Hari yang cerah secerah hati ini. Aku berjalan menuju ke rak sepatu disamping pintu, Aku ambil dan kukenakan dikaki ini. OTW jogging gaess. Menikmati pagi langit biru di Bengkayang yang begitu indah. Aku terus berlari sambil sesekali berjalan menginstirahatkan kedua alat penopang tubuhku. Kesekian kalinya Aku mengunjungi pasar Teratai, yah seperti biasa Aku akan membawa pulang bahan-bahan masakan, kue, sarapan untuk anak-anakku, ortu dan ... Anyer.
Setelah lelah, Akupun pulang. Dari gang menuju rumahku, seseorang sedang menyapu pekarangan rumah, siapa lagi kalau bukan pujaan hatiku. "Pagi, Nyer, nih ada sedikit kue juga bubur. Aku taruh dimeja," kataku seraya masuk kedapurnya dan meletakkannya diatas meja makan. "Aku bantu sini," Aku menawarinya bantuan, padahal kedua tanganku masih menenteng belanjaan yang banyak banget. "Ga usah, tuh tanganmu ga cukup," balasnya mengejek. "Ok, bentar Aku taruh dulu, nanti Aku kembali, tunggu, yah,"Akupun segera berjalan dengan langkah seribu agar lekas tiba dirumah dan meletakkan semua kantong kresek yang ku tenteng sedari tadi.
Setiba didepan pintu, Anyer sudah kabur. "Yah, Aku diprank," keluhku kesal. Aku tak perduli, Aku kembali lagi kerumahnya lagi, ternyata pintunya masih terbuka. " Nyer, Aku masuk ya," sapaku dari luar dan tanpa menunggu jawaban darinya Aku sudah berada disampingnya. "Om, Tante mana, Nyer?' tanyaku memastikan. " Mereka ke Singkawang, holiday sekalian setor piutang pada bos," sahutnya sembari menyusun piring mangkok yang sudah kering ke lemari kacanya.
Mendengar itu, hatiku senang tak terkira. Aku segera mendekatinya, ku peluk tubuh sexy itu, "Ahhh ... " rintihnya karena terkejut. Opps, Aku tutup pintu rumahnya terlebih dahulu, agar tak diganggu. "Nyer, Aku kembali berbisik ditelinganya "Napa, Ren?" tanyanya tak perduli dan tangannya masih sibuk menata piring untuk disusun. Aku ambil semua benda ditangannya. Aku menggodanya dengan rayuan maut. "Sudah lama kita tidak berkencan, Aku rindu kamu, Nyer," rayuku. Tanpa menunggu , Aku sosor bibir manisnya, 'akhh' ... desahnya memberontak. Namun, semakin Ia melawan, nafsuku semakin membara.
Aku mengulum bibirnya dan tanganku juga tidak tinggal diam. Bekerja dengan lincah pada kedua bola kenyalnya, 'Ahhhh ... ahhh ...' desahnya. Dia sangat menikmati sentuhan tanganku, jariku bermain pada kedua puting yang sudah keras seperti siap menusuk sasarannya. Lalu, Aku hisap puting itu bergantian, suara desahannya semakin membuat dadaku bergejolak. Sepasang gunung kembar itu terbungkus oleh bra berwarna peach. Kulepas paksa bra yang cukup menggangguku, Ku lemparkan dilantai, Aku terus menerus memainkan kedua bola empuk itu bergantian. Anyelir kewalahan dengan aksi binalku. "Ren, berhenti ..." bisiknya. Aku tak perduli, Aku kini melakukan gerakan memijit area sensitif miliknya. "Aku pijit ya, sayang," Ku bisikkan rayuan manis untuknya.
Dengan sekuat tenaga, Ia terus mendorongku, namun usahanya sia-sia belaka. "Reno, Aku mohon ... hentikan," pintanya memelas. Aku jadi tidak tega melihatnya. "Nyer, kenapa kamu menolak?" tanyaku heran dengan tingkahnya setiap kali Aku melakukannya, padahal sudah hampir mencapai klimaks. Wajah merah, ntah karena marah atau karena malu.
"Ren, kamu jangan seperti itu, Aku ga suka," Ia merepek kesal. Aku mengabaikannya dan duduk diatas kursi di samping mejanya. Ia cuek. "Aku ingin kita menikah segera," ucapku memerintahnya. Ia tak perduli padaku. Itulah yang membuatku jengkel.
"Anyer, kira menikah ya," kataku sekali lagi. Ia tetap mengabaikanku. Aku berjalan kearahnya, Aku kecup bibirnya hingga Ia tak berkutik. "Ya ... iya ... puasss," ucapnya jengkel. "Makasih ya, Nyer," Aku kembali mengecup keningnya. Aku bahagia sekali akhirnya Ia setuju walau sedikit terpaksa.
Aku mengambil mangkok dari lemarinya, Aku pindahkan bubur ke mangkok berikut antek-anteknya. "Nih, makan buburmu," kataku seraya merapikan semua kantong bekas di atas meja itu.
Masih saja tangannya tak henti bekerja, Aku menariknya dan membawanya duduk manis dikursinya. Ia pun duduk dan menikmati bubur yang ku beli tadi pagi. "Nyer, suapin Aku, yah," pintaku manja. Ia pun menurutiku, memyuapku sesuap demi suap.
"Udah, stop, kamu aza belum makan, Nyer," Aku pun menolak suapannya. "Aku masih kenyang," balasnya. "Nah, makan sendiri," ucapnya meletakkan bubur dihadapanku dan berlalu pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments