Kencan Perdana

Hari sudah sore, Aku dan kedua putraku beserta Sus Sulis mengunjungi keluarga Anyer, kali ini lebih formal dari biasanya. Reno ingin minta restu dengan ortu Anyer tentang hubungan mereka.

Dan, dengan perasaan dag dig dug, Aku melangkah masuk ke pintu rumah Anyer. "Nyer, Mamamu ada?" tanyaku sedikit cemas. "Ada, kamu duduk dulu, Aku panggilkan Mama," pamit Anyer melangkah ke kamar ortunya.

"Ma, Reno ingin bertemu sebentar," ucap Anyer juga deg-degan. "Iya, bentar," jawab Sang Ibu segera berjalan keluar meninggalkan kamarnya.

"Jie, maaf mengganggu istirahatnya," ucapku sopan seraya menyerahkan parsel berisi buah-buahan kepada Sang Ibu. Beliau menerimanya dengan raut wajah sumringah. "Kenapa repot-repot, Reno?" tanyanya heran.

"Jie, saya pamit mau ajak Anyer keluar sebentar, bole jie?" tanya Reno harap-harap cemas. "Juga jie, saya ingin melanjutkan hubungan yang lebih serius dengan Anyer, bole ya Jie?" tanyaku bertubi-tubi. Beliau diam sejenak.

Aku pun dengan sabar menunggunya menyeruput teh hangat yang tadi Anyer seduh untuknya. "Boleh, silahkan tapi jangan kemalaman ya," pesannya singkat. "Iya, Jie. Makasih ya, Jie," ucapku seraya menggenggam tangan calon mertuaku.

"Riel, Ran sini nak panggil Pho-pho," perintahku. "Pho-pho," ucap mereka serentak. "Iya, pintar semua," ujar Sang Ibu seraya mengelus kepala dua bocah itu dengan lembut.

"Jie, kami berangkat, Ajie mau nitip apa?" tanyaku sopan. "Sudah, ga usah repot, saya sudah kenyang," jawab Mama.

Kami pun naik ke mobil dan pergi bersama anak-anak. Anyer duduk disampingku, Aku yang sudah mendapat restu, kini lebih agresif. Ku genggam tangannya, tapi dia terkejut. Sungguh lucu ekspresi wajahnya.

Sepanjang perjalanan, Ia galau karena tanganku selalu mengganggunya. "Ayo, turun. Sini, Papa gendong." Aku membawa anakku turun satu per satu. Lalu mereka berlarian menggandeng tangan Anyer. Mereka mirip ibu dan anak.

Sus Sulis membawa botol minum anak-anak. Kita makan ayam goreng yah, Pa," kata Riel. "Ya, bole. Ran juga, yah," tanyaku pada Gibran. "Makasih, Pa," katanya senang.

Aku membawa mereka duduk dipojok, agar bisa menikmati makan malam tenang. Pramusaji datang membawa list menu. Akupun segera memesan menu kesukaan anakku, dada ayam crispy. Juga cah asparagus, sop kepiting jagung dan ayam geprek untuk kami bertiga.

Tak lama, orderanku tiba dan mereka sajikan diatas meja segi empat itu. Sus Sulis menyuapi kembar, Anyer menawarkan diri menyuapi salah satunya. Reno pun tak tega makan duluan. "Bu, makan dulu ga apa-apa, anak-anak, biar saya saja yang urus," ucap Sus Sulis ramah.

"Ayo, Nyer ..." ajakku seraya mengambilkan sayur ke piring Anyer. Kami pun menikmati malam perdana resmi jadian. Kencan bersama anak-anakku tercinta.

Anyer, akhirnya sebentar lagi kau resmi milikku. Betapa bahagiannya malam ini. Semua usaha dan kerja keras anak-anak dan Aku sendiri, membawakan hasil yang memuaskan.

Hari sudah larut, setelah Sus Sulis selesai makan, Aku membawa mereka membeli cemilan. "Sus, pengen apa, ambil yah," kataku pada suster anak-anakku yang sejak lahir hingga saat ini masih setia merawat bocah kecilku.

Setelah puas berbelanja, kami pun pulang. Anyer turun dari depan rumahnya. Kami berpisah di sana. Sedang Aku membawa mereka kembali ke rumah ibuku dan Sus Sulis membereskan si kembar yang sudah siap-siap bobo syantik.

Malam yang membahagiakan. Aku segera berbaring, namun mataku tak mau diajak kompromi. Aku pun melanjutkan kencan di WA.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!