Akhirnya Aku mendapatkan kalung yang akan diberikan untuk Anyer. Aku singgah sebentar di tokonya, namun Aku tidak berani masuk. Ramai sekali orang keluar masuk. Akhirnya Aku kembali ke rumah.
Setiba di sana kedua bocil menyambutku riang. "Hore ... Papa pulang," sorak mereka gembira. "Nah, kue buat Riel dan Ran," kataku seraya menyerahkan kue yang tadi kujanjikan untuk mereka.
Hari sudah sore, seperti biasa sudah jadwalnya Riel dan Ran mencari mamanya. "Pa, ayo kita berangkat," ajak Riel sudah tak sabar ingin bertemu Anyer. "Sus, ikut juga," ajak Reno sudah menenteng paper bag berisi surprise buat Anyer.
Rombongan itu tiba di rumah Anyer, melewati pintu belakang. "Anyer sedang duduk santai di sofa ruang tengah sembari memainkan keyboard androidnya. "Mama ..." sapa Riel manja. "Riel, Ran," balas Anyer memeluk kedua bocah yang berlari kearahnya.
"Sudah makan, blom?" tanya Anyer mengacak-acak rambut mereka. "Sudah, Ma," jawab mereka kompak. "Ma, ini Riel dan Ran bawain Mama cemilan," kata Ran seraya menyerahkan sekotak kue untuk Anyer.
Anyer terharu dengan anak - anakku. "Kenapa repot, Riel, Ran," tanya Anyer menatap wajah polos anak-anakku . "Ga repot kok, Ma. Kita sayang sama Mama, biar kalau Mama lapar bisa nyemil," kata si bungsu. "Makasih ya, sayang," ucap Anyer seraya mengecup kedua buah hatiku.
Aku cemburu pada si kembar, mereka mendapat perhatian istimewa dari Anyer, sedang Aku hanya mengamati kemesraan mereka. Hufff ...
"Hmm, ehmm ... " Aku memberi kode cemburu pada tiga orang yang sangat Aku cintai itu. "Papa cemburu?" tanya Ran spontan. "Ga, ga cuma ... Papa heran aza, kok Papa ga di elus-elus, ga di sayang-sayang, yah?" tanyaku memancing anak-anakku yang polos beradu mulut denganku.
"Papa kan sudah gede, Riel dan Ran kan masih kecil, Pa," jawab Riel tegas. "Oh, gitu, gitu yah," Aku menggelitik Ran dan Riel hingga mereka ketakutan dan menjauhi Anyer. "Kalian main di sana ya sama Sus," Aku mengarahkan si kembar menjauh dari Anyer agar Aku bisa berkencan dengannya.
"Sudah makan?" tanyaku singkat ketika Aku duduk mendekatinya. "Sudah, kamu?" balasnya. "Belum," Ku jawab dia. "Aku tadi goreng ayam lengkuas, mau?" katanya menawariku. "Boleh, temani Aku makan, ya?" pintaku memelas.
Kami pun pergi ke meja makan, Aku duduk dikursi yang tersedia di sana, Anyer mengambilkan nasi untukku. Mataku tak berhenti mengawasi gerak-geriknya. Ia melayaniku seperti istriku sendiri, menyayangi anakku juga seperti ibu mereka. "Anyer, ingin rasanya Aku menghalalkanmu, detik ini juga," batinku.
"Nah, cukup Ren nasinya?" tanya Anyer sambil menyerahkan piring berisi nasi putih kepadaku. Ku sambut dan segera mengambil lauk buatannya ke piringku.
Astaga, gadis ini ... Kenapa bisa sesempurna ini? Masakannya, enak banget, terlebih ayam goreng lengkuasnya bertaburan serundeng yang gurih nikmat. "Ren, gimana rasanya?" Aku sengaja tak menghiraukannya. "Nyer, kamu tipe Aku banget, masakanmu enak banget, Nyer," Aku memujinya dari lubuk hati yang terdalam.
"Tuhan, sisakan gadis ini untukku, Amin ..." Aku berkata pada diri sendiri. "Ren, mau nambah?" tanya Anyer melihatku bingung. "Bole, Nyer," Aku malu-malu menyodorkan piringku.
Aku pun melanjutkan makan malam ditemani calon istriku. "Nyer, kita menikah, yuk?" Aku mencari topik pembicaraan. "Jangan terburu-buru, Aku belum siap," balasnya pelan.
"Kapan kamu siap?" Aku balik bertanya. Ia diam tak berkata-kata, suasana hening sejenak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments