acak.

Setelah selesai menaruh pakaian Anaya menutup pintu lemari itu. Beranjak mencari kotak obat di kamar mandi almarhum Ayahnya. Sebelum ia mengambilnya, Anaya meraih tangga kecil meletakannya di depan wastafel. Menaiki tangga itu tidak sulit, yang sulit adalah mengangkat kotak itu. Kotak itu terlalu berat Anaya tidak cukup kuat menganggkatnya.

"Berat sekali. Bagaimana dengan Janson? Kalau tidak di obati diarenya tidak akan sembuh. Kasihan dia. Masa harus menunggu sampai pagi dan membeli obat diare di toko." Gumam Anaya.

KRIET,..

Ada seorang Anak Lelaki yang Anaya kenali memasuki kamar mandi Ayahnya. Suara dorongan pintu itu membuatnya refleks menoleh, Anaya terkejut.

"Janson kamu disini! Gimana diarenya apa sudah sembuh?" Anaya yang cemas memikirkannya beberapa menit melontarkan pertanyaan. Anaya sedikit tenang karena melihat Janson yang tampak sehat. Anaya menuruni tangga kecil mendekati Janson.

"Kau baik baik saja kan Janson?" Anaya mengulang pertanyaannya. Janson hanya diam lalu mengangguk. Tidak menatapnya ataupun bicara. Wajah Janson tertutup oleh rambutnya. Janson masih menunduk menatap lantai. Anaya tidak tertarik menatap wajahnya.

"Aku minta maaf tidak bisa mengangkat kotak itu. Berat soalnya.Bisa tidak menunggu sampai besok?" Tanya Anaya kembali, Janson menggelengkan kepalanya. Anaya tertegun menatap tingkah Janson yang aneh, tidak seperti sebelumnya.

"Harus sekarang?" Anaya merasa ganjil, bertanya padanya yang menjawab dengan 'anggukan' berarti 'iya' dan 'gelengan' artinya 'tidak'. Anaya berbalik lagi menaiki tangga kecil. Berusaha menganggat kotak P3K itu sekali lagi, kini Jansoon ikut mengambil tangga kecil membantunya, meski gerakannya kaku Anaya memperhatikannya selintas.

'Ayah biasanya menyelipkan obat diare di antara lakban lakban' Benaknya.

Janson sudah meletakan tangga kecil di samping Anaya, mereka menganggkat kotak P3K yang beratnya 1-1,2 kilo itu.

"Trima kasih." Anaya berkata pelan. Janson mengangguk dan pergi meninggalkan Anaya sendiri dengan kotak P3K itu. Tanpa fikir panjang ia mencari obat diare di antara tumpukan. Anaya tertegun seketika.

"Hei, bukannya tadi Janson sudah sembuh, lantas untuk apa aku mengambilkan obat diare untuknya. Ya, sudahlah yang penting dia harus meminum ini." Anaya bergegas meninggalkan kamar itu, kotak itu tertutup dan dibiarkan di lantai, karena tidak mungkin Anaya menaruhnya kembali. Sekarang ia menuju lantai 2 hendak memberi obat dan pakaian ganti.

Anaya membuka pintunya, seketika dia tertegun menatap pintu kamar mandi yang menutup, Anaya kira Janson sudah sembuh, tapi nyatanya Anaya masih mendengar rintihan dan ocehan dari dalam kamar mandi.Kalau Janson masih di kamar mandi! Lantas, siapa yang membantunya tadi di lantai bawah? Ini membuatnya merinding sekaligus bingung.

Gadis itu memutuskan tidak peduli, dia bergegas meletakan obat diare dan baju itu. Lalu menuju lantai bawah.

****

DAPUR

Anaya melihat toples kue basi yang hendak ia buang dan membersihkan toples itu, namun kue basi itu malah hilang, Anaya tertawa sendiri.

"Haduh, pantas saja! Janson mulas mulas begitu. Dia memakan kue basi ini. Dasar sembarangan aja!." Anaya geleng geleng sendiri. Dia meraih bahan bahan, dan mulai membuat masakan. Anaya tidak bisa memasak nasi tapi sebagai gantinya Anaya mengganti dengan roti dan selai, susu, atau susu cokelat. Dia juga mencuci buah.

Anaya memang sedang kehabisan stok roti. Karna itulah ia mampir untuk membeli roti di toko itu. Tapi ia malah dicaci maki, di hina dan dilempari sayur busuk. Kabar miring itu membuat Anaya sangat tersakiti, tapi ia enggan bercerita terang terangan pada Janson. Padahal Janson sudah menawarkan diri ingin menjadi teman dekat Anaya.

Anaya tahu Janson memang berniat baik, meskipun Janson baik padanya Anaya tetap sungkan karena mereka baru 12 jam saling mengenal. Kini hati Anaya lumayan lega karena ia tidak merasa sendiri lagi.

Terpopuler

Comments

°•Anne's chaa•°

°•Anne's chaa•°

kak aku mampir...semangat terus berkarya nya!!!!🥳

2021-07-30

0

Tika c

Tika c

Jansonnya takut petir

2021-03-24

0

Luna Sani

Luna Sani

Siip 👍

2020-10-28

0

lihat semua
Episodes
1 Ep 01 - Kecelakaan
2 Ep 02 - Kejadian lain
3 Ep 03 - Sosok misterius 1
4 Sosok misterius 2
5 Mati lampu.
6 Bertemu Ayah Janson
7 Bantuan keluarga Janson
8 Rahasia
9 Kisah masa lalu
10 Kisah masa lalu
11 Kisah masa lalu
12 Kisah masa lalu
13 Amelia memperingati Fariz.
14 Membahas Bu Rizka
15 Buku tua
16 Makam
17 Potongan halaman misteri
18 Amelia mengawasi
19 Wayana dan hutan hitam
20 Guru privat
21 Berenang di kolam
22 Kematian Marni, Mila dan Imah
23 pelindung misterius
24 pertemuan awal Amelia dan Anaya
25 Dilema
26 tentang TO THE DEAD
27 Taman
28 Wayana yang terluka
29 Membahas keluarga Hermawan
30 Kedatangan Hans.
31 Pulang ke rumah
32 Makan di restoran
33 Merasa terhina
34 kemunculannya Amelia
35 Ketiduran di mobil
36 Anaya melihat hal itu lagi
37 Toko roti
38 Keadaan rumah Anaya
39 Koma
40 Alam bawah sadar
41 Menunggu dirimu membuka mata.
42 Kunci yang hilang
43 Si nenek bijak
44 Pengumuman
45 Membahas permasalahan
46 Hutan Kionh
47 Perencanaan keluar hutan
48 Rumah hans
49 Sejak kapan ini terjadi?
50 Cahaya misterius di palung laut
51 Maya dan Farhan
52 Berkemas
53 Galih mengenal Xin
54 memulai perjalanan
55 Area istirahat
56 Bertarung tanpa alasan
57 Quena merasakan sesuatu
58 Perjalanan berlanjut
59 Makan bersama
60 Sihir Xin.
61 Kebingungannya
62 Ketiduran
63 perdebatan
64 Galih yang bingung
65 Kedatangan Ruha
66 Sejarah Tiga Gunung.
67 Galih sadar
68 Ungkapan Galih
69 Jemputan Shi ya
70 Bertemu Shi ya
71 Menceritakan
72 Salah faham
73 Menghentikan
74 Memaafkan
75 Kehilangan
76 Keterangan yang ditolak
77 Melawan Ular Raksasa
78 Selamatkan sahabat
79 Misi pembebasan
80 Pertarungan
81 Fakta yang tertutup
82 Kematian Bi Marni dan Mila
83 Penyelidikan Shi ya
84 Bercerita pada Anaya dan Janson.
85 Pertarungan dan kedatangan Quen
86 Menolong Heng
87 Kekalahan Wayana
88 Perasaan Wayana
89 Pengorbanan Mayana
90 Tentang Yu Jian dan kematian Mayana.
91 Salah faham 2
92 Memecahkan bola cristal
93 Penjelasan 2
94 Kesedihan Fariz
95 kebersamaan masa lampau
96 Balas dendam
97 Keping masa lalu
98 Kezi dan Laras
99 Hari penobatan
100 Kemarahan Ratu
101 Memikirkan Laras.
102 Nenek misterius
103 Moment pertama
104 Pelukan Laras
105 Kezi kembali ke istana
106 Hal yang ingin dikatakan
107 Obrolan Amelia dan Fariz
108 Nenek misterius 2
109 Perubahan Anaya
110 Pelatihan pertama oleh Nenek misterius.
111 Nama
112 Mencari Anaya
113 Kecurigaan Quen
114 Waktu istirahat
115 Rencana Janson
116 Rencana Janson bagian 2
117 Ciuman pertama
118 SEASON SPESIAL
119 Pulang ke rumah Heng
120 Ganti novel baru.
121 Rencana pulang.
122 Rencana pulang 2
123 Pembicaraan
124 perjalanan menuju kota bansar.
125 Ancaman di jalan pulang
126 Moment berharga
127 melanjutkan perjalanan
128 Harapan baru.
129 Puisi dari author
130 Galih temukan suatu kebenaran.
131 Nama dari Quen
132 Nasehat Rey
133 Teriakan Janson
134 Sampai di korea (revisi)
135 Revisi.
136 perbaikan jangan dibaca!!
137 jangan dibaca dulu, tapi boleh di like kok.
138 Typo
139 xx
140 105
141 106
Episodes

Updated 141 Episodes

1
Ep 01 - Kecelakaan
2
Ep 02 - Kejadian lain
3
Ep 03 - Sosok misterius 1
4
Sosok misterius 2
5
Mati lampu.
6
Bertemu Ayah Janson
7
Bantuan keluarga Janson
8
Rahasia
9
Kisah masa lalu
10
Kisah masa lalu
11
Kisah masa lalu
12
Kisah masa lalu
13
Amelia memperingati Fariz.
14
Membahas Bu Rizka
15
Buku tua
16
Makam
17
Potongan halaman misteri
18
Amelia mengawasi
19
Wayana dan hutan hitam
20
Guru privat
21
Berenang di kolam
22
Kematian Marni, Mila dan Imah
23
pelindung misterius
24
pertemuan awal Amelia dan Anaya
25
Dilema
26
tentang TO THE DEAD
27
Taman
28
Wayana yang terluka
29
Membahas keluarga Hermawan
30
Kedatangan Hans.
31
Pulang ke rumah
32
Makan di restoran
33
Merasa terhina
34
kemunculannya Amelia
35
Ketiduran di mobil
36
Anaya melihat hal itu lagi
37
Toko roti
38
Keadaan rumah Anaya
39
Koma
40
Alam bawah sadar
41
Menunggu dirimu membuka mata.
42
Kunci yang hilang
43
Si nenek bijak
44
Pengumuman
45
Membahas permasalahan
46
Hutan Kionh
47
Perencanaan keluar hutan
48
Rumah hans
49
Sejak kapan ini terjadi?
50
Cahaya misterius di palung laut
51
Maya dan Farhan
52
Berkemas
53
Galih mengenal Xin
54
memulai perjalanan
55
Area istirahat
56
Bertarung tanpa alasan
57
Quena merasakan sesuatu
58
Perjalanan berlanjut
59
Makan bersama
60
Sihir Xin.
61
Kebingungannya
62
Ketiduran
63
perdebatan
64
Galih yang bingung
65
Kedatangan Ruha
66
Sejarah Tiga Gunung.
67
Galih sadar
68
Ungkapan Galih
69
Jemputan Shi ya
70
Bertemu Shi ya
71
Menceritakan
72
Salah faham
73
Menghentikan
74
Memaafkan
75
Kehilangan
76
Keterangan yang ditolak
77
Melawan Ular Raksasa
78
Selamatkan sahabat
79
Misi pembebasan
80
Pertarungan
81
Fakta yang tertutup
82
Kematian Bi Marni dan Mila
83
Penyelidikan Shi ya
84
Bercerita pada Anaya dan Janson.
85
Pertarungan dan kedatangan Quen
86
Menolong Heng
87
Kekalahan Wayana
88
Perasaan Wayana
89
Pengorbanan Mayana
90
Tentang Yu Jian dan kematian Mayana.
91
Salah faham 2
92
Memecahkan bola cristal
93
Penjelasan 2
94
Kesedihan Fariz
95
kebersamaan masa lampau
96
Balas dendam
97
Keping masa lalu
98
Kezi dan Laras
99
Hari penobatan
100
Kemarahan Ratu
101
Memikirkan Laras.
102
Nenek misterius
103
Moment pertama
104
Pelukan Laras
105
Kezi kembali ke istana
106
Hal yang ingin dikatakan
107
Obrolan Amelia dan Fariz
108
Nenek misterius 2
109
Perubahan Anaya
110
Pelatihan pertama oleh Nenek misterius.
111
Nama
112
Mencari Anaya
113
Kecurigaan Quen
114
Waktu istirahat
115
Rencana Janson
116
Rencana Janson bagian 2
117
Ciuman pertama
118
SEASON SPESIAL
119
Pulang ke rumah Heng
120
Ganti novel baru.
121
Rencana pulang.
122
Rencana pulang 2
123
Pembicaraan
124
perjalanan menuju kota bansar.
125
Ancaman di jalan pulang
126
Moment berharga
127
melanjutkan perjalanan
128
Harapan baru.
129
Puisi dari author
130
Galih temukan suatu kebenaran.
131
Nama dari Quen
132
Nasehat Rey
133
Teriakan Janson
134
Sampai di korea (revisi)
135
Revisi.
136
perbaikan jangan dibaca!!
137
jangan dibaca dulu, tapi boleh di like kok.
138
Typo
139
xx
140
105
141
106

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!