Pada malam harinya, cuaca sangat bersahabat. Walau angin bertiup cukup sejuk. Aku dan si kembar pergi menemui Anyer, sudah beberapa hari anak-anak tak menyembanginya, biarkanlah mereka melepas rindu. Tapi, mungkin Aku terlalu egois, anak-anakku jadi modus asaku. Tapi, kenyataannya Anyer lebih care sama anakku dibanding diri ini.
"Ma ... Ma ... kami datang," sapa kedua bocil itu riang. "Hai ... Hai ..." Anyer membalasnya. Seperti biasa, kalau ada anak-anak, Aku selalu dicuekin. Aku pun mengambil posisi duduk di sofanya.
"Bentar ya, ii tuang minuman buat kalian," kata Anyer sembari menjauh. Tak lama gadis itu datang membawa nampan berisi beberapa gelas minuman. Diberikan kepada mereka satu per satu.
"Nyer, besok jangan lupa," Aku mengingatkan Anyer tentang nasbox untuk Ultah si kembar. "Aman, jam 6 sore aza, pas makan malam, Ren," usul Anyer. Aku pun mengangguk tanda setuju.
"Ma, besok datang yah ke Ultah kita," ajak Riel sembari merengek manja. "Ya, ii usahakan ya, sayang," balas Anyer. Aku hanya diam menyaksikan kemesraan mereka.
Anak-anak asyik menikmati minuman yang diberikan oleh Anyer. Aku mengambil kesempatan disaat mereka lengah. "Cape, Nyer?" tanyaku perhatian. "Iya, lumayan. Beberapa hari lagi akan kembali seperti sediakala," balasnya enteng.
"Ren, kalau besok, Aku ga bisa hadir, kamu beri pengertian sama anak-anak yah. Soalnya, H-2, puncaknya rame banget," ujar Anyer memberi penjelasan. "Iya, ga masalah, anak-anak paham kok, Nyer," ucap Reno sambil mengelus-elus punggung tangan milik Anyelir mesra.
Anak-anak masih asyik dengan cemilan dan minumannya, hingga Sang Ayah mendapat kesempatan berduaan dengan Anyelir. "Tanganku mulai bertingkah, Aku selalu ingin dekat dengan gadis itu. Damai sekali hati ini bila berada disampingnya.
Hari sudah larut, Aku pun membawa anak-anak pulang. "Riel, Ran, ayo kita pulang," ajak Reno pada anaknya. "Mama ... da ... da ...," pamit bocil itu. "Da ... sayang, pulang langsung bobo, ya," pesan Anyer pada bocah kembar itu. "Ya, Ma," ucap mereka serentak.
Mereka pun pulang. Anak-anak segera bersih-bersih sebelum tidur, tak lupa memberi ucapan selamat malam pada ayahnya. "Met, malam Papa," ucap kedua bocah itu serentak lantas meninggalkan kamarku.
Aku teringat pada Anyer. Aku pun mengirim pesan untuknya.
"Malam, Nyer. Belum tidur?"
Anyer tak membalas pesanku, barangkali sudah tidur, tanyaku dalam hati.
Aku pun terbuai dalam sejuknya dekapan angin Desember. Ku tarik selimut tebal, ku tutupi tubuh ini. Hingga sang surya membangunkanku dari mimpi yang indah pada malam itu.
Aku segera cuci muka dan gosok gigi, lalu Aku duduk di tempat biasa. Berharap Ia keluar dan Aku menyapanya. Namun yang ditunggu tak kunjung muncul. Aku pun pergi kerumahnya. Ku ketuk pintu rumah dapurnya. Namun, Aku tak mendapat jawaban. "Nyer, Nyer, ... " Aku berusaha mengetuk lagi pintunya juga tidak mendapatkan jawaban. "Tumben, ga biasanya, Anyer begitu," batinku sejenak.
Aku berusaha meneleponnya namun juga tak mendapat respon. "Nyer, sedang apa kamu?" Aku bertanya-tanya pada diri sendiri. Selang setengah jam, Anyer keluar terburu-buru. Ia terkejut karena sosok Reno tiba-tiba berdiri didepan pintu.
"Kamu kenapa, Nyer? Kenapa Aku gedor dari tadi ga ada reaksi?" tanya Reno ketus. "Aku kesiangan, Ren. Awas minggir, Aku buru-buru mau berangkat, da ..." pamit Anyer melambaikan tangan sambil melangkah menjauhi Reno.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments