***
Sepulang dari Surabaya, Ellisa segera mencari Yoshi. Yang pertama ia datangi adalah toko mamanya. Namun sesampainya di sana, tokonya ternyata tutup. Ellisa segera memesan gojek lagi dan menuju rumahnya Yoshi. Lagi-lagi Yoshi nggak ada dan katanya rumahnya kosong.
Ellisa menghela nafas. Ia memandang ke arah rumah dengan penuh harapan, berharap satpamnya bohong dan ia berharap bisa melihat Yoshi keluar dari rumahnya. Atau setidaknya ia bisa melihat Bu Arum atau Jessica.
"Ayolah Yos ! Keluar... Aku cuma mau tau apa salahku ? Kenapa nggak ada kabar tentangmu ?" ucap Ellisa dalam hati.
Setelah menunggu beberapa menit, ia akhirnya pamitan sama pak satpam dan segera memesan ojek online lagi. Padahal memang benar, Yoshi dan mamanya ada di rumah. Bahkan Yoshi memperhatikan Ellisa dari jendela dekat pintu.
"Aku rindu banget Yof sama kamu" gumam Yoshi.
Ada keinginan ia menemui Ellisa, namun ia tahan, bukan karena takut pada ibunya. Ia hanya mencoba menjadi apa yang ibunya inginkan. Yoshi kemudian masuk ke kamarnya. Mamanya segera berjalan kaca dekat pintu, melihat ke arah luar, apakah Ellisa masih di sana atau tidak.
***
Sebulan berlalu. Yoshi sama sekali tidak memberi kabar. Ia sengaja mengganti nomornya dan tidak memberi tau Ellisa. Yoshi memang sudah beraktivitas seperti biasanya, hanya saja dia sekarang menjadi terlihat tak terawat. Bahkan aroma parfum kebanggaannya pun sudah lama lenyap dari tubuhnya. Kumis sudah tak ia cukur dan membiarkannya menjalar begitu saja. Ia juga tak merawat rambutnya yang kini mulai memanjang dan hampir bisa di ikat.
"Yoshi ! Kalau mau merokok, jangan di ruangan, pergi lah ke tempat yang di perbolehkan untuk merokok. Jangan di sini" ucap Farel.
"Ini ruangan saya kok"
"Yos !"
Yoshi hanya menoleh saja, kemudian Yoshi pergi. Farel memang sedikit khawatir dengan kondisi Yoshi yang sekarang terlihat begitu asing di matanya.
"Masa gara-gara stres karena pekerjaan dia jadi begitu ? Apa karena sudah ada playning married makanya dia jadi banyak pikiran ? Ah nggak mungkin" gumam Farel.
***
"Lisa" panggil Naratama.
"I... Iya pak"
"Bisa kita bicara sebentar ? Berdua saja di luar"
"Em... Kapan pak ?"
"Sekarang"
Ellisa segera berkemas dan mulai mengikuti langkah Naratama. Sesampainya di tempat tujuan, mereka segera mencari kursi dan memesan minuman terlebih dahulu.
Sebenarnya Ellisa deg-degan, takut di marahi Naratama, karena ia sadar, semenjak hilangnya komunikasi antara dia dan Yoshi, ia tak mampu bekerja dengan fokus.
"Kamu tau kenapa saya aja ke sini ?"
"Tau pak. Sayaaa... Saya minta maaf sebelumnya"
Naratama tersenyum.
"Lalu ada masalah apa ??" tanya Naratama.
Ellisa terdiam.
"Siapa tau mau cerita, biar bisa ngeluarin beban pikiran. Siapa tau tapi... Kan nanti bisa tau, letak masalahnya tuh di sebelah mana ? Di bagian apa ??" kata Naratama sambil mengaduk-aduk minumannya kemudian mencicipinya.
Ellisa masih diam, bahkan ia tak menyentuh gelas minumannya. Ia hanya menunduk.
"Saya minta maaf, mungkin ada masalah pribadi, saya nggak akan maksa, tapi gini ya Lis, selama hampir sebulan ini... Ehh sebulan bukan sih ? Ya intinya kurang lebih gitu deh. Kinerja kamu.... Kayaknya kamu tau sendiri. Banyak banget yang lagi-lagi harus kamu kerjakan ulang. Kadang pas lagi meeting tiba-tiba lupa materi, lupa ini itu. Saya tau, itu manusiawi. Tapi kan setidaknya harus profesional sedikitlah kalau di kantor. Jangan bawa-bawa masalah pribadi masuk ke dalam kantor"
"Iya pak"
"Nggak cuma saya yang merasa kamu ini sekarang berubah. Banyak yang bilang ko, kamu kehilangan senyum kamu, hilangnya semangat yang biasanya bisa menular ke teman-teman. Kamu masih menganggap saya ini orang lain ??" tanya Naratama dengan penuh kelembutan mencoba mencari tau penyebabnya.
Tiba-tiba datanglah makanan pesanan mereka. Ellisa mencoba memalingkan wajahnya terus dari tatapan orang-orang yang berlalu lalang di sana dan juga tatapan Naratama. Naratama hanya menoleh sebentar ke arahnya, kemudian mencoba menawarkan makanan yang ada.
"Makan dulu, maaf kalau sudah membuat hatimu tak nyaman" ucap Naratama.
Mau nggak mau Ellisa pun makan. Setelah makan mereka membahas tentang catatan meeting tadi pagi dan segera membuat list belanjaan yang perlu di beli.
"Oke, makan udah selesai kan ?? Ayo kita ke toko dan nanti biar saya antar kamu pulang"
Mereka mulai meninggalkan tempat makan itu dan menuju sebuah toko yang berdampingan dengan toko milik Bu Arum. Ellisa menoleh ke arah toko itu cukup lama. Sampai-sampai ia mengabaikan panggilan dari Naratama.
"Lisa !!"
"Ehh, iya pak ?? Maaf"
"Kita belanja dulu, nanti kamu boleh mampir"
Ellisa segera berjalan mengikuti Naratama sambil sesekali menoleh toko Bu Arum. Setelah selesai belanja Ellisa segera berlari ke arah toko milik Bu Arum, sayangnya toko itu sedang di rapikan dan sudah tutup.
"Mas mas maaas !! Tutup ya ??" teriak Ellisa sambil berlari ke arah toko itu.
"Iya kak, maaf"
"Pemilik rokoknya mana ??"
"Oh Bu Arum, itu (menunjuk ke arah mobil)"
Ellisa segera menoleh dan kaget saat melihat Bu Arum naik mobil milik Amel.
"Amel ??"
Sepertinya jantungnya berhenti berdetak melihat kejadian yang baru saja ia lihat.
"Apa ini alasannya Yoshi menghilang ??"
Mobil itu mulai melaju dan mulai hilang dari pandangan.
"Harus berfikir positif, harus berfikir positif, harus berfikir positif"
Tanpa ia sadari Naratama ternyata sudah berada di sampingnya.
"Nyari siapa ?? Ayo pulang" ajak Naratama.
Ellisa hanya diam kemudian dengan raut wajah yang nampak murung ia berjalan menuju mobil. Sesampainya di mobil ia benar-benar tidak bisa menahan air matanya.
Naratama mulai masuk dan menutup pintu. Sekilas ia menoleh ke arah Ellisa yang tengah terisak.
"Nggak ada salahnya ko menangis. Nagis aja, nggak apa-apa kok, keluarin aja semuanya"
Mendengar kata-kata Naratama Ellisa malah makin terisak. Naratama mengambil tisu lalu memberikannya ke Ellisa.
"Kalau mau cerita boleh kok"
Ellisa mencoba menghapus air mata itu sambil sesekali menarik nafas supaya ia bisa mengontrol dirinya sendiri, mencoba untuk menghentikan lajunya air yang membasahi pipi.
Naratama diam setelah memberikan tisu itu. Ia hanya pegangan pada stir mobil dan entah apa yang ada di pikirannya. Matanya menatap kosong ke arah depan. Mobil itu belum ia jalankan. Ia menunggu Ellisa menenangkan diri dulu. Sesekali Naratama melirik ke arah Ellisa, memastikan apakah ia baik-baik saja atau tidak.
Setelah menunggu beberapa menit, Ellisa menyuruh Naratama untuk segera menjalankan mobilnya karena ia ingin segera pulang.
"Kamu yakin nggak mau cerita ??" tanya Naratama di tengah-tengah perjalanan mereka.
Lagi-lagi Ellisa masih tutup mulut. Naratama mengangguk-anggukkan kepalanya, ia pun tak bisa memaksa Ellisa untuk bercerita, walaupun rasa ingin taunya begitu besar dan menyimpan banyak tanda tanya. Namun ia mencoba menahan dan mengerti dengan keadaan Ellisa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments