“Apakah ini dirimu?” tanya Leo sambil menunjuk sebuah foto di mana seorang anak perempuan bergaun merah muda tampak tersenyum ke kamera.
Angela mengangguk. Dia duduk di tepi ranjang sambil melepas ikatan rambutnya. “Ya, usiaku empat tahun di foto itu. Waktu itu aku sangat senang memakai gaun itu dan merasa seperti seorang peri, jadi aku meminta mama untuk memfotoku,” jelas Angela seraya tersenyum tipis.
Leo mengangguk-anggukkan kepalanya. Matanya kembali menyisir ke seluruh penjuru ruangan. “Apakah hanya ada foto ini di apartemenmu?” tanyanya.
“Ya.”
“Ah, sayang sekali. Padahal aku ingin melihat fotomu yang lain.”
Angela melipat tangan di depan dada. “Memangnya melihatku secara langsung tidak cukup bagimu?” tanya Angela seraya memiringkan kepalanya.
Leo terkekeh. “Bukan begitu. Tapi, foto selalu menyimpan kenangan yang bisa diceritakan,” balas Leo.
Di dalam hati, Angela merasa bersyukur karena dia tidak memajang fotonya yang lain di apartemen ini. Bisa gawat kalau Leo melihat fotonya dengan Nick dan tahu kalau dia adalah adik Nick. Rencananya bisa-bisa gagal total kalau sampai hal itu terjadi. Memikirkan Leo akan tahu sudah sangat membuat Angela takut, tetapi Angela tetap berusaha tenang menghadapi Leo.
“Tidak banyak yang bisa diceritakan dariku, aku hanyalah wanita biasa. Tidak seperti wanita-wanita yang pernah kau kenal,” ucap Angela.
“Kau salah.”
“Apa maksudmu?” Angela menatap serius pada Leo.
“Menurutku kau adalah wanita yang istimewa. Jika kau tidak istimewa, tak mungkin aku rela membayar orang untuk mencari tahu alamatmu hanya karena aku ingin bertemu denganmu lagi,” jelas Leo, membuat Angela sontak saja terkesiap dan menatap Leo dengan tatapan jauh lebih serius.
Tatapan mereka bertemu, namun dengan cepat Angela mengalihkan pandangannya. Tak lama setelahnya, Leo melakukan sesuatu yang sangat mengejutkan Angela, yaitu berganti pakaian di kamarnya.
“Leo, apa yang sedang kau lakukan?!” pekik Angela sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan karena tiba-tiba saja Leo melepaskan handuk yang melilit bagian bawah tubuhnya.
“Aku berganti pakaian, Angela.” Leo tertawa renyah melihat Angela menutupi wajahnya. “Kenapa kau menutupi wajahmu? Bukankah kau pernah melihat semua yang ada di sini? Kau bahkan sudah menyentuh dan menikmati tubuhku. Aku benar bukan?” tanya Leo sambil mengedipkan sebelah matanya.
“Diamlah dan cepat pakai bajumu!” seru Angela sambil diam-diam mengintip Leo dari celah-celah jemarinya.
“Tak perlu mengintip jika kau ingin melihat tubuhku. Aku tahu kau pasti menyukainya,” gurau Leo, membuat wajah Angela memerah menahan malu karena ketahuan mengintip.
“Dasar menyebalkan!”
Angela melemparkan bantal hingga mengenai tubuh Leo. Leo menangkap bantal itu sambil tertawa-tawa. Buru-buru Leo memakai pakaiannya sebab ia tak mau Angela semakin kesal padanya.
“Aku sudah selesai,” ucap Leo.
Angela membuka matanya. Dahinya berkerut samar ketika ia melihat Leo berjalan menuju ke sisi lain ranjang dan membaringkan tubuh di sana.
“A-apa yang kau lakukan? K-kenapa kau tidur di sini?” tanya Angela tergagap. Ia merasa gelisah sebab ia tidak terbiasa berbagi ranjang dengan orang lain, di apartemennya, terlebih seorang pria.
“Di apartemenmu hanya ada satu kamar. Kau tidak mungkin menyuruhku tidur di sofa, ‘kan?” tanya Leo.
Angela terdiam. Dia menelan ludahnya dengan susah payah. Ia sangat gelisah karena Leo bertingkah seperti di rumah pria itu sendiri.
Leo yang menyadari kegelisahan Angela pun bertanya, “Angela, ada apa? Apakah kau tidak nyaman denganku?”
Angela menggeleng cepat. “Tidak. Hanya saja ini yang pertama kali bagiku,” ucapnya jujur. Dia menarik napas dalam-dalam, berusaha untuk tetap bersikap tenang.
Leo tersenyum senang. “Ayo, berbaringlah di sampingku!” ajaknya.
Angela membaringkan tubuhnya di samping Leo. Leo pun langsung menarik tubuhnya mendekat, kemudian mendekap Angela dengan erat di dalam pelukannya.
"Tidak pernah ada pria yang datang kemari?" tanyanya.
"Tidak."
Hanya Nick. Sambung Angela dalam hati.
"Aku senang mendengarnya," ucap Leo semakin memeluk Angela.
Tiga puluh menit berlalu, Leo telah terlelap sambil memeluk pinggang Angela. Tapi, Angela justru tak bisa tidur.
Drrtt ... Drrtt ....
Ponsel Angela berdering. Pelan-pelan ia melepaskan pelukan Leo dan meraih ponselnya yang dia letakkan di atas nakas. Ada sebuah pesan singkat dari Nick.
[Angela, kau jangan datang ke rumah dulu. Aku ingin memaksa Eve untuk menjaga Alden.]
Membaca itu, tanpa berpikir dua kali Angela membalas pesan singkat itu berkata jika dia setuju dengan rencana Nick.
Angela kembali menatap Leo yang terlelap di sampingnya. Angela bingung kenapa pria sukses seperti itu mau merusak rumah tangga orang lain. Menurut Angela, banyak wanita lajang yang pasti menginginkan Leo.
“Angela,” panggil Leo dalam tidurnya. Samar-samar, Leo tampak tersenyum, lalu kembali menarik Angela ke dalam pelukannya.
Tubuh Angela bergetar, jantungnya berdetak kencang. Namun, dengan segera wanita itu menepis segala perasaan yang ingin muncul.
Tidak Angela. Kau harus ingat tujuanmu. Batinnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Raufaya Raisa Putri
𝙖𝙥𝙖𝙠𝙖𝙝 𝙨𝙖𝙙 𝙚𝙣𝙙𝙞𝙣𝙜𝙨... 𝙖𝙩𝙬 𝙠𝙖𝙝 𝙝𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙚𝙣𝙙𝙞𝙣𝙜
2024-04-21
0