“Apakah kau akan terus mengabaikanku?”
Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari bibir Evelyn. Wanita itu menatap lurus pada Leo yang tampak fokus menyetir. Sejak menjemput Evelyn di kediamannya, Leo belum mengajaknya berbicara lagi. Pria itu hanya sempat memeluk Evelyn sejenak lalu menyuruh Evelyn masuk ke dalam mobil.
Lima menit kemudian, mobil yang ditumpangi oleh Leo dan Evelyn memasuki sebuah gerbang. Leo menghentikan mobilnya tepat di depan sebuah rumah bergaya renaisans dengan sentuhan arsitektur modern yang tak lain adalah rumahnya.
“Turun, kita bicarakan ini di dalam,” ucap Leo sembari membukakan pintu mobil untuk Evelyn.
Evelyn mengangguk, lalu turun dari mobil. Mereka berdua berjalan bersisian masuk ke dalam rumah Leo. Detik di mana pintu rumah Leo ditutup adalah detik di mana keributan pun terjadi.
“Apakah kau masih marah karena aku tidak datang tadi malam?” tanya Evelyn sambil melipat tangannya di depan dada.
Leo mengedikkan bahu. Pria itu lantas mendaratkan pantatnya di sofa sembari menggulung lengan kemejanya hingga ke siku.
“Menurutmu bagaimana?” balas Leo acuh tak acuh. “Kau juga tahu, ‘kan, kalau aku sengaja mengadakan pesta tahun baru di kapal untuk merayakan hari di mana kita bertemu?”
Evelyn memejamkan matanya sejenak. Dia ingat betul bagaimana bersemangatnya Leo beberapa hari yang lalu saat membicarakan tentang rencana pesta tahun baru yang akan dia adakan. Leo berkata pada Evelyn jika pesta tahun baru itu akan menjadi pengingat tentang bagaimana cinta mereka mulai tumbuh dan mekar menjadi hubungan mereka yang sekarang. Leo juga ingin Evelyn tahu jika dia sangat mencintai Evelyn dan serius dengan hubungan mereka.
Namun, sayangnya sepertinya Evelyn telah melewatkan malam yang seharusnya akan menjadi sangat spesial untuk mereka. Wanita itu justru tertidur di kediaman suaminya hingga fajar menyingsing.
“Aku tahu,” ucap Evelyn pada akhirnya.
“Jika kau tahu, seharusnya kau datang,” cibir Leo. Pria a itu bangkit berdiri, lalu kembali berucap, “Tubuhku rasanya gerah, aku akan mandi dulu. Kita bicarakan ini nanti.”
“Ngomong-ngomong, ke mana saja kau pagi ini? Kenapa kau tidak mengangkat teleponku?” tanya Evelyn sebelum Leo menaiki anak tangga.
Pria itu menghentikan langkahnya. Jantungnya terasa berhenti berdetak saat dia mendengar pertanyaan Evelyn. Namun, pria itu kembali mengubah ekspresinya menjadi netral tepat saat dia membalik tubuhnya menghadap Evelyn.
“Aku telah mengadakan pesta untukmu, kau tidak datang ke pesta itu. Dan hal yang kau khawatirkan adalah kenapa aku tidak mengangkat teleponmu? Yang benar saja, Eve!” cerca Leo sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia tidak menyangka jika Evelyn justru lebih ingin membahas tentang alasan Leo tidak mengangkat panggilan darinya.
“Aku hanya merasa ada yang aneh saja. Tidak biasanya kau mengabaikan panggilan dariku,” sindir Evelyn seraya menyipit tajam ke arah Leo.
“Dan tidak biasanya juga kau tidak datang ke pesta,” balas Leo tak kalah tajam.
Pria itu begitu kecewa karena Evelyn tidak datang ke pestanya. Terlebih lagi, saat dia mengingat tentang apa yang dia lakukan di pesta tadi malam bersama Angela. Kalau saja Evelyn datang, mungkin hal seperti itu tidak akan terjadi dan Leo tidak akan merasa bersalah seperti ini pada Evelyn.
Ya, alasan Leo dari tadi mengabaikan Evelyn karena dia bingung harus bersikap seperti apa di depan Evelyn setelah apa yang terjadi tadi malam. Dia merasa bersalah. Tapi, dia juga tidak mungkin menunjukkannya secara terang-terangan di depan Evelyn.
Leo terlalu takut untuk kehilangan Evelyn sebab ia mencintai wanita itu.
“Aku punya alasan kenapa aku tidak datang. Aku ketiduran. Bukankah aku sudah mengatakannya tadi di telepon?” tanya Evelyn sambil mencebikkan bibirnya.
“Oh, benarkah? Kau ketiduran? Atau kau jangan-jangan memang tadi malam menghabiskan waktu dengan suami dan anakmu sehingga kau lupa dengan pesta yang aku adakan, atau bahkan sedang menikmati pesta di ranjang bersama Nick,” tuding Leo penuh curiga.
“Kau jangan gila, Leo!” Evelyn memutar bola matanya. “Kau tahu sendiri jika aku tidak akan pernah sudi menghabiskan waktu bersama Nick.”
Leo menghela napasnya. “Sudahlah, lupakan saja tentang semalam. Ada atau tidak ada dirimu, tadi malam pesta tetap berlangsung,” ucap Leo pada akhirnya. Dia lelah jika harus terus-menerus berdebat dengan wanita yang dia cintai.
Dan aku merasa beruntung juga tadi malam. Sambungnya dalam hati.
Mendengar kalimat yang diucapkan oleh Leo tak membuat Evelyn lantas menjadi senang. Wanita itu justru kini menatap Leo penuh curiga.
“Apakah kau menghabiskan waktu dengan wanita lain tadi malam?” tanya Evelyn sambil melipat tangan di depan dada. Tatapannya menyipit tajam pada Leo. Ada guratan curiga yang tergambar jelas di pelipisnya.
“Kau ini bicara apa, Evelyn?” tanya Leo.
Pria itu masih berusaha untuk menyembunyikan keterkejutannya atas pertanyaan yang meluncur bebas dari bibir Evelyn.
“Memangnya salah jika aku bertanya seperti itu? Aku semalam tidak datang, bisa saja hal itu terjadi, ‘kan?” tanya Evelyn.
“Bagaimana mungkin aku menghabiskan waktu bersama wanita lain, Eve? Semalaman bahkan aku terus berusaha menghubungimu,” sanggah Leo. Ia mengusap wajahnya. “Tentu saja aku akhirnya menghabiskan waktu bersama teman-temanku.”
Evelyn masih diam, belum menanggapi ucapan Leo.
“Lalu, kenapa kau tidak mengangkat teleponku tadi pagi jika semalaman kau mencoba untuk menghubungiku?” balas Evelyn setelah cukup lama diam.
“Karena tadi malam kau tidak datang, aku mabuk berat. Aku pikir kau menghabiskan waktu dengan Nick, jadi aku frustrasi dan kehilangan kontrol. Aku akhirnya minum cukup banyak tadi malam,” jawab Leo, dibumbui dengan dusta.
Melihat Evelyn yang hanya diam saja, Leo pun menarik tubuh Evelyn ke dalam pelukannya. “Eve, mana mungkin aku mengkhianatimu. Tidak ada wanita lain yang bisa merayuku karena aku hanya mencintaimu,” bujuk Leo lagi.
Leo tak mau Evelyn curiga padanya, sehingga dia harus merayu wanita itu supaya mau memaafkannya.
Beruntung Leo tadi mengganti pakaiannya sehingga aroma parfum Angela yang menempel di kemejanya semalam tak diketahui oleh Evelyn.
“Maafkan aku. Aku tahu tidak seharusnya aku mengabaikan teleponmu,” ucap Leo sambil mengusap-usap kepala Evelyn.
Mendengar bujuk rayu Leo, perlahan Evelyn mulai melunak. Wanita itu kini membalas pelukan Leo sambil memejamkan matanya.
“Aku juga minta maaf karena aku tidak datang tadi malam,” balas Evelyn.
Senyuman mengembang di wajah Leo. Pria itu lantas mengecup puncak kepala Evelyn dengan sayang.
Tapi, ada satu hal yang mengganggu pikiran Leo saat ini yaitu bayangan tentang Angela. Entah kenapa, Angela terus mengusik pikirannya. Seolah Leo tidak bisa menghapus apa yang terjadi tadi malam di antara dia dan Angela.
“Aku mencintaimu,” ucap Leo.
Bibirnya bahkan terasa kelu saat dia mengucapkan hal itu. Leo tidak tahu apa yang terjadi dengannya. Yang jelas, kini dia seolah tak bisa menghapus bayangan tentang Angela dari pikirannya.
Tidak mungkin aku merindukan wanita itu. Batinnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Raufaya Raisa Putri
𝙝𝙚𝙢𝙢... 𝙠𝙡 𝙣𝙜𝙜 𝙢𝙖𝙪 𝙨𝙢 𝙣𝙞𝙘𝙠. 𝙠𝙣𝙤𝙬 𝙢𝙖 𝙨𝙞𝙝 𝙗𝙚𝙧𝙩𝙖𝙝𝙖𝙣 𝙙𝙡𝙢 𝙧𝙪𝙢𝙖𝙝 𝙩𝙖𝙣𝙜𝙜𝙖 𝙮𝙜 𝙣𝙜𝙜 𝙗𝙖𝙝𝙖𝙜𝙞𝙖. 𝙙𝙚𝙢𝙞 𝙖𝙣𝙠?!. 𝙗𝙝𝙠𝙣 𝙖𝙣𝙖𝙠𝙢𝙪 𝙖𝙟 𝙠𝙢 𝙖𝙗𝙖𝙞𝙠𝙖𝙣
2024-04-21
0