Nick menjauhkan ponsel dari telinganya detik di mana sambungan telepon itu terputus. Matanya menatap kosong pada layar ponselnya yang kini hanya menunjukkan riwayat panggilannya dengan Angela.
“Sebenarnya di mana Angela saat ini?” Ia bergumam pelan.
Saat ini, Nick masih berdiri di depan apartemen Angela. Ada rasa curiga yang menyelinap di dadanya mengingat jika Angela tidak biasanya pergi jika bukan karena ada urusan penting, selebihnya Angela akan menghabiskan waktu menjaga Alden atau bertemu Clarisa–temannya. Sebagai seorang kakak, dia khawatir dengan keadaan adiknya. Tapi, jika Nick pikir-pikir lagi, kekhawatirannya adalah hal yang tidak perlu.
Sepulang kerja, biasanya Nick memang menyempatkan diri untuk memeriksa keadaan Angela. Memiliki tempat tinggal yang terpisah membuat Nick sering kali khawatir dengan keadaan adiknya. Jangan lupa kalau Nick memiliki tanggung jawab kepada adiknya, satu-satunya keluarga yang dia miliki selain Alden.
Nick menggeleng-gelengkan kepala. Dia mencoba untuk berpikir positif.
“Angela pasti pergi bersama Clarisa. Ya, Clarisa. Aku tidak perlu khawatir,” ucapnya lirih.
Bagaimana pun juga Angela sudah dewasa. Angela sudah sepantasnya pergi dan bersenang-senang untuk menikmati masa mudanya. Nick juga percaya kalau Angela pasti bisa menjaga dirinya sendiri.
“Lebih baik sekarang aku pulang dan memeriksa apakah Evelyn menepati janjinya untuk merawat Alden atau tidak,” katanya lagi sebelum akhirnya meninggalkan apartemen Angela.
*****
Di saat yang sama di tempat yang berbeda, Leo menarik tubuh Angela hingga menempel pada tubuhnya.
“Bagaimana bisa kau tahu kalau aku memakai peralatan mandi milikmu?” tanya Leo.
“Itu mudah sekali.” Angela menatap lurus pada manik mata Leo. Bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman. “Semua peralatan mandiku memiliki wangi yang sama dengan parfumku,” jelasnya tersenyum sinis.
Leo tertawa renyah. “Kau benar,” balasnya. Dalam hati dia berkata jika aroma Angela membuatnya candu, seolah Leo ingin aroma itu juga menempel pada tubuhnya hingga dia memutuskan untuk memakai peralatan mandi Angela.
"Leo, kau tidak merasa malu menggunakan peralatan mandiku?" tanya Angela.
"Kenapa aku harus malu, aku menggunakan peralatan mandi keka–" Leo tak melanjutkan ucapannya yang nyaris menyebut Angela sebagai kekasihnya.
Suasana tiba-tiba menjadi canggung sebab Angela juga jelas mengerti apa yang akan Leo katakan sebelumnya. Jantung Angela berdetak kencang, begitu juga yang dirasakan oleh Leo.
"Angela."
"Leo."
Keduanya berbicara secara bersamaan membuat keduanya juga akhirnya kembali tersenyum.
"Ada apa?" tanya Angela kembali bersikap santai.
"Jangan jatuh cinta padaku!" ucap Leo membuat Angela tertawa meski sedikit ngilu dia rasakan mendengar kalimat itu.
"Aku bukan wanita yang akan mudah jatuh cinta, Leo," balas Angela.
"Benarkah?" tanya Leo lagi yang diangguki oleh Angela.
Leo dan Angela saling berpandangan. Tatapan mereka terkunci seiring dengan Leo yang perlahan mengikis jarak di antara mereka. Namun, saat bibir Leo hampir menyentuh bibir Angela, tiba-tiba saja wanita itu menoleh hingga membuat ciuman Leo hanya mendarat di pipinya.
“Leo, aku lapar sekali. Bisakah kita makan malam sekarang?” tutur Angela tanpa menatap ke arah Leo.
Angela sengaja menghindar saat Leo berniat menyentuhnya . Dia teringat pesan Nick saat bercakap dengan dia di telepon tadi Nick berpesan supaya Angela tidak mudah luluh pada pria dan menghancurkan hidupnya. Angela takut dia akan menyesali apa yang terjadi saat dia berpikir jika rencananya hampir berhasil.
“Kau lapar?”
Angela mengangguk, masih dengan wajah tertunduk.
Leo tertawa. “Tidak perlu sungkan. Kau boleh lakukan sesukamu di rumah ini,” balas Leo.
"Benarkah itu?"
Leo mengangguk, lantas menggandeng Angela menuju ke ruang makan. Di sana, tampak para pelayan tengah menata makanan di meja makan.
“Apakah akan ada tamu yang datang? Kenapa ada banyak sekali makanan?”
Leo mengedikkan bahunya. “Para pelayan memang biasa menyiapkan berbagai menu untuk makan malam,” balasnya santai.
Pria itu menarik bangku, mempersilahkan Angela duduk, kemudian mengambil tempat di samping Angela.
Mereka berdua menikmati makan malam sembari mengobrol ringan. Angela dapat bernapas lega karena sepertinya Leo tidak curiga jika dia sengaja menghindari sentuhan pria itu. Sebaliknya, Leo bahkan tampak sangat menikmati waktu makan malam mereka sebab dia dapat semakin mengenal Angela.
Usai makan malam, mereka kembali ke kamar.
Lagi dan lagi Leo berusaha untuk menyentuh Angela namun Angela menepis sentuhan Leo secara halus.
“Leo, maaf sepertinya kita tidak bisa melakukannya malam ini. Aku sangat lelah dan mengantuk,” ucap Angela, berharap Leo akan percaya.
Leo mengangguk. “Tidak masalah. Kalau begitu, ayo kita tidur,” balasnya.
Leo berbaring di sisi kanan tempat tidur sementara Angela di sisi kiri. Melihat Angela yang membaringkan tubuh terlalu jauh darinya, Leo pun menarik tubuh Angela mendekat hingga Angela terperangkap di dalam pelukannya.
“Leo, apa yang sedang kau lakukan?!” pekik Angela kaget.
“Aku hanya ingin tidur sambil memelukmu,” jawab Leo.
Tak lama kemudian, suara dengkuran halus terdengar bersahutan. Angela dan Leo terlelap sembari memeluk satu sama lain, seolah hanya dengan cara itu mereka dapat menemukan kenyamanan yang abadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Raufaya Raisa Putri
hemm... benarkah Leo setulus itu. to njel... km bhkn udah wikwik sm Leo. kk hamidun gmn?!
2024-04-21
0
Mystera11
karakter Leo susah ditebak,,,, jgn sampe Angela yg jatuhcinta dluan sm Leo...
2023-12-15
2