Anyelir meminta maaf dengan rona wajahnya yang memerah. Aku pun mengangguk sambil tersenyum. "Ren, Aku buatin minuman, yah," ucap Anyer sambil menuang air kemasan kotak pada ke dalam 3 buah gelas plastik berwarna hijau giok.
Ia lalu menyerahkannya anak-anak dan terakhir untukku. Aku bukannya menerima gelasnya tapi Aku mengelus jemarinya. Aku semakin terobsesi dengannya. Sambil menatapnya Aku menghayal semakin dalam. "Ren, ini," panggilnya seraya menyodorkan gelas itu. "Ah, iya, maaf, Nyer," Aku terbangun dari lamunannya.
Mereka berempat duduk bersama diruang dapur Anyer. Menikmati malam itu dengan bahagia layaknya seperti sebuah keluarga utuh. Gibran yang baru saja mengenal Anyer juga terkesima dengan sosok keibuan Anyer.
"Mama, ii jadi mama kami yah," pinta Gibran. Anyer kebingungan dengan ulah anak itu. "Anyer, anak-anak baru aza mengenalmu, tapi sudah mendambakanmu menjadi ibu mereka," gurau Reno dengan raut wajah bahagia.
Anyer jadi serba salah di goda 3 pria didepannya. "Anyer, bersediakah kau menjadi istriku dan ibu untuk anak-anakku?" tanyaku sembari menggenggam tangan Anyer.
"Reno, Gibran dan Gabriel, ii senang sekali kalian sayang sama ii, makasih ya. Tapi, ini harus ii pertimbangkan lagi, yah," ujar Anyer sembari mengelus-elus kepala kedua anak kembarku.
"Anyer, kamu ga harus menjawab sekarang. Aku bersedia menunggu hingga kamu siap. Aku tahu, menjadi ibu sambung itu tidak mudah. Besok, Aku akan minta ijin dengan ortumu, yah," ucapku dengan tangan kanan mengelus kepala Anyer.
Mereka begitu intim, kedua anak itu seketika lupa mereka anak yatim yang dibesarkan oleh seorang ayah. Kehadiran Anyer berhasil mengisi kekosongan hati mereka selama ini.
Aku tak henti menatap wajah Anyer. Wajah yang rupawan, rupanya tak hanya Aku yang terpesona padanya, tapi anak-anakku juga berhasil Ia taklukkan.
"Pa, dede ngantuk," ucap Ran sambil menguap. "Ya, kita pulang yah," Aku mengajak anak-anak kembali ke rumah ortuku. "Kami pamit, Nyer," kataku. "Bye ... bye ... ii, besok kami datang lagi, yah," ucap kedua bocahku pada Anyer.
Kami pun meninggalkan Anyer dan Ia kembali masuk ke rumahnya. Lalu menutup pintu hingga hilang dari pandanganku. Anak-anak Aku tidurkan, lalu Aku kembali menyapa Anyer dalam dunia maya.
"Nyer, belum tidur?"
"Baru aza mau baring."
"Ngobrol dulu, yah. Aku ga bisa tidur."
"Kenapa?"
"Mikirin kamu."
"Nyer, kita menikah, ya?"
"Kamu sudah menikah, Ren. Juga sudah punya anak."
"Ya, lalu kenapa?"
"Aku belum bisa memberi jawaban."
"Aku tau, kamu penasaran kenapa Aku menikah dengan orang lain, khan? Aku dijebak oleh Mama si kembar, Nyer. Malam itu, ketika Aku dan karyawanku berliburan ke Puncak. Ia menaruh obat perangsang pada jus jeruk yang Aku minum. Awalnya Aku tidak mencurigainya, hingga Ia mengakui semua ulahnya hanya karena jatuh cinta padaku."
"Kamu korban?"
"Ya, korban dari kelicikan almarhum istriku. Tetapi, Aku tetap harus bertanggung jawab dan lahirlah si kembar."
"Pada saat Aku meneguk minuman itu, yang kulihat bukan Nina, tapi kamu. Menari-nari menggodaku, hingga membangkitkan syahwatku. Nafsu bergejolak didada."
"Ya, Ren. Aku hanya ingin tau cerita tentang ibu si kembar."
"Apa kamu sudah bisa menerimaku?"
"Kita tanya Mama aza, Ren. Aku ga berani menentang keputusan ibuku."
"Ok, tidur ya. I love u."
Anyer pun beristirahat. Akhirnya Ia mendapat jawaban yang selama ini Ia harapkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments