***
Sebelum berangkat Ellisa mencoba menghubungi Yoshi lagi sembari mengeringkan rambutnya, namun masih sama nggak ada respon apapun padahal aktif.
"Kalau ada apa-apa sama Iyos, pasti mamanya bakalan ngabarin kan ? Ini, mamanya aja nggak ada kabar. Atau mereka lagi pergi ke rumah Jess kali ya ? Siapa tau Jess melahirkan, tapi biasanya Iyos ngasih tau posisinya dimana deh"
Ia akhirnya hanya bisa meninggalkan pesan lewat chat WhatsApp. Kemudian ia mulai mengemas beberapa baju dan segera turun karena Wahyu supirnya pak Tama masih menunggunya di sana.
"Maaf ya pak, lama"
"Nggak apa-apa Bu Lisa, kata pak Tama juga nggak usah terburu-buru banget, takutnya malah ada yang tertinggal, atau mau di cek lagi barang-barangnya Bu ?"
"Nggak usah pak, terima kasih, kita langsung jalan aja pak"
Mereka pun mulai berjalan menuju kantor lagi, Naratama juga kebetulan baru turun dari mobilnya sambil membawa koper yang kemudian di bantu oleh scurity di sana. Ia melambaikan tangan ke Ellisa.
"Waah, ko bisa barengan ya ?" ucap Naratama.
"Anak-anak yang lain juga udah siap pak. Jadi mau langsung ke bandara saja atau gimana pak ?" tanya salah satu rekan kerjanya.
Tadinya Ellisa pikir hanya dia dan Naratama yang ke Surabaya, ternyata ada banyak teman yang ikut, Ellisa bisa bernafas dengan lega sekarang.
"Langsung ke bandara saja yuk, panggil anak-anak yang lain, pakai mobil kantor ya ? Tujuh orang kan ??"
"Iya pak"
Mereka mulai berjalan menuju mobil, dua mobil sudah di siapkan. Ellisa ikut rombongan cewek-cewek dan Naratama ikut rombongan cowok. Dengan di mulai bismillah mereka pun berangkat.
Ellisa mencoba bertanya tentang pribadi Naratama pada rekan kerjanya yang sudah lama di kantor itu.
"Maaf nih mba, saya ko nggak pernah lihat istrinya pak Tama mendatangi kantor ini ya ? Dan ini juga kayaknya nggak ikut ?" tanya Ellisa.
Mereka berdua tertawa.
"Lis ! Pak Tama itu duda"
DEGG !!
"Duda ???"
"Iya, kalau kita flashback sedih sih, kasihan pak Tama"
"Betul. Istrinya pak Tama itu nggak bersyukur banget sih menurut aku"
"Coba aja bayangin Lis ! Pak Tama masih dalam merintis usahanya, belum punya banyak uang, hutang di mana-mana, ehh istrinya selingkuh Lis"
"Selingkuh ??"
"Iya, dan istrinya itu nikah diam-diam sama selingkuhannya itu. kami yang pernah merintis bareng dari nol sama beliau ini tau betul tentang perjalanan hidupnya yang di khianati oleh istrinya sendiri, kami melihat langsung bagaimana pak Tama di caci maki di hadapan banyak orang, di hadapan kami semua, dan, dia memilih pergi bersama selingkuhan itu yang hanya seorang kontraktor"
"Tapi pak Tama sudah punya anak kah ?"
"Haduh Lis, sejak awal menikah pak Tama selalu mengeluh tentang istrinya yang tak pernah mau dia sentuh. Dan katanya kalau pak Tama pulang kerja nggak bawa duit, istrinya nggak mau menyediakan makan ataupun kopi. Ini juga yang membuat istrinya enggan punya anak sama pak Tama"
"Betul Lis. Melihat perkembangan bisnis pak Tama yang sekarang kami ikut bahagia, sudah bisa di katakan sudah menjadi orang sukses"
"Ya ampuuuun"
"Proses terbentuknya begitu keras Lis, makanya dia itu selalu baik kepada siapa saja. Terutama pada orang-orang yang bekerja padanya. Serta begitu menghormati kerjasama dengan perusahaan lain. Beliau nggak mau mengecewakan siapapun walaupun beliau pernah di buat kecewa yang begitu berat"
"Aku harap dia bisa secepatnya naik jabatan menjadi owner, hehe"
Aamiin
"Kita do'akan yang terbaik buat pak Tama"
"Satu lagi doa' nya, semoga pak Naratama bisa secepatnya ketemu sama jodohnya"
Aamiin
Tak lama mereka sampai di bandara dan segera menuju ruang tunggu. Sekitar jam Lima mereka pun mulai menarik pesawat.
Sesampainya di sana hotel sudah dipersiapkan untuk semua orang. Bahkan Naratama memesan satu kamar untuk satu orang agar bisa dengan leluasa menikmati kamarnya sendiri. Beberapa dari mereka sempat menolak, tapi Naratama bersikeras agar tetap bisa satu orang satu kamar.
"Sudah ! Ini kunci masing-masing kamar, cepat masuk, dan istirahat ! Besok pagi kita survei tempat pastikan badan vit !" ucap Naratama sambil membagi-bagikan kunci.
Semuanya mulai bergegas menuju kamar masing-masing sambil membawa koper. Ellisa yang mendapatkan kamar paling ujung ia pun berjalan paling belakang dan dengan santai saja. Tiba-tiba Naratama memanggilnya.
"Lis ! Nanti bisa temani saya ke mall sebentar ?" pinta Naratama.
"Bisa pak, sebelumnya saya taruh koper dulu"
"Iya, silahkan, nanti aja ko, sekitar jam delapan"
"Oh, baik pak"
Mereka berpisah di persimpangan jalan menuju kamar masing-masing, karena kamar mereka terpisah lumayan jauh. Setelah jam delapan mereka berdua pun keluar dan bertemu di tempat parkir mobil.
Tak lama mereka sampai di mall yang di tuju karena cukup dekat dengan hotel yang mereka tempati. Naratama menjelaskan bahwa ia mau membeli batik untuk seragam besok. Ia maunya semuanya kompak dan bercorak sama.
"Kira-kira warna apa yang cocok ?"
"Hitam bermotif gold bagus pak"
Naratama mengangguk-anggukkan kepalanya sambil melihat-lihat sekeliling. Setelah menemukan apa yang di maksud, mereka segera mengambilnya sesuai dengan ukuran badan masing-masing orang, tapi hanya perkiraan saja.
"Semoga pas pak ? Saya takut pilihannya malah kekecilan"
"Mungkin untuk Aidin dan Sabilla bisa ambil XXL kali ya ? Badan mereka kan sekarang melar"
"Kalau masih kekecilan gimana pak ?"
"Nggak apa-apa, bisa di tukar ko"
Mereka segera membayarnya. Di tengah perjalanan ada sales yang menawarkan sebuah tas perempuan.
"Tasnya kak ? Boleh di lihat-lihat dulu, siapa tau ada yang cocok untuk calon istrinya" ucap sales itu.
Ellisa hanya melirik saja.
"Kira-kira menurutmu bagus nggak tasnya ??" ucap Naratama ke Ellisa.
"Bagus pak"
"Menurut kamu bagus yang warna mana ? Hitam ? Coklat atau ??"
"Warna putih bagus pak"
"Oke, mba satu ya, warna putih, segera bungkus, kami buru-buru" ucap Naratama.
"Baik kak"
Sales itu segera membungkusnya dan memberikannya ke Ellisa.
"Silahkan kak"
Ellisa bingung, ketika hendak menerimanya.
"Ambil aja, saya sudah bosan melihat kamu pakai tas yang sama" ucap Naratama sedikit pedas agar Ellisa mau menerimanya.
Ellisa dengan ragu akhirnya mengambil tas itu.
"Terima kasih kak sudah berbelanja, pasangan yang sangat serasi, semoga bisa segera menikah ya kak"
"Terima kasih" ucap Naratama sambil melenggang pergi.
"Pak Tama !" panggil Ellisa yang sedikit tertinggal.
"Kenapa ??"
"Ini tasnya ??"
"Buat kamu" ucapnya sambil terus berjalan tanpa melihat ke arah Ellisa.
Ellisa bingung, antara senang dan campur aduk perasaanya. Sambil terus berjalan mengikuti langkah Naratama, Ellisa sesekali tersenyum saat melihat ke arah tas itu.
"Ya ampuuuun, bagus banget. Gila pak Tama, harus gimana ini ?? Salah tingkah jadinya.... Aaaaaagh pengen teriak" ucap Ellisa dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
sitikus
mari kita dukung agar ellisa sama naratama saja
2024-05-31
0
Asla
aaaaaaa, ko lebih cocok sama naratama sih thor
2024-01-19
1