Alex membuka pintu ruang tahanan untuk Lucas di dalam terdapat seorang pria yang sedang tersungkur di lantai dengan sekujur tubuh terdapat luka.
"Ini kacung Tuan Moris, Bos." Demon berkata, sembari memberikan sebuah pistol untuk Lucas.
Dor!
Dor!
Dua peluru telah menewaskan orang itu, satu di kepala satu lagi di dada. Darah mengalir dan tercium bau abis. Alex mengambil kembali pistol itu serta memberikan kain putih untuk Lucas agar bisa membersihkan tangannya yang kotor.
"Bereskan sampai ini! Jangan biarkan penyusup yang lain menerobos tempat ini. Jika ada satu informasi saja milik markas ini bocor kalian semua tau akibatnya!"Lucas berkata dengan lantang, Alex dan Demon hanya mengangguk dengan kepala yang menunduk tak berani menatap netra Lucas yang tegas itu.
Saat ini, Lucas sudah berada di dalam ruangan di mana beberapa orang sedang memproduksi barang haram dari pabrik mereka.
"Berapa hasil yang sudah siapkan?"
"Masing-masing memiliki seribu butir. Sudah bisa dikirim besok,"tukas salah satu penjaga pabrik itu.
"Ini adalah tugasmu Alex, aku harus mengirimnya tanpa hambatan sama sekali,"
"Baik, Tuan."
Lucas adalah orang yang memproduksi beberapa pil ekstasi terbesar di kotanya. Tetapi, tak ada yang tahu jika Lucas dari CEO Hatakke Scot adalah pemilik produk ekstasi terbesar di kota tersebut.
Saat ini, Lucas sudah berada di dalam mobilnya lagi. Alex juga sudah mengambil posisi kemudinya. Sebelum Alex menjalankan mobinya lebih dulu dia bertanya kepada Lucas ke mana pria itu akan pergi.
"Kita akan ke mana setelah ini, Tuan?"
"Kembali ke mansion,"singkat Lucas.
"Bagaimana dengan Bar? Hari ini Nona Mona Lawrence mengundang Anda ke sana. Karena, saat pada acara rapat tadi dia tak memiliki kesempatan untuk berbicara jadi dia ingin bertemu dengan Anda di Bar,"ujar Alex.
"Katakan, aku sibuk."
"Baik, Tuan." Alex langsung menghidupkan mobilnya. Serta membawa Lucas pergi meninggalkan markas Utara.
Di tempat lain, di mansion Hosea. Galih nampaknya tak juga sadar dari komanya. Hingga membuat beberapa dokter kelelahan merawat dan melakukan beberapa cara untuk membuat Galih keluar dari masa komanya. Tetapi, hal itu tak juga berhasil.
Aisyah, sudah mondar-mandir lebih dari lima kali di dalam kamar besar tersebut. Hingga terlihat dia begitu frustrasi. Pintu kamar terbuka, Aisyah bergegas berlari dari balkon ke dalam kamar. Melihat Bi Num, yang membawakan makan malam untuknya.
"Bi, kapan Tuan Lucas akan kembali? Saya ingin pergi dari tempat ini, saya ingin melihat kondisi Galih. Jika Gal...."
"Tuan muda kedua, Anda harus memanggilnya seperti itu,"sambung Bi Num, yang sedang menata makan malam untuk Aisyah di atas meja kecil.
"Baiklah, Tuan Muda Galih." Aisyah memutar malas bola matanya. Lalu, beranjak duduk di kursi meja kecil itu sembari menatap Bi Num yang menata makan malam untuknya. Semua hidangan enak dan juga mewah, tetapi belum tentu bisa mengencangkan. Makanan orang kaya tak ada yang memakan nasi waktu malam.
"Tidak ada yang tahu jam pasti kapan Tuan Lucas tiba di mansion. Apalagi Tuan Lucas hanya memiliki waktu dua jam untuk istirahat di mansion, selebihnya akan dia gunakan untuk bekerja di luar Manson,"ungkap Bi Num. Aisyah sudah menghela napasnya berkali-kali.
"Aku ingin bertemu dengan Tuan Muda Galih, aku ingin melihat kondisinya. Mungkin dengan aku datang ke kamarnya dia akan membaik,"bujuk Aisyah, itu hanya saran Aisyah. Bi Num, yang mendengar itu hanya terlihat sedang memikirkan untuk mempertimbangkan perkataan Aisyah.
"Bi Num, ayolah sekali saja. Ku mohon...." Aisyah sampai memegang tangan Bi Num, berharap wanita tua itu mau menerima sarannya itu. Tetapi, Bi Num berpikir sedikit lebih lama, lalu baru berdiri.
"Baiklah, Nyonya. Tapi, hanya sebentar tidak boleh lebih dari 20 menit, karena Tuan Lucas itu bisa-bisa tiba-tiba di rumah di waktu yang tidak bisa kita tebak,"ujar Bi Num. Raut wajah Aisyah langsung sumringah ketika dirinya diperbolehkan untuk pergi menemui Galih di kamar.
Bi Num menutup kembali makanan yang tadi di bawahnya. Lalu, mereka berdua berjalan ke arah pintu untuk meninggalkan kamar itu.
"Ingat ya, 20 menit tidak lebih!"Bi Num kembali mengingatkan wanita itu soal waktu. Mau bagaimanapun ini adalah tanggung jawab Bi Num.
"Iya iya!" Aisyah memegang tangan Bi Num. Begitu pintu kamar terbuka, lalu mereka berdua terkejut. Axel ada di depan pintu kamar Aisyah.
"Kemana Anda akan membawa wanita ini?"
"Di-dia ingin bertemu dengan Tuan Galih,"
"Tidak bisa!" Axel melarang Aisyah untuk meninggalkan kamar itu.
"Tuan, ku mohon. Biarkan aku pergi menemui Tuan Muda kedua. Karena gara-gara aku Tuan muda kedua begitu, aku yakin dengan dia melihatku dia akan baik-baik saja." Aisyah sedikit memohon. Ucapan Aisyah bisa menyakinkan Axel untuk memperbolehkan dirinya pergi menemui Galih.
"Baiklah, ikuti aku!"
Aisyah dengan raut wajah yang senang pergi menemui Galih di dalam kamarnya. Kehadiran Axel dan Aisyah disambut ramah oleh beberapa dokter yang bertugas di sana. Axel adalah salah satu orang yang Lucas percaya selama di mansion.
"Ingat, tidak boleh lama."
"Iya," singkat Aisyah. Semua dokter keluar dari kamar itu hanya tertinggal Aisyah saja di sana.
Aisyah mendekati ranjang di mana Galih berada, wanita ini tersenyum. Lalu duduk di tepi ranjang Aisyah, menggenggam tangan Galih dengan erat.
"Kamu adalah adik iparku. Maafkan aku Galih, mungkin ucapanku membuat kamu terluka. Tetapi, kamu harus tahu kehidupan ini tak sesingkat seperti yang kamu cerita Galih. Masih panjang jalan yang mungkin bisa kita tempuh jika Allah berkehendak. Jangan ambil jalan yang singkat hanya karena cinta, bangunlah Galih!"ucap Aisyah yang kini masih menatap tubuh kaku Galih yang berbaring di ranjang king size itu.
Tit! Tit! Tit!
Mendadak bunyi monitor mengejutkan banyak orang yang berada di luar kamar dan segera masuk untuk melihat. Bukan hanya mereka, Aisyah sendiri juga terkejut dan segera berdiri ketika semua dokter telah masuk.
"Detak jantungnya berdetak kencang. Tuan Muda Kedua telah merespon,"ucap salah satu dokter.
"Tetapi, denyut nadi melemah."Sahut dokter yang lain.
"Apa yang Anda lakukan?" Axel bertanya sembari menggenggam erat lengan Aisyah.
"Aaawh, Tuan sakit. Lepas! Aku tak melakukan apapun, aku hanya berbicara dengannya,"ucap Aisyah sembari menahan lengannya yang sakit. Pintu kamar kembali terbuka, Lucas telah kembali. Semua orang mendadak kaget begitu juga dengan Axel dan Bu Num yang saat ini berada di dapur.
Langkah kaki Lucas berjalan ke arah Aisyah dan Axel. Lucas menarik Aisyah di tangan Axel, lalu menamparnya begitu keras yang mengejutkan semua dokter dan orang yang berada di sana.
"Siapa yang mengijinkannya keluar dari kamar?!"Lucas bertanya, tetapi tak semua orang mau menjawab.
"Apa kalian semua bisu?!" Lucas kembali bertanya, tiba-tiba Bi Num datang dengan kepala yang menunduk.
"Tuan, maaf. Ini salahku, aku yang menginginkannya keluar dari kamar,"Bi Num bersujud di kaki Lucas memohon ampun.
"Tidak, ini salahku. Aku yang memaksa Bi Num untuk membawaku keluar dari kamar, jika Tuan ingin menghukum. Maka hukum saja aku,"Aisyah memegang kaki Lucas memohon kepada pria itu untuk melepaskan Bi Num.
"Tuan, ini salahku! Aku yang telah la...."
Satu pukulan bogem tepat mengenai wajah Axel hingga pria itu tersungkur ke lantai, sebelum Axel menyelesaikan ucapannya.
"Kau ...."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Anita yoongia
masih penasaran knapa aisyah bucin bangt sama lucas padahal dia laki laki kejam pada awalnya🤭
2024-06-01
0
Yuli Yuli
ya Allah yg sbar Aisyah cobaanmu trlalu berat mghadpi Lucas
2024-03-08
0
Ida Lailamajenun
baca nya jadi tegang😂😂
2024-02-11
0