Setelah bergerak seharian, Aku pun beristirahat sejenak. Aku ambil hape, ku lihat ada pesan masuk. Anyer membalasku. "Ren, Aku baru bangun," balasnya. "Kita jalan-jalan, yuk," ajakku. "Okay, Aku mandi dulu," pamitnya. "Sini, Aku liat," godaku. Namun, tak Ia hiraukan.
Aku pun mengajak Sus Sulis segera bersiap-siap. Ayah dan Ibu menolak ajakkanku, ya sudahlah kami pun pergi berlima.
Aku membunyikan klakson didepan rumah Anyer. Kali ini Aku masuk lewat pintu depan. Anyer segera keluar. Aku masuk ke dalam rumah dan berpamitan pada calon mertuaku, ijin membawa anak gadisnya keluar. Ternyata Sang Ibu mengijinkan.
Kami pun berangkat, semua sudah naik ke mobil, "Pantai Kijing kami OTW". Kali pertama berwisata bersama Anyer. Karena ini hari libur, maka Aku harus berhenti take away makanan agar kami tidak kelaparan.
Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan. Anyer duduk disampingku, Ia dan anak-anak sudah terlelap. Sus Sulis masih duduk tegap, namun juga sudah sedikit oleng.
"Sus baring aza, toh masih setengah jamanlah baru nyampe," ujarku. "Ya, Pak, cuma mata ini ga mau diajak kerjasama," balas Sus. Aku hanya geleng-geleng kepala dengan jawaban Sus Sulis yang bikin ngakak.
Setelah 3 jam 6 menit perjalanan, dengan jarak tempuh 129,1 km(sumber:google map). Akhirnya kami pun tiba dilokasi Pantai Kijing. Aku membangunkan semua pasukanku. Satu per satu anak-anakku, Aku gendong turun dari mobil.
Sus Sulis dan Anyer sibuk menghampar karpet dan menyusun makanan berikut cemilan yang Aku siapkan dari Bengkayang.
Langit biru dan lautan luas menyambut kedatangan kami. Syukur, keadaan pantai tidak penuh sesak namun juga tidak sepi.
Gabriel dan Gibran berlarian ditemani Sus Sulis. Sedang Aku dan Anyer duduk berdua diatas hamparan pasir pantai beralas karpet berpayungkan langit biru. " "Cape Nyer?" tanyaku peduli. Dari wajahnya saja sudah bisa ditebak pasti cape dan lelah yang Dia rasakan luar biasa. Tapi Ia tidak pernah mengeluh, selalu Dia senyumin, semua butuh proses, begitu katanya.
"Sini, sandaran dibahuku atau baringan?" tanyaku menawarkan bantuan. "Ga usah, Ren," balasnya santuy. "Tuh, krupuk emping pedas manis kesukaanmu, nyemil itu aza, ehm bentar Aku cari es jeruk dulu. Biar Kamu fresh setelah minum yang asem-asem jadi seger," kataku sambil pergi meninggalkannya sendiri.
Tak butuh waktu lama, Aku kembali dengan 3 gelas es jeruk, serta 6 ktk susu UHT dingin untuk bocilku. "Pa, Ma, kita lapar," ujar kedua anakku. Anyer dan Sus Sulis segera menyiapkan makanan mereka.
Anak-anak makan dengan lahap. "Pa, Ma, laen kali kita kemari lagi, yah," ujar Gabriel polos. "Ya, Pa, Ma, bisa sambil makan sambil melihat laut dan langit biru," Gibran menambahkan. "Tuh, tanya Ii Anyer, kalau Dia ga ikut berarti Papa ga bisa, dong," Reno sengaja ngeprank anak-anak untuk melihat reaksi mereka.
"Ma, ikut ya, ya Ma," Dua anakku membujuk rayu Anyelir. "Ii belum menikah sama Papa, jadi Ia ga akan mau menemani kita, sayang," ujar Reno memprovokasi mereka
" Apaan sih Kamu, Ren," ucapnya jutek. "Nanti Kita datang lagi, ya," ucap Anyer merayu mereka. "Horee ...," sorak si kembar riang. "Pa, Ma, Kita main lagi yah," pamit mereka. "Ya, tapi jangan jauh-jauh, ya," pesanku tetap mengawasi mereka dari jauh.
Mumpung berduaan, Aku memberikan Anyer cincin sebagai hadiah kecil untuknya. "Nyer, ini ..." Aku mengambil jarinya dan melingkarkan cincin dijari tengahnya. "Untuk apa, Ren," Dia bertanya heran. "Untuk calon istriku juga calon ibu anak-anakku," ujarku santai namun membuat wajahnya merah merona.
"Jadi, Kamu sudah siap, Ortuku akan segera kerumahmu," tanyaku penuh berharap "iya". "Ren, apa ga terburu-buru, Kita baru kenal," jawabnya ragu. Aku mendeteksi keraguan dihatinya. "Apa perhatianku dan anak-anak masih belum bisa meyakinkanmu?" tanyaku sedikit egois.
Bukannya menjawab, Ia malah diam. Akupun diam membisu. "Ya sudah, jangan dipaksakan, maaf, ya," ucapku lirih. Berniat ingin bermesraan dengannya tapi jadinya begini, hatiku tercabik-cabik.
Namun, Aku berusaha tetap tenang agar Ia benar-benar bisa healing dengan bahagia. "Ok, ga apa-apa, Aku akan tetap sabar menunggumu," balasku santai walau memendam rasa kecewa.
Tapi, rasa kecewaku berubah sesaat setelah Aku melihat secara langsung untuk kali pertama, Golden Sunset di Pantai Kijing. "Anyer, liat tuh, indah sekali," ujarku spontan. Ciptaan Tuhan yang satu ini memang keren dan wajib diabadikan.
"Akupun menjepret Anyer dan anak-anakku, tak lupa Aku pun ikut bergabung bersama mereka. Mengabadikan momen bersama di bawah kilau keemasan matahari terbenam.
Si kembar berpose dengan beragam gaya. Semua Aku abadikan sebagai kenangan untuk mereka kelak, bila mereka dewasa nanti.
Hari sudah semakin larut, anak-anak juga sudah kecapean. Kami singgah di kota Amoy nama keren Kota Singkawang. Untuk menikmati kuliner di sana. Setiba dipasar Singkawang, kami menikmati bubur yang terkenal enak disana. Selepas itu, melanjutkan perjalanan pulang ke Bengkayang.
Baru sekejap mata mereka naik ke mobil, tetapi sudah tidur dengan nyenyak. Nyenyak sekali.
Akupun terus menyetir, sendirian, tak ada teman bercengkrama, Akupun menyetel lagu kesukaanku. Untuk menghibur diri membuang sepi.
Akhirnya, setelah perjalanan yang melelahkan, kami pun tiba di Bengkayang. Gerbang bertuliskan tulisan "Selamat Datang Ke Kota Bengkayang, menyambut kedatangan kami.
Aku membangunkan anak-anak, Anyer juga Sus Sulis, mereka yang baru saja sadar dari tidur masih lemas. Namun, sudah duduk dengan kalem.
Aku menurunkan anyer didepan rumahnya. Akan tetapi, dirumah Anyer sepertinya ada tamu. Kami pun masuk untuk menyapa ortu Anyer, sekalian membawa sedikit buah tangan untuk mereka.
Tapi, Aku terkejut ... "Pa, Ma, ada apa?" tanya Aku kaget. "Melamar Anyer untukmu," sahut Mama lantang. "Tapi ... Pa ..." Aku terbata-bata menyahut Ibu. "Kata Anyer, Dia belum siap," tolakku. "Umur kalian sudah tidak muda lagi, jangan tunggu kelamaan," tambah Mama Anyer.
Aku curi-curi menatap ekspresi Anyer, wajahnya sangat keberatan. Sebaliknya, Aku sungguh amat sangat bahagia. Detik inilah yang selalu Aku nanti-nantikan.
Dia pun masuk kedalam, Akupun pamit pulang membawa anak-anakku beristirahat. Sengaja Aku biarkan ortu kami bercengkrama lebih lama. Dan tampaknya mereka cukup akrab satu dengan lainnya. Semoga penantianku selama ini, Tuhan jawab dengan nikmat terindah.
Anyer, semoga Engkaulah belahan jiwaku. Semoga Kau adalah jawaban atas semua doa-doaku, kita menua bersama dalam bahagia, dalam suka maupun duka.
Anak-anak sudah mengenakan piyama tidur, Aku juga sudah ngantuk. Aku melemparkan tubuhku diatas kasur jadulku. Aku beristirahat hingga mentari terbit menyinari bumi pertiwi. Menyapa penduduk bumi. "Selamat pagi, mentari," salamku hangat untuknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments