"Mandi gi, sana, nanti jam 9 Saya jemput," kataku sambil berjalan pulang dan menutup pintu dapurnya. Aku pun pulang untuk membasuh tubuh tak lupa Aku memesan Sus agar segera membereskan anak-anak.
Selesai mandi, Aku segera mengenakan busana casualku. Aku keluar untuk memastikan bocilku sudah siap OTW. "Sus, anak-anak sudah beres?" tanyaku memanggil Sus Sulis. "Nih ... Pak, sudah pada ganteng-ganteng, ya kan, Riel, Ran," jawab Sus Sulis. "Wah, anak-anak Papa, udah siap pergi healing," pujiku.
Sus Sulis memindahkan barang keperluan bocil ke mobil, sedang Aku membawa bocilku masuk ku mobil. Kamipun menjemput Anyer dari depan rumahnya.
Setiba di sana, pintunya masih tertutup, sepertinya masih sibuk didapur. Aku membunyikan klakson memanggilnya. Tak lama, Ia muncul dan menutup kembali pintunya. "Masih sibuk didapur, Nyer?" tanyaku penuh selidik namun Ia hanya menjawabku dengan senyum.
OTW ke Jaku Green. Jaku Green terletak di Bhakti Mulia, Jaku, Bengkayang. Daerah wisata ini cukup dekat dengan pusat kota Bengkayang hanya berjarak 1,8 km dengan waktu tempuh sekitar 20 menit saja.
Menurutku, Jaku Green merupakan tempat healing yang praktis dan ekonomis, dengan jarak tempuh yang cukup singkat.
Lokasi yang strategis ini menyediakan berbagai fasilitas dialam terbuka. Untuk yang gemar memancing, disana tersedia kolam khusus untuk para mancing mania. Bagi teman-teman yang punya hobby olahraga ekstrim juga ada disana wahana halang lintang juga panjat tebing.
Tak hanya itu, yang gemar basah-basahan, bisa naik sepeda air. Ada rumah hidroponik juga lho, petik langsung bawa pulang untuk menu dirumah. Buat anak-anak, tenang ada juga lintasan untuk bermain skate board, lapangan basket juga ada.
Untuk melepas penat, bisa kamping bersama keluarga tercinta seraya menikmati daun hijau dan langit biru. Suara aliran air sungai yang jernih juga bisa meredakan stress akibat lelah bekerja seharian.
Untuk teman-teman yang ingin panggang-memanggang, yuk disini. Bila sudah lelah dan lapar bisa santai sejenak dikantin yang tersedia disana. Ada berbagai pilihan menu makanan juga minuman.
Kami pun tiba disana, hanya seperempat gelas kopi saja sudah bisa menginjakkan kaki ke daerah nan asri ditengah kota ini. "Pa, udah tiba yah?" tanya Gabriel terkejut. "Yah, nak, kenapa?" Aku berbalik bertanya memancing rasa penasaran pada bocilku. "Dekat yah, Pa," seru Gibran tak mau kalah. "Iya dong," balasku santuy.
Aku pun mencari tempat duduk, yupp ... ada disana, di bawah pohon rindang. Akupun meletakkan bag berisi perlengkapam keperluan bocilku. Kamipun duduk disana, anak-anak berlarian kesana-kemari ditemani Sus Sulis. Aku dan Anyer duduk berdua di sana.
"Nanti malam, Aku ke rumahmu. Ngobrol soal pernikahan kita," ujarku membuka topik pembicaraan. Lagi-lagi, Ia mengangguk. "Aku pesan makanan, Kamu disini, yah," Aku pun pergi sambil mencari-cari kantin dan akhirnya ku temukan.
Aku kembali membawa berbagai macam cemilan. Namun, Aku tidak sendiri, karena makanan yang Aku order banyak, seorang pramusaji membantuku mengantar pesananku. Selain cemilan, ada juga ayam goreng, kesukaan anak-anak. "Nah, minumanmu," Aku menyerahkan segelas es teh untuknya. "Ga sabar menunggu hari pernikahan kita, Nyer," Aku tiba-tiba mencurahkan isi hatiku yang telah lama Aku pendam.
Aku tatap wajahnya dalam-dalam, kalau ini bukan tempat umum, sudah kulum bibir sensualnya. Wajahnya itu lho, teduh sekali. Aku menggenggam erat tangannya. Dia berusaha menariknya tapi berhasil Aku tahan. Aku cium pungung tangan mulusnya. "Aku sayang kamu, Nyer," bisikku pelan.
Ia hanya pasrah, tak mampu berkata-kata. "Kamu meragukan cintaku?" tanyaku sedikit kecewa. "Tidak ..." jawabnya santai. "Jadi, kenapa Kamu seperti galau setiap berada disampingku?" tanyaku dengan nada sedikit jengkel. "Kamu nakal, Ren," jawabnya jujur.
"Ha ... ha ... ha ..." jadi itu alasannya. Benar juga sih, Aku sudah beberapa kali ga bisa mengontrol nafsu, hingga membuatnya emosi. "Ok, Aku janji akan berubah," Kataku sembari membelai jemarinya kemudian mengelus rambut hitamnya.
Kami pun menikmati makanan diatas meja. Menikmati cemilan sambil menunggu sunset. Aku ketagihan menatap keindahan golden sunset seperti di Pantai Kijing kemarin.
Aku ingin mengabadikannya bersama anak-anak dan calon istriku. Menikmati fenomena alam ciptaan Tuhan yang indah ini. Dan, sudah sore, sunset pun muncul. Aku dan anak-anak segera mengabadikan moment berharga ini. Sus Sulis pun selalu masuk dalam jajaran anggota keluarganya kami.
Setelah puas mengabadikan moment berharga tersebut, anak-anak juga sudah kelelahan, Kami pun pulang dengan hati gembira. Setelah semua telah memasuki kendaraan, Aku pun mengemudikan mobil bergerak meninggalkan Kawasan Wisata Jaku Green.
Mobil perlahan melaju dengan kecepatan sedang. Aku sengaja agar mereka bisa menikmati senja nan indah di kota Bengkayang tercinta.
Anyer, seorang anak rumahan. Membawanya keluar adalah satu kebanggan bagiku. Bahkan, ini adalah kali pertamanya Ia berkunjung ke Jaku Green. Bisa kita bayangkan, betapa tidak "up to date" nya Si Anyer ini.
Akan tetapi, inilah yang Aku suka dari gadis ini. Ia santuy ga banyak tuntutan, sebisa mungkin melakukan sesuatu tanpa merepotkan orang lain. Terbiasa hidup mandiri, itulah salah satu keunikannya.
Nanti malam, Aku sudah tidak sabar untuk menemui ortunya, meminta anaknya mendampingiku dalam suka dan duka selama-lamanya. Semoga semua niat baikku bisa diterima dengan suka cita.
Tak terasa kurang lebih 20 menit Kami melakukan perjalanan. Tibalah Kami ke rumah masing-masing. "Anyer, makan malam Dengan nasi Padang, yah?" Aku menawarinya namun Ia tolak dengan alasan masih kenyang.
Aku berhenti di depan rumahnya, Ia pun turun disana. Aku lanjut mengantar bocilku pulang mandi. Aku sendiri juga lanjut membersihkan diri. Aku keluar lagi sendiri membeli nasi Padang dan makan bersama Anyer dirumahnya.
Rumahnya masih sepi ketika Aku tiba disana. Aku membawa nasi yang di take away, meletakkannya diatas meja. Membukanya untuk Anyer juga untukku sendiri. Tapi, gadis itu lagi-lagi menolak dengan alasan sudah kenyang.
"Benar, kenyang?" tanyaku jengkel. "Ia, Ren. Kamu makan aza," balasnya. Seketika, Aku menyendokkan nasi ke mulutku, menyuapi Anyer dengan mendekatkan bibir kami. Anyer menolakku dengan cara mendorong wajahku.
"Kenapa, Nyer?" tanyaku pura-pura tak paham situasi. "Sudah, jangan bertingkah. Aku bisa makan sendiri." Tolaknya judes.
Kamipun makan berdua, Aku bermain dirumahnya sengaja menemaninya hingga mereka pulang. Aku lebih mengontrol diri agar tak terlalu naif. Aku sering tak dapat membendung nafsuku. Anyer, tipe wanita pendiam, sifatku yang sangat liar membuatnya sedikit tak merasa nyaman.
Jujur Aku sangat menikmatinya, tetapi tidak bagi Dia. Aku berusaha bersikap lebih sopan dan menghormati kemauannya. Aku merasakan sendiri sifatnya yang natural muncul, mungkin selama ini Ia tertekan dengan sifatku yang terlalu egois. Selalu mamaksakan kemauan diri sendiri sehingga mengabaikan perasaan orang yang sangat Aku sayangi.
"Nyer, maaf, ya. Kalau selama ini Aku selalu mengganggumu secara berlebihan. Aku janji akan berubah," ujarku sembari mengajaknya mengaitkan kedua jari kelingking kami.
Semua foto bersumber dari Ig jakugreen.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments