Tok tok tok..
Suara ketukan pintu yang berulang ulang terdengar dari ruangan perpustakaan. Janson dan Anaya menoleh.. lalu meletakkan buku tua itu di meja.
“Ada siapa Janson?” Tanya Anaya yang berdiri.
Janson masih duduk dan memakan kue kue kering yang berada di meja.
“entahlah, siapa sih ganggu aja..” Janson juga mengangkat bahunya, tidak tau siapa yang datang.
“Janson!! Makan!! Kata paman kau belum makan, nanti saja membacanya.. mari makan siang.. kalian sedari Berjam jam terus membaca.. istirahat dulu saja, mencari jawabannya nanti saja ya Anaya.. ayo ke bawah. Paman Fariz menunggu kalian.” Aliza, tadi itu adalah suara Aliza.
Memang benar ini sudah siang hampir jam 12 siang, sebaiknya mereka lekas ke lantai bawah. Tidak sopan membuat orang tua menunggu. Apalagi paman Fariz sudah baik pada Anaya.
“Ayo Anaya, kita turun lagi bersama.. emm mau gak lain kali kita ke atap berenang di kolam?” Tanya Janson.
“Boleh deh.. nanti kapan kapan ya Janson.” Ucap Anaya.
Seolah ada Bunya bermekaran di samping pipinya Anaya, wajah cerah langsung menerpa Janson.
Kedua anak itu segera keluar dari ruangan perpustakaan rumah Janson dan menuju lorong lantai bawah.
Mereka terlalu asyik menelusuri jalan saat tatapan merah menatap keduanya dari balik buku buku tua yang ada disana.
Sosok itu sangat Anaya kenali, ia adalah meli sosok gadis kecil yang muncul saat orang tuanya mengalami tragedi kecelakaan di jalan raya yang menuruni sebuah perbukitan dengan hutan dan areal kebun teh yang luas.
Anaya kau tidak boleh lengah, sosok itu bisa saja datang sewaktu-waktu padamu..
Kuharap kau tetap berhati-hati..
Amelia kini menghilang perlahan lahan dari sana. Jika ia terlalu lama di rumah, ia bisa di deteksi oleh sosok hitam itu.
...*****...
“Ah akhirnya anak anak, kalian turun juga.. bagaimana apakah Anaya sudah menemukan jawabannya dari buku catatan ayahku?” Tanya Fariz setibanya mereka di anak tangga terakhir.
“belum om Fariz. Kami baru di halaman 18.. dan sebenarnya ada 3 halaman yang hilang, tapi kenapa bisa hilang ya?” Jawab Anaya.
“begitu ya, tapi memang 3 halaman itu tidak ada kaitannya dengan Anaya sih.. itu hanya kisah antara hubungannya hantu anak kecil itu dan sosok hitam. Tapi apa kalian penasaran dengan Amelia?” Fariz menatap mereka berdua.
Anaya dan Janson menatap Fariz serius.
“tapi nanti saja itu, mari kita makan dulu.. kalian sudah lama membaca buku di perpustakaan. Ini sudah 3 jam.. nanti kalian bisa sakit lho..” Fariz menggandeng Anaya dan Janson bersamaan.
“Ayo kita makan, Aliza sudah makan dari tadi. Dia masih ada di ruang makan. Nanti lauknya dihabiskan sama Aliza lagi..”
“Eh, memangnya ada lauk apa ayah?” Tanya Janson.
“Ada gulai sapi, kamu mau..” tanya Fariz.
Janson mengangguk, dia selalu suka daging sapi. Anaya tersenyum simpul dia juga tidak keberatan makan daging sapi.
Meja makan yang luas dengan 15 kursi di masing masing sisi. Dengan celah yang selebar setengah meter. Anaya menarik kursinya lalu duduk mulai membuka piring kaca dan mengambil makanan.
Janson seperti biasanya duduk di sebelah Anaya. Dan memulai mengambil makanannya.
Aliza tampak hampir selesai dengan makanan di piringnya.
“Janson Anaya..” Aliza memecah lengang sejenak di heningnya meja makan. Fariz tidak ada di ruang makan dia hanya mengantarkan mereka saja.
“iya kenapa Aliza?” Janson sejenak menatap Aliza lalu kembali menatap makanan di piringnya.
“Kalian sedang membaca apa sih di perpustakaan rumah, apa ada yang salah dengan Anaya? Dan iya.. mengapa saat pertama kali kalian datang, kenapa Anaya di uji sama om Fariz?” Aliza melontarkan dua pertanyaan yang berbeda di waktu yang bersamaan.
“Itu karena Ayah mungkin marah, karena aku pulang terlambat.. juga dengan keadaan terluka. Yah sisanya aku tak paham kenapa Ayah menguji Anaya dengan memarahinya..” Jawab Fariz.
“Anaya, kenapa itu bisa terjadi.” Giliran Aliza yang menoleh ke Anaya.
“Aliza, apa kau percaya jika aku dikutuk? Atau apakah kau percaya jika darahku ini istimewa?” Anaya justru bertanya ke Aliza.
“Eem.. kalau itu sih tergantung, apa situasinya bisa menjawab atau tidak. Aku sekarang hanya butuh penjelasan. Bukan hal lain..” Jawab Aliza lugas.
“Ini terjadi karena aku yang mulai pergi ke sebuah danau di wilayah timur kota bansar, di sebuah hotel yang dahulu dibeli ayah, saat liburan satu Minggu disana. Aku piknik dan berkegiatan menyenangkan. Hingga suatu saat aku bertemu sosok meli yang berada di pondok terbengkalai dekat hutan mangrove, disekitarnya banyak rawa rawa dan kotor.. dia yang mengajakku berteman dan kami langsung akrab. Aku tidak tau kalau dia bukan manusia. Fisiknya seperti anak seusiaku, jadi ku fikir dia tinggal sendiri di pondok itu.” Jelas Anaya.
“Hmm.. lalu?” Aliza memperhatikan.
“Setelah kami berteman banyak kejadian janggal di sekitaran danau, hingga ayah da ibu mengakhiri liburan ini di pertengahan tempatnya di hari ke 4. Setelah itu aku tidak pernah kesana lagi, hingga saat kelas 2 aku liburan lagi sisanya selama satu hari. Aku bertemu lagi dengannya.. meli, dan kami membuat janji.. saat aku liburan ke sana aku akan bermain dengannya. Tapi beberapa bulan setelahnya.. kejadian itu tiba tiba, aku melihat meli tidak di pondok tepi danau lagi, tapi di perjalanan, di areal kebun teh yang dekat dengan hutan yang angker.. aku tidak tau setelahnya, karna aku pingsan di mobil. Aku baru sadar saat ibu akan ditabrak oleh bus..” Anaya menahan tangisnya, gulai sapi jadi terasa kurang enak di lidahnya.
“Begitu ya, lalu mengapa orang orang mulai bilang kau dikutuk. Apa karena kau mengunjungi danau itu, atau hanya gosip..” Aliza melanjutkan.
“Aku tidak tau kalau itu kak Aliza. Tapi yang jelas setelah kejadian itu banyak hal aneh yang ku temui. Ingin mencari penjelasan pun rasanya sulit, karena tak ada tempat bertanya.. jika di buku itu punya penjelasannya aku akan membacanya sampai akhir..” Anaya berkata tegas.
Aliza tercengang dengan kalimat Anaya ini, di usianya yang masih dini. Dia punya banyak keyakinan dan tekad yang kuat, berani dan pantang menyerah.. meski sangat cengeng.
“baiklah, semoga kau bisa mendapatkan jawabanmu ya Anaya, jangan lupa untuk perhatikan kesehatanmu.. aku duluan. Ada tugas sekolah yang harus aku kerjakan.” Aliza bangkit dari tempat duduknya kemudian melangkah pergi meninggalkan ruang makan itu.
“tumben sekali Aliza bertanya begitu.. biasanya dia tidak peduli dengan tamu yang datang ke rumah ini.” Celetuk Janson.
“Tapi kedatanganku ini ke rumahmu memang sangat tiba tiba, wajar kalau Aliza bertanya begini..”
“Tapi gak harus detail sekali kan Anaya. Pertama kali bertemu dia malah menganggap kita pacaran ingat kan?” Janson bicara lagi.
Awal pertemuannya memang seperti itu, namun sepertinya Aliza memang punya sisi yang dewasa. Dan selalu ingin tau dengan apa yang ada di rumahnya.
“sudahlah ayo kita makan, nanti gulainya dingin..” Anaya menyudahi topik ini.
...*****...
Anaya tidak melanjutkan membaca buku di perpustakaan, melainkan menghabiskan waktu siang sampai sore di kamarnya.. di atas balkon yang berada di lantai 2. Terlihat kota bansar dari sana.
Begitu banyak orang yang berlalu lalang di jalan raya, dia bahkan memikirkan bi Marni, bi Imah, dan anak anak bi Marni sekarang.
Mereka hilang entah kemana.
Anaya bahkan sudah meminta bantuan agar bi Marni, bi Imah dan kedua anaknya Dian dan Mila ditemukan. Namun sampai sekarang belum ada kabar mengenai mereka.
Sudah sekitar 2 bulan pencarian dilakukan, dan itu sama sekali tidak membuahkan hasil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
meme
hallo kak aku mampir, udah aku like+rate 5^_^
Semangat up.nya ya💪
di tunggu feedbcknya🤗
2020-09-25
1
Asih Sunkar
kk aku mampir bawa buah jari berupa like rate dan komen mampirlah juga ke karyaku ya kk
TERPAKSA MENIKAHI WANITA JANDA
SUAMIKU PENGANTIN KAKAKKU
2020-09-23
1
imars
semangat thor 💓
2020-09-23
1