Mobil berwarna abu abu melaju di jalanan padat, melewati area pasar dan pertokoan elit. Lalu berhenti di sebuah pemakaman umum Jalan Anggrek A.
Makam Anggrek 14 B, no 457.
Mobil berhenti tepat di samping pintu masuknya, Anaya dengan pakaian hitam dan memakai kacamata terlihat tidak mencolok, dan Janson dengan pakaian hitam dan topi hitamnya. berjalan disamping Anaya. sementara sopir mereka menunggu di dalam mobil.
Tidak ikut masuk ke pemakaman, bunga tabur dan karangan bunga di letakkan di makam itu.
Doa dipanjatkan oleh mereka berdua, "Ayah, semoga ayah tenang di sana bersama ibu, ibu tolong jaga ayah di sana. Anaya tidak apa apa di sini. Ada Janson yang selalu menemani Anaya. Anaya tidaklah sendiri. Meski kepergian kalian mendadak bagi Anaya, tapi aku harus kuat kan.."
'Kasihan Anaya, dia pasti merasakan rasa sakit yang dalam. bukankah begitu.. ibu..' Benak Janson.
Berita dia adalah anak terkutuk belum juga reda, kini kalau Anaya muncul di hadapan warga akan berakibat buruk untuknya. maka dari itu Fariz memutuskan merawatnya di rumah. Hingga mencari bukti yang pasti tentang Anaya dan tuduhan surat palsu itu.
mereka hanya sebentar ke pemakaman lalu mereka bergegas memasuki mobil dan kembali ke perumahan Mawar.
Anaya sudah puas menangis tapi, Janson tidak tega melihatnya seperti itu untuk waktu yang lama.
...----------------...
Melanjutkan bab yang tertunda, Halaman ke 4.
"Setelah kepergian Bu Rizka dari sekolah, aku merasa sangat bersalah, karena aku yang menyebabkan ia dipindahkan ke daerah lain. Juga karena kesalahan sepele dan, bakso itu. Namun sebisa apapun aku mencari tempat tinggal barunya, tak pernah kunjung kutemukan."
"Permisi, apa ada yang bernama Bu Rizka dari lulusan S1 yang dulu.."
"Maaf, tidak tau mas.."
"Gak gak, maaf pak.."
"Bu sekali saja Bu, saya pingin tanya."
"Aduh to pak saya Ndak ada waktu. sudah telat jualannya, nanti kesiangan.."
"Sebentar saja."
"Ndak bisa.. minggir."
Berapa puluhan kali gagal menemukan alamatnya, serta sudah bertanya ke banyak orang, saya akhirnya bertanya pada satu orang yang mungkin tau keberadaannya.
"mohon maaf, pak kepala sekolah."
"Ah, pak Burhan, ada angin apa kesini pak."
"Begini saya mau bertanya beberapa hal dengan anda. apa boleh.."
"Ooh, tentu.. tentu, silahkan duduk."
Burhan bercerita tentang kejadian beberapa hari lalu, dan dia yang menyebabkan Bu Rizka harus berhutang lagi pada pedagang itu. karna dia yang mengerjainya. Dia tidak menyangka tindakannya sudah kelewatan.
"Maka dari itu pak, boleh saya tau alamat rumah barunya?"
"Maaf pak, kalau itu saya tidak tau, saya hanya memindahkannya ke kota bansar selatan, dan setelah itu saya tidak tau. tapi menurut kabar di sana, Bu Rizka sudah beraktifitas menjadi guru honorer. Di jalan melati no 98 Disana ada sekolah dasar juga tapi hanya sampai kelas 3 saja. Setelah itu mereka akan dipindahkan ke daerah sini." Jelas pak kepsek.
Burhan mengangguk, sejenak berterima kasih dan menjabat tangan pak kepsek di depannya.
Burhan tanpa basa basi lagi segera menuju lokasi yang ada, dan ternyata Bu Rizka sedang istirahat makan dengan Anaknya di sana.
Burhan yang kikuk dan salah tingkah di tempat, menjadi menarik nafas berulang ulang, supaya dia rileks.
"Permisi Bu Rizka. apa saya mengganggu waktu anda?"
Tidak disangka ternyata Burhan tau tempat tinggalnya di wilayah lain, raut wajahnya yang ceria sudah berubah drastis.
"Kenapa anda di sini, pak Burhan."
"Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan.."
"Tidak perlu, anda bisa pulang sekarang.. Tidak ada gunanya anda membahas hal yang sudah terjadi."
Tak disangka kalau Rizka langsung mengusirnya dari sana. ya mau difikirkan pun itu masuk akal, benda kesayangan Rizka hilang gara gara dia yang keterlaluan.
"Ini, kalau Ibu Rizka tidak mau mendengar, saya mau menebus kesalahan saya."
Tangan Burhan menyerahkan jam tangan warisan almarhum dari ibunya Rizka yang kemarin dijadikan Jaminan karena ia tidak bisa membayar hutang hutangnya.
"Maaf karena sudah keterlaluan, saya tau kalau ibu sudah meminta maaf. tapi saya hanya iseng, maaf karena itu ibu Rizka jadi dipecat dan dipensiunkan.."
Burhan meletakkannya di meja dan segera beranjak pergi ke arah motor tuanya.
"Tunggu, apa uangnya banyak.."
Rizka bertanya sebelum Burhan jauh. "Ini tidak ada apa apanya jika dibandingkan akibat yang saya perbuat, kalau butuh bantuan ini ada kartu nama saya dan nomor telepon. silakan hubungi saya."
Burhan menunduk pamit dan melanjutkan langkahnya, kali ini Rizka hanya melihat kepergiannya. Fiqri yang ada di belakangnya menggenggam tangan ibunya lalu mengatakan ia lapar, Rizka mengangguk.
"Ayo nak kita makan nasi goreng buatan ibu.."
"Asyikk."
Di sisi lain masa depan.
Anaya mengusap air matanya karena bait ini sangat mengharukan, setelah mengingat banyak hal kejadian dia masih dikaruniai orang orang yang baik.
"Lalu setelah kejadian itu aku sering mampir ke daerah sana. Hanya sekedar mengobrol dengan Rizka.." Anaya melanjutkan bab 4 pertengahan. Ada Janson yang mendengarkan kali ini di perpustakaan. Mereka hanya berdua. Bi Ina sesekali saja masuk untuk menyuruh mereka beristirahat.
"Wah kisah Kakek sama nenek romantis banget. Aku baru tau kalau kakek dulu romantis.."
"Memangnya kau tidak tau ya."
"Tidak, ayah melarangku membaca buku ini Anaya. karna katanya tak ada kaitannya Wayana denganku."
"Ooh begitu ya, lalu apa penjelasan Darah istimewa itu juga ada di sini?"
"Entahlah, yang jelas ada bagian seram di bab pertengahan entah halaman 15 atau 17 gitu.."
"Iih Janson jangan di bocorin dulu dong, aku kan belum sampai halaman itu.."
"Haha.." Janson tertawa senang melihat Anaya yang cemberut marah, terlihat lucu lihatlah.
pipi Anaya bagaikan buah apel yang merah matang, ingin rasanya menggigit pipinya itu. bahkan tidak digigit sekalipun rasanya tetap manis.
Mereka saling menatap sejenak, dengan segala rasa ingin taunya Anaya mengenai darah istimewanya itu, dia sama sekali tak tau apa kelanjutan bab selanjutnya karena banyak tulisan yang tidak pernah utuh selanjutnya setelah bab 14 awal dari bencana.
Bab bab selanjutnya dari bab 15 sampai bab 17 yaitu bencana besar apa itu yang terjadi, tidak ada yang tau. Bahkan catatan milik Burhan kakeknya saja sudah lama dirobek oleh kakeknya sendiri.
Fariz pernah bertanya dulu.
“ayah, mengapa ayah merobek halaman 15, 16 dan 17.. ada apa disana ayah? Padahal dulu ayah tidak pernah merobeknya. Aku sama sekali tidak pernah membaca halaman itu. Karna ayah selalu melaranggku membaca halaman itu.” Sekali lagi, Fariz meminta penjelasan ayahnya agar mau menjelaskan secara singkat apa yang tertera pada halaman 15, 16 dan 17 itu.
“Ini demi kebaikanmu nak. Bacalah halaman selain itu. Dan kau akan mengerti kenapa aku merobeknya. Itu adalah cerita dari Karman dan putrinya yang sudah meninggal. Tidak pantas bagi ayah untuk menceritakannya padamu, juga pada cucuku Janson.
Dan itu juga setitik penjelasan mengenai istrimu itu, yang mati dengan cara aneh dan misterius.
Sebaiknya kau tidak pernah tau ketiga halaman di buku tua itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
like❤️😍
2021-09-06
0
ռօռǟ Åľαřα♔
Semngt sari, dilanjuti ya cerita nya.. akh suka🥰..
maaf ya baru mampir😂
2020-09-05
3
Nom
Hai kak semangat update, di tunggu kelanjutannya😊
jangan lupa juga buat feedback ke karya ku yang berjudul " My sweet baby sitter "
Aku tunggu ya kak.. Makasih🤗
2020-08-26
1