Beberapa hari berlalu, disaat sosok seorang ibu sangat dibutuhkan bagi anak dan suaminya, sosok yang diharapkan itu justru tanpa beban sedikit pun tengah bersenang-senang bersama pria pujaannya.
“Apakah kau sudah lapar? Sebentar lagi masakanku akan matang,” ucap Evelyn sambil tersenyum ke arah Leo yang tengah berdiri di ambang pintu dapur.
Leo berjalan menghampiri Evelyn, kemudian memeluk wanita itu dari belakang. Leo menyandarkan kepalanya pada tengkuk leher Evelyn, membuat Evelyn terkekeh geli karena tingkah manjanya.
“Jika kau memelukku seperti ini, aku tidak yakin masakanku akan cepat selesai,” tegur Evelyn.
“Hm, aku bisa menjadikanmu makan malamku sebagai gantinya,” goda Leo seraya mengecup leher Evelyn.
“Leo!”
Tangan Evelyn bergerak mencubit pinggang Leo. Leo memekik kesakitan kemudian melepaskan pelukan mereka.
“Aku hanya bercanda, Eve,” ujar Leo. Pria itu terkekeh geli melihat wajah kesal Evelyn yang justru tampak menggemaskan baginya.
Evelyn melipatkan tangannya di depan dada. Ia melemparkan tatapan tajam ke arah Leo. Leo mengerti maksud dari tatapan itu, Evelyn ingin dia menjauh dari dapur jadi dia tanpa basa-basi lagi langsung melakukannya. Pria itu mundur, kemudian mendaratkan pantatnya di kursi tinggi yang terletak di sudut dapur, memandang Evelyn dari sana.
Leo merasa senang karena kini dia semakin banyak menghabiskan waktu bersama dengan Evelyn, pujaan hatinya. Namun, tak bisa dipungkiri jika ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Terlebih jika dia mengingat tentang sosok Angela.
Bagaimana kabarnya?
Leo dengan cepat menepis pikirannya yg kembali mengingat Angela, tak pernah terjadi dalam hidupnya mengingat wanita lain saat dia tengah bersama Evelyn, tapi yang terjadi sekarang justru Angela lah yang selalu ada dalam pikirannya sekali pun dia menikmati kebersamaan dengan Evelyn.
Beberapa hari telah berlalu semenjak malam yang dia habiskan bersama dengan Angela. Akan tetapi, sedetik pun Leo tak bisa melupakan apa yang terjadi. Bohong jika Leo berkata kalau dia tidak mengharapkan telepon dari Angela. Namun, ia sendiri gengsi jika harus menelepon Angela terlebih dahulu.
“Leo!”
Seruan itu membuat Leo tersentak dari lamunannya. Ia sontak saja terkesiap dan menoleh ke arah Evelyn.
“Ada apa, Eve?”
“Aku tadi berkata jika makan malamnya sudah siap. Apakah kau tidak mendengarku?”
Leo menggaruk tengkuknya. “Maaf, aku tadi sedang memikirkan tentang rapat penting besok pagi,” ucap Leo, berdusta. Tak mungkin dia membiarkan Evelyn tahu jika dia sedang memikirkan wanita lain.
*****
Sementara itu di saat yang sama, Angela tengah duduk di tepi ranjang sambil memandang wajah pucat keponakannya, Alden. Mata Alden terpejam, pertanda jika anak itu tengah terlelap.
Beberapa hari belakangan, Alden sedang sakit. Angela dan Nick diharuskan untuk fokus merawat Alden terlebih karena Alden dirawat jalan di rumah sebab anak itu tidak suka suasana rumah sakit.
Setelah memastikan Alden sudah tidur nyenyak, Angela berjalan keluar dari kamar anak itu. Di ruang keluarga, dia mendapati Nick tengah duduk sambil menatap kosong pada layar televisi di depannya.
Angela menghela napas panjang, lalu menghampiri Nick dan duduk di sampingnya.
“Evelyn masih belum bisa dihubungi?” tanya Angela menahan rasa kesalnya.
Nick menoleh kemudian menggeleng lemah. “Jangankan mengangkat telepon, pesan singkat dariku saja tidak dia baca. Entah apa yang sedang dia lakukan sekarang bersama pria itu,” ucap Nick sambil tersenyum masam.
“Tadi, sebelum tidur Alden bercerita padaku kalau dia senang karena kau seharian ini menemaninya di rumah,” ucap Angela, berusaha mengalihkan pembicaraan.
Nick terkekeh. “Alden memang sangat manja jika sedang sakit, andai saja Evelyn ada di sini bersamanya dia pasti akan sangat senang dan lekas pulih,” balas Nick.
Nick menggeleng-gelengkan kepalanya. Bagi Nick, Alden adalah semangat hidupnya yang baru. Setiap kali dia melihat Alden, dia seolah bisa melupakan masalahnya dengan Evelyn. Meskipun terkadang dia juga merasa sedih karena Evelyn tak dapat memberikan Alden kasih sayang yang pantas didapatkan oleh anak itu.
“Dia beruntung memiliki ayah sepertimu.”
Nick tersenyum kecut. “Andai saja Eve juga bisa menjadi ibu yang baik untuk Alden, dia pasti akan sangat bahagia,” balasnya lagi.
Angela meraih tangan Nick. “Nick, setelah tahu tentang apa yang terjadi di antara kau dan Eve ataupun tentang cara Eve memperlakukan Alden, aku jadi bertanya-tanya ....”
“Apa?”
“Sampai kapan kau akan mempertahankan istri seperti Eve? Dia sama sekali tidak pantas untuk kalian. Sampai kapan kau akan bertahan?” tanya Angela dengan raut wajah prihatin.
Nick diam seribu bahasa. Bagaimana bisa dia menjawab pertanyaan Angela jika pertanyaan itu juga yang tengah memenuhi otaknya beberapa waktu terakhir? Nick tak tahu jawaban dari pertanyaan itu, jadi dia memilih untuk diam.
Angela juga ikut terdiam. Dia tahu jika Evelyn saat ini sedang bersama Leo. Angela ingin sekali melanjutkan rencananya. Namun, untuk saat ini Alden lebih membutuhkannya. Oleh karena itu dia menunda rencananya untuk sementara waktu.
Ya, sementara waktu. Sebab Angela telah bersumpah pada dirinya sendiri jika dia akan membuat Leo dan Evelyn berpisah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Raufaya Raisa Putri
𝙠𝙖𝙠𝙖 𝙖𝙙𝙚𝙠 𝙨𝙢 𝙡𝙤𝙨𝙞𝙣𝙜 𝙉𝙔 𝙮... 𝙩𝙜 𝙨𝙖𝙩 𝙪 𝙗𝙪𝙩𝙖 𝙘𝙞𝙣𝙩𝙖, 𝙮𝙜 𝙨𝙖𝙩𝙪 𝙜𝙖𝙢𝙥𝙖𝙣𝙜 𝙣𝙜𝙖𝙨𝙞𝙝 𝙢𝙖𝙝𝙠𝙤𝙩𝙖. 𝙮𝙤𝙪 𝙬𝙚𝙨 𝙡𝙖𝙝. 𝙥𝙞𝙚 𝙣𝙚𝙝?!
2024-04-21
0
Wicih Rasmita
lanjut thor
2023-11-13
0