Ep 02 - Kejadian lain

Anaya menatap sedih, ke pusara kedua orang tuanya. Mang Umang dan Aditya datang di sisiku. Aditya masih terluka parah disebabkan oleh kecelakaan beberapa minggu lalu, dan kepolisian yang menyelidiki kasus itu menemukan bukti, bahwa itu memang murni kecelakaan.

Tapi Aditya bersuara pada kepolisian, sebelum kecelakaan ia melihat seseorang yang melintas. Bahkan aku yang duduk mendengarkan ikut mengangguk. Aku juga melihat sosok hitam itu, bahkan aku melihat hal yang lebih ganjil. Siapa Anak kecil di kebun tadi? Fikiranku terus bertanya. Karena hal itu, yang membuatku kehilangan kedua orang tuaku secara mendadak. Ini tidak mungkin hanya kecelakaan biasa. Mobil hitam itu masih dalam kondisi prima, ini mustahil. Diluar akal sehat.

Penjelasan panjang lebar Aditya, tidak membuahkan hasil. Kepolisian akhirnya menutup kasus ini, dan menyuruh kami kembali ke rumah masing masing.

Aku sangat berterima kasih, kepada Kakak Aditya dan Mang Umang yang telah repot repot mengungkap hal misterius, yang menyebabkan tragedi ini terjadi. Ini kejadian yang mengerikan menurutku.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Ayah,.. Hiks.. Ibuuu.." Aku terduduk lama, menatap batu nisan orang tuaku. Ini sudah 1 Minggu setelah kecelakaan itu. Mang Umang menyarankan mereka di makamkan di dekat kompleks sekitar sini, agar Anaya bisa berkunjung kapan saja. Mang Umang dan keluarganya menemaniku selama 40 hari kedepan, memastikan aku baik baik saja di rumah.

Sekolah pun menyuruhku libur beberapa minggu, para tetangga juga turut menghiburku. Berharap aku baik baik saja.

"Anaya, nak. Jangan sungkan main ke rumah Bibi ya. Bibi tau kamu kesepian!" Bi Imah tetanggaku yang usianya sudah lanjut itu memelukku.

"Trima kasih, Bi" Jawabku pendek, berusaha menatapnya.

...****************...

Matahari akhirnya tumbang ke sisi barat. Mang Umang masih terjaga di bangku. Ditemani Aditya yang sedang meneguk secangkir kopi.

Aku menghampiri mereka. "Eh, Anaya. Belum tidur?" Tanya Mang Umang. Aku menggeleng, aku belum mengantuk. Ditambah lagi perutku lapar.

"Anaya lapar!" Ucapku, Mang Umang dan Aditya saling memandang kemudian tertawa.

"Aduh, Jadi itu toh. Sini." Kak Aditya menggenggam tanganku. Aku mengikutinya, Kak Aditya menyiapkan sayur, bawang, telur, nasi yang sudah matang, minyak, dan lainnya. Kak Aditya sudah membaik dan bisa berjalan. Dia cuma luka kaki ringan. Sewaktu mobil yang kami tumpangi hampir tertabrak bus, kaki Kak Aditya tidak bisa digerakan karena terluka. Lukanya sekarang sudah berangsur pulih. Ia bisa berjalan.

"Apa yang akan kakak buat?" Aku bertanya.

"Nasi goreng spesial buat, Anaya."

mataku membesar, aku bersorak kegirangan. Mang Umang yang memperhatikanku, tersenyum lebar.

Aku tau dia gembira melihatku yang kembali ceria, kak Aditya bergaya seperti seorang Chef Profrsional, dia bahkan melempar telurnya ke atas, itu gaya seorang Chef saat memasak, aku tertawa telur itu malah tumpah ke lantai jatuh. Aditya mengaduh, itu sangat kocak.

Setelah menunggu akhirnya nasi goreng itu terhidang. Kakak Aditya menambahkan sedikit parutan keju untuk hiasan, dia juga membuat susu coklat kesukaanku.

Usai makan malam itu, suasana hatiku berubah lebih baik, tapi itu tak bartahan lama.

Malam semakin larut. Kompleks perumahan yang sepi.

Ketika semua orang tengah terlelap dalam tidur, seseorang justru tengah mengawasi dari jauh. Sosok itu menyeringai. Tengah mengintai dua orang lelaki di rumah Anaya.

...****************...

Ketika aku terbangun dan mengucek mata, aku bisa mendengar keributan yang berasal dari lantai bawah, aku membuka gorden putih dan melongok ke bawah. Ada banyak orang berkerumun.

"Ada apa itu!?" Anaya menjadi heran, ia bergegas turun ke bawah. Anaya ingin tahu apa yang membuat orang orang datang ke halaman rumahnya pagi pagi seperti ini.

Anaya menuruni anak tangga satu persatu, Bi Marni, masih tertidur lelap dikamarnya. Anaya membuka pintu dan langsung melesak ke kerumunan orang banyak.

"Ada apa? Ini pak.!?" Tanya Anaya pada salah seorang Warga.

"Ada mayat, dek." Warga itu menjawab, usinya mungkin sebaya Mang Umang.

Anaya terus menembus kerumunan, dan

Anaya, terkejut!! Begitu melihat dua mayat yang dia kenali.

"Huuaaa.. Mang Umang, kak Aditya. Mereka kenapa, mereka, apa yang terjadi?." Anaya seketika syok.

"Kakak Aditya, Mang Umang!!" Aku berteriak histeris. Segera pergi ke dalam memanggil Bi Marni. Anaya menggedor pintu itu keras keras.

"Bi, Bibi bangun!!" Seru Anaya panik. Tak lama pintu itu terbuka, lalu muncul wanita paruh baya berusia 45 tahunan.

"Ada apa Anaya?" Tanya Bi Marni ramah padanya.

"Ikut aku Bi, cepat!" Anaya berseru panik, Bi Marni menatapnya penuh tanya. Anaya menarik paksa tangan Bi Marni, kedua Putri Bi Marni juga terbangun. Mereka mengikuti ibunya.

Begitu melihat ke dalam kerumunan ia tertegun."Bagaimana ini terjadi?" Jeritnya. "Ya tuhan. Mereka kemarin baik baik saja!" Bi Marni istri dari Mang Umang langsung berteriak histeris. Dan bertanya pada para Warga.

"Saya melihat, mereka sudah seperti ini! Bu, saya tak melihat seorangpun!" Kesaksian itu sangat menyesakkan bagi Istri Mang Umang apalagi bagiku yang semalam bercanda dengan Kakak Aditya.

Tubuh mereka kaku, dingin. Serta ada beberapa luka sayatan di leher Mang Umang, juga bekas cekikan di leher Kak Aditya. Tubuh mereka seperti bongkahan es. Aku mendekat ke arah mereka.

Tapi ada tangan yang menepisku.

"JANGAN SENTUH MEREKA." Bi Marni melotot padaku.

"Ini pasti, gara gara kau!! Dasar pembawa petaka, ini takkan terjadi jika aku menghalangi niat mereka untuk membantumu." Tangan Bi Marni mendorongku, Anak Anaknya juga terlihat Menjerit menangis. Mereka beranjak masuk ke dalam rumah, mengemasi barang berang mereka. Dan pergi begitu saja.

Aku menatap kepergian mereka yang mendadak dengan tatapan penuh tanya. kenapa Bi Marni menyalahkanku? Apa salahku, petaka apa yang Bi Marni maksud!?

Para warga yang melihat kejadian itu hanya berdiri menonton, mereka mendadak berseru tidak percaya. Saat mereka menemukan surat berupa ancaman.

"Jika kalian masih ada yang membela anak yang ada di depan kalian. Maka, jangan salahkan siapapun, jika kalian semua akan memperoleh nasib yang sama seperti mayat yang kalian lihat sekarang ini!!"

Tulisan itu bukan hanya mengancam, tapi juga ditulis dengan darah. Darah itu pasti. milik Mang Umang dan Kak Aditya. Para warga tidak ada yang mendekatiku, karna surat itu. Mereka jadi khawatir. Tidak memberi bantuan padaku, dan beranjak pergi.

Aku menangis terisak sendirian, sebenarnya apa yang terjadi? Aku tidak menggerti! Semuanya datang secara mendadak.

Bagaimana bisa mereka meninggal secara misterius! Apa ini ada hubungannya dengan sosok anak kecil yang aku temui.

Iya, semua terjadi karna ban mobil itu pecah, dan aku melihat sosok anak kecil itu. Dan, lalu. Mereka mengincarku pada malam kemarin, karena Mang Umang dan Kak Aditya menghalangi mereka. Nasib mereka berakhir seperti ini. Atau ada hal lain,. Aku sungguh tidak mengerti.

'Anaya bisa memahami situasi yang terjadi di sekitarnya, tapi tetap saja ia hanyalah anak sembilan tahun yang belum terlalu paham masalah apa yang dihadapinya'

"Hiks.. Hiks.." Anaya mengggurat rumput dengan tangannya, hingga seorang Wanita berusia lanjut mendekatinya dan memeluknya dari belakang.

"Bi Imah." Anaya terkejut, menyeka hidungnya yang penuh ingus. "Jangan masukan ke hati ya, sikap orang orang tadi. Bibi ikut berduka atas meninggalnya orang orang yang kamu sayangi. Itupun dengan mendadak dan tragis. Untuk sementara kamu mau kan, tinggal bersama Bibi?" Bi Imah tersenyum tulus.

Almarhum orang tuaku dan Mang Umang adalah orang yang membantu Bi Imah saat ia ditelantarkan oleh Anaknya sendiri. Kini ia mungkin ingin membalas budi untuk orang tuaku, aku tau Bibi sekarang sudah lansia. Maka selama aku disini. Aku tidak boleh menyusahkannya.

...****************...

Senja tiba saat aku selesai membersihkan diri. Sementara di luar sana tengah bising oleh penyelidikan para polisi setempat. Menanyai para saksi, lantas menulis laporan itu. Mereka bahkan menyebut nyebut namaku, karna secarik kertas yang berlumur darah itu jelas jelas, meyebutkan namaku. Aku sempat membacanya.

"Kalian harus menjauhi Anaya Prisila. MENGERTI." Air mataku bercucuran, saat membaca kalimat terakhir itu.

Langkah kakiku terhenti ketika ada sebuah bayangan yang tiba tiba melewati jendela di sebelahku, walaupun cahaya di sekitar rumah Bi Imah remang, tapi lebih dari cukup untuk melihat bayangan misterius itu.

Bulu kudukku merinding seketika, aku berusaha mendekat ke tepi jendela melihat apa yang tadi melintas, namun ada tepukan yang membuatku tiba tiba menoleh.

"Bibi,.." Ucapku pelan, mengelus dada. Bibi menatapku bingung. "Anaya melihat apa ke jendela?" Tanya Bi Imah.

"Tadi, ada.. Hmm bukan apa apa Bi, ada apa ya Bibi memangil Anaya?" Aku berusaha melupakan kejadian tadi. Itu mungkin cuma bayangan burung.

"Kita makan malam yuk!" Ajak Bi Imah, menggandengku menuju meja makan. Aku mengangguk, tanpa banyak bicara.

Kursiku dan Bi Imah bersebelahan. Menu yang bibi masak adalah ikan dan sayur lodeh. "Bi, Anaya mau tanya?" Aku membuat Bi Imah menghentikan menyedok sayur.

"Tanya apa?" Bi imah menoleh sejenak lalu kembali melanjutkan mengambil makanan.

"Siapa yang punya kebun teh di pinggir hutan?" Pertanyaanku tadi sontak membuat Bi Imah menoleh lama ke arahku.

"Kenapa Anaya bisa tau tentang kebun itu?!" Nada pertanyaan Bi Imah sedikit menekan, ekspresi ramahnya berubah menjadi marah.

"Anaya sering melewati kebun itu! Jalan itu kan satu satunya arah menuju danau." Anaya menatap bingung. Kenapa Bi Imah yang ramah berubah seperti ini.

"Anaya, seberapa sering kau melewati kebun itu dan berkunjung ke danau itu!" Kali ini wajah Bi Imah amat serius.

"Beberapa bulan ini keluargaku sering ke sana, kata brosur tempat itu indah. Terus aku bertemu teman di sana!" Aku menjawab riang.

"Anaya, Bibi serius. Seberapa sering kau lewat kebun itu dan mengunjungi danau itu?!" Aku akhirnya mengerti, mungkin Bibi akan menjelaskan sosok anak kecil misterius itu fikirku.

"Setiap akhir pekan saja, karna ayah sibuk." Aku menjawab. Bi Imah berdiri, termenung.

"Nak, kau sudah dikutuk..!!" Namun amarah yang meluap luap terlontar ke arahku.

Aku ikut berdiri, apa maksud Bi Imah.

"A.. Apa maksud-"

"Nak, dengarkan Bibi baik baik. Empat puluh tahun lalu saat Bibi masih muda, Bibi pernah tinggal di desa itu. Dulu tidak ada kebun teh. Tapi entah mengapa ada yang mengundang makhluk mengerikan, yang tinggal di seberang hutan. Orang Tua Bibi memilih pindah saat itu juga, sebelum terjadi musibah. Dan sampai sekarang rumah rumah warga menjadi kebun teh, dan kuburan setempat menjadi danau. Danau itu tidak ada Anaya. Dan sekarang kota ini akan berada dalam bahaya besar. Dan itu karna ulah dirimu!!" Bi Imah memarahiku, ada apa dengan dirinya. Ini seperti bukan Bi Imah.

"Pergi..!! kembali ke rumahmu.!! Dan sebagai perpisahan, kamu ambil buku masak ini. Bibi akan pergi sejauh mungkin. Karna petaka akan tiba. Cepat atau lambat." Bi Imah berbalik, meninggalkan ruang makan. Ia mengunci pintu dari dalam.

"Bi.. Bi.." Aku kembali terisak, melangkah keluar dan kembali ke rumah, membawa buku masak pemberian Bi Imah.

Sesampainya di rumah, aku mengunci semua jalan masuk, menutup gorden dan segera berlari menuju kamar, yang terletak di lantai dua. Aku bersembunyi dalam selimut, menangis. Dan setelah lelah aku tertidur lelap.

Terpopuler

Comments

Dek Ni

Dek Ni

bagus bgt karya mu dek...,, kasih saran donk buat kk biar bisa sebagus kamu nulis nya

2021-08-08

0

Poppysyahidah

Poppysyahidah

lanjut kak..

2021-08-07

0

Ang Lin H

Ang Lin H

turut sedih anaya

2021-08-06

0

lihat semua
Episodes
1 Ep 01 - Kecelakaan
2 Ep 02 - Kejadian lain
3 Ep 03 - Sosok misterius 1
4 Sosok misterius 2
5 Mati lampu.
6 Bertemu Ayah Janson
7 Bantuan keluarga Janson
8 Rahasia
9 Kisah masa lalu
10 Kisah masa lalu
11 Kisah masa lalu
12 Kisah masa lalu
13 Amelia memperingati Fariz.
14 Membahas Bu Rizka
15 Buku tua
16 Makam
17 Potongan halaman misteri
18 Amelia mengawasi
19 Wayana dan hutan hitam
20 Guru privat
21 Berenang di kolam
22 Kematian Marni, Mila dan Imah
23 pelindung misterius
24 pertemuan awal Amelia dan Anaya
25 Dilema
26 tentang TO THE DEAD
27 Taman
28 Wayana yang terluka
29 Membahas keluarga Hermawan
30 Kedatangan Hans.
31 Pulang ke rumah
32 Makan di restoran
33 Merasa terhina
34 kemunculannya Amelia
35 Ketiduran di mobil
36 Anaya melihat hal itu lagi
37 Toko roti
38 Keadaan rumah Anaya
39 Koma
40 Alam bawah sadar
41 Menunggu dirimu membuka mata.
42 Kunci yang hilang
43 Si nenek bijak
44 Pengumuman
45 Membahas permasalahan
46 Hutan Kionh
47 Perencanaan keluar hutan
48 Rumah hans
49 Sejak kapan ini terjadi?
50 Cahaya misterius di palung laut
51 Maya dan Farhan
52 Berkemas
53 Galih mengenal Xin
54 memulai perjalanan
55 Area istirahat
56 Bertarung tanpa alasan
57 Quena merasakan sesuatu
58 Perjalanan berlanjut
59 Makan bersama
60 Sihir Xin.
61 Kebingungannya
62 Ketiduran
63 perdebatan
64 Galih yang bingung
65 Kedatangan Ruha
66 Sejarah Tiga Gunung.
67 Galih sadar
68 Ungkapan Galih
69 Jemputan Shi ya
70 Bertemu Shi ya
71 Menceritakan
72 Salah faham
73 Menghentikan
74 Memaafkan
75 Kehilangan
76 Keterangan yang ditolak
77 Melawan Ular Raksasa
78 Selamatkan sahabat
79 Misi pembebasan
80 Pertarungan
81 Fakta yang tertutup
82 Kematian Bi Marni dan Mila
83 Penyelidikan Shi ya
84 Bercerita pada Anaya dan Janson.
85 Pertarungan dan kedatangan Quen
86 Menolong Heng
87 Kekalahan Wayana
88 Perasaan Wayana
89 Pengorbanan Mayana
90 Tentang Yu Jian dan kematian Mayana.
91 Salah faham 2
92 Memecahkan bola cristal
93 Penjelasan 2
94 Kesedihan Fariz
95 kebersamaan masa lampau
96 Balas dendam
97 Keping masa lalu
98 Kezi dan Laras
99 Hari penobatan
100 Kemarahan Ratu
101 Memikirkan Laras.
102 Nenek misterius
103 Moment pertama
104 Pelukan Laras
105 Kezi kembali ke istana
106 Hal yang ingin dikatakan
107 Obrolan Amelia dan Fariz
108 Nenek misterius 2
109 Perubahan Anaya
110 Pelatihan pertama oleh Nenek misterius.
111 Nama
112 Mencari Anaya
113 Kecurigaan Quen
114 Waktu istirahat
115 Rencana Janson
116 Rencana Janson bagian 2
117 Ciuman pertama
118 SEASON SPESIAL
119 Pulang ke rumah Heng
120 Ganti novel baru.
121 Rencana pulang.
122 Rencana pulang 2
123 Pembicaraan
124 perjalanan menuju kota bansar.
125 Ancaman di jalan pulang
126 Moment berharga
127 melanjutkan perjalanan
128 Harapan baru.
129 Puisi dari author
130 Galih temukan suatu kebenaran.
131 Nama dari Quen
132 Nasehat Rey
133 Teriakan Janson
134 Sampai di korea (revisi)
135 Revisi.
136 perbaikan jangan dibaca!!
137 jangan dibaca dulu, tapi boleh di like kok.
138 Typo
139 xx
140 105
141 106
Episodes

Updated 141 Episodes

1
Ep 01 - Kecelakaan
2
Ep 02 - Kejadian lain
3
Ep 03 - Sosok misterius 1
4
Sosok misterius 2
5
Mati lampu.
6
Bertemu Ayah Janson
7
Bantuan keluarga Janson
8
Rahasia
9
Kisah masa lalu
10
Kisah masa lalu
11
Kisah masa lalu
12
Kisah masa lalu
13
Amelia memperingati Fariz.
14
Membahas Bu Rizka
15
Buku tua
16
Makam
17
Potongan halaman misteri
18
Amelia mengawasi
19
Wayana dan hutan hitam
20
Guru privat
21
Berenang di kolam
22
Kematian Marni, Mila dan Imah
23
pelindung misterius
24
pertemuan awal Amelia dan Anaya
25
Dilema
26
tentang TO THE DEAD
27
Taman
28
Wayana yang terluka
29
Membahas keluarga Hermawan
30
Kedatangan Hans.
31
Pulang ke rumah
32
Makan di restoran
33
Merasa terhina
34
kemunculannya Amelia
35
Ketiduran di mobil
36
Anaya melihat hal itu lagi
37
Toko roti
38
Keadaan rumah Anaya
39
Koma
40
Alam bawah sadar
41
Menunggu dirimu membuka mata.
42
Kunci yang hilang
43
Si nenek bijak
44
Pengumuman
45
Membahas permasalahan
46
Hutan Kionh
47
Perencanaan keluar hutan
48
Rumah hans
49
Sejak kapan ini terjadi?
50
Cahaya misterius di palung laut
51
Maya dan Farhan
52
Berkemas
53
Galih mengenal Xin
54
memulai perjalanan
55
Area istirahat
56
Bertarung tanpa alasan
57
Quena merasakan sesuatu
58
Perjalanan berlanjut
59
Makan bersama
60
Sihir Xin.
61
Kebingungannya
62
Ketiduran
63
perdebatan
64
Galih yang bingung
65
Kedatangan Ruha
66
Sejarah Tiga Gunung.
67
Galih sadar
68
Ungkapan Galih
69
Jemputan Shi ya
70
Bertemu Shi ya
71
Menceritakan
72
Salah faham
73
Menghentikan
74
Memaafkan
75
Kehilangan
76
Keterangan yang ditolak
77
Melawan Ular Raksasa
78
Selamatkan sahabat
79
Misi pembebasan
80
Pertarungan
81
Fakta yang tertutup
82
Kematian Bi Marni dan Mila
83
Penyelidikan Shi ya
84
Bercerita pada Anaya dan Janson.
85
Pertarungan dan kedatangan Quen
86
Menolong Heng
87
Kekalahan Wayana
88
Perasaan Wayana
89
Pengorbanan Mayana
90
Tentang Yu Jian dan kematian Mayana.
91
Salah faham 2
92
Memecahkan bola cristal
93
Penjelasan 2
94
Kesedihan Fariz
95
kebersamaan masa lampau
96
Balas dendam
97
Keping masa lalu
98
Kezi dan Laras
99
Hari penobatan
100
Kemarahan Ratu
101
Memikirkan Laras.
102
Nenek misterius
103
Moment pertama
104
Pelukan Laras
105
Kezi kembali ke istana
106
Hal yang ingin dikatakan
107
Obrolan Amelia dan Fariz
108
Nenek misterius 2
109
Perubahan Anaya
110
Pelatihan pertama oleh Nenek misterius.
111
Nama
112
Mencari Anaya
113
Kecurigaan Quen
114
Waktu istirahat
115
Rencana Janson
116
Rencana Janson bagian 2
117
Ciuman pertama
118
SEASON SPESIAL
119
Pulang ke rumah Heng
120
Ganti novel baru.
121
Rencana pulang.
122
Rencana pulang 2
123
Pembicaraan
124
perjalanan menuju kota bansar.
125
Ancaman di jalan pulang
126
Moment berharga
127
melanjutkan perjalanan
128
Harapan baru.
129
Puisi dari author
130
Galih temukan suatu kebenaran.
131
Nama dari Quen
132
Nasehat Rey
133
Teriakan Janson
134
Sampai di korea (revisi)
135
Revisi.
136
perbaikan jangan dibaca!!
137
jangan dibaca dulu, tapi boleh di like kok.
138
Typo
139
xx
140
105
141
106

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!