Aku tak bermaksud mengekangnya, maka Aku alihkan pembicaraan kami tentang pernikahan. Usai makan, Anyer membawa piring bekas Aku makan tadi untuk dicuci.
Melihatnya sedang asyik, Aku mengambil kalung yang ku bawa, segera ku kalungkan ke lehernya. Ia terkejut dan spontan berbalik. Tiba-tiba, bibir kami bertemu dalam sebuah kecupan yang tak disengaja.
Aku tak menyia-nyiakan kesempatan. Segera Aku pertahankan posisi yang langka itu. Aku kembali mengunci kedua tangannya, Aku lanjut membalas kecupannya. Ia tak kuasa menolakku, Ia pelan-pelan menikmati ciuman sensualku.
Nafas kami menyatu, kini Aku kembali dapat merasakan denyut jantungnya, berdebar hebat diiringi suara nafasnya yang menderu. Ia lagi-lagi mengeluarkan desahan yang tak begitu nyaring.
Dada montoknya sengaja Aku tekan hingga sentuhanku membuatnya terangsang. "Ahh ... ahh ..." Ia mendesah hingga Aku berusaha menahan adekku yang sedang meronta-ronta dibawah sana.
Anyer masih berusaha melepaskan dirinya. Dan, pada saat Aku lengah, Ia mengambil kesempatan kabur dariku. Aku hanya bisa tersenyum melihat tingkahnya.
Dan, setelah Ia berhasil melepaskan diri, si kembar datang mendekatinya dan memeluknya. Buah jatuh memang tidak jauh dari pohon, tadi diserang ayahnya, kini gantian anak-anak yang mengganggunya.
"Anyer, ingin sekali hari ini juga Aku menghalalkanmu. Tapi, kenapa kamu menolak?" bisikku dalam diam. "Pa, sini," ajak Riel. Dan ... Akh, mereka menarikku duduk disebelah Anyer. Padahal baru saja dia berhasil melepaskan diri dariku.
Akupun tak menolak, Aku ingin selalu berada didekatnya. Aku mendapati tangannya dan ku genggam erat. Tapi, tangan itu dingin, apa dia tidak enak badan atau karena ulahku yang terlalu posesif padanya?
"Kamu kurang sehat?" tanyaku curiga. "Sehat," jawabnya singkat. "Hmm, pasti Ia takut denganku," pikirku sambil menelan senyum.
"Pa, kita foto keluarga sama Mama, yah," kata Ran. "Boleh, ayo ..." katanya menerima tantangan si sulung. Maka Sus Sulis pun ditunjuk sebagai juru foto mereka.
Reno menaruh foto itu sebagai wallpaper di ponsel androidnya yang sudah sejak lama Ia pakai namun baru kali ini Ia pasang dengan foto keluarga kecilnya.
Hari sudah malam, mereka sudah harus pamit pulang. Anak-anak juga mengantuk. "Ma, kami pulang, yah," pamit Ran. "Da ... da ... Mama," pamit kedua bocil itu. "Nyer, kami pulang, ya," pamit Reno. Mereka pun meninggalkan rumah Anyer. Dalam sekejap, rumah kembali hening dan sepi.
Anyer pun bisa beristirahat di kamarnya. Namun, Reno tak henti mengganggunya. Ia mengirim pesan singkat yang membuat Anyer merinding.
"Nyer, sudah tidur blom?"
"Rasanya Aku ingin menculikmu, berbaring bersamaku dikamar ini."
"Kamu gila."
"Iya, gila cinta."
"Aku benar-benar jatuh cinta padamu."
"Bersediakah kamu menikah denganku?"
"Aku ngantuk, Ren."
"Met bobo, sayang. I love u."
Mereka pun berhenti chatting dan kembali beristirahat hingga datangnya pagi.
Tapi, pagi ini ada kabar tidak baik dari si kembar. Riel dan Ran sakit, mereka demam. Sus Sulis membujuknya minum obat, mereka tolak. Giliran Reno membujuknya, juga ditolak mentah-mentah oleh kedua darah dagingnya.
"Pa, Ran dan Riel mau Mama yang kasih kita minum obat," rengek kedua bocahnya. Pagi-pagi buta, Aku pun terpaksa mengetuk pintu Anyer. Meminta bantuannya. Anyer yang masih mengenakan baju tidur sedikit sexy dan terbuka, membuatku terpana.
Aku dan Anyer pun pergi kerumahku dan kami masuk ke kamar bocil, Sus di dapur memasak bubur untuk mereka. Kami pun mencoba membujuknya meminum obat pereda panas. Dan, anak-anakku tidak menolak sama sekali.
"Ma, temani kami, ya?" pinta Riel manja. "Ya, Ma, biar kita cepat sembuh," tambah Ran lagi. "Ya, sayang, bangun, ya. Kita makan bubur. Tapi ga bole mandi ya, kan udah minum obat," kata Anyer sembari menyuapi kedua bocahku.
Sehabis makan, mereka pun tidur. Sekejap saja, mereka lelap dalam tepukan manja dari Anyer. Maka Reno dan Anyer kini didalam kamar berdua. Sus Sulis sudah Reno arahkan membantu Nenek si kembar untuk memasak.
Reno, menelan saliva setelah memperhatikan tubuh Anyer dalam balutan piyama merah itu. Anyer berusaha kabur dari kamar itu, namun Ia kalah cepat dari Reno.
Reno menangkapnya, menyandarkannya ke dinding. Ia mencium leher dan bibir Anyer secara paksa. Anyer melawan , tetapi semakin ia melawan, Reno semakin agresif.
Reno dengan cepat membuka kancing piyama Anyer, mencium kedua gunung kembar yang montok itu secara bergantian. Anyer masih terus melawan, tapi tetap saja gagal. Tetapi, semakin membuat nafsu Reno memuncak.
Kait bra hitam milik Anyer dengan cepat terlepas. Maka lepas pulalah pembungkus bola-bola kenyal itu. "Ahh ... Akhh ..." desahnya. Aku memainkan kedua bola itu bergantian hingga pentilnya berwarna merah merona seakan siap menusuk lawannya.
Pentil yang mengeras itu, Aku sedot dengan beringas. Anyer tak berdaya oleh nafsuku yang menggebu-gebu. Tanganku terus memainkan bola kenyal Anyer. Desahannya membuatku semakin gila.
Tanganku semakin turun kebawah, ku raba benda didalam itu. Aku keluarkan milikku dan segera Anyer tangkap dengan tangannya.
Ia memainkan sosisku, "arghh" desahku. Adekku semakin mengeras. Ia berusaha keras agar Aku tak memasukkan milikku padanya. Ia terus memainkan sosis ini.
Nafsu yang ku tahan selama bertahun-tahun itu, Aku lampiaskan pada Anyer. Milikku masih bertahan berkat belaian Anyer. Aku merasa nyaman, rasanya ingin terus bermain. Tapi, Anyer sudah lelah.
Kami juga was-was si kembar bangun, jadi kami akhiri permainan panas itu. " Nyer, Aku akan segera melamarmu," bisikku di telinganya.
Ia masih tak berdaya diatas lantai kamar ini. Aku menggendongnya. Ia berdiri dan memungut branya. Ia kemudian berdiri. Aku kembali menariknya, sebelum Ia berhasil mengaitkan barang yang membungkus kedua gunung kembar miliknya.
Ia mengangkat dan menggoyang-goyangkannya, kenyal dan empuk. Anyer segera memasang kait branya yang besar itu. Menghentikan tangan Reno yang jahilnya minta ampun. Dan mengenakan bajunya kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments