pertemuan tak di sengaja

***

"Lisa ! Hari ini agendanya apa aja ?" tanya Naratama.

"Emmm... Hari Kamis ya pak ?" ucapnya sambil membuka buku kecil.

Naratama nampak sedang bercermin di dekat kursinya. Mencoba mengutak-atik dasinya yang miring.

"Ada pertemuan ke salah satu PT pak jam 10 pagi ini"

"Acara apa itu ?"

"Di sini tertulis syukuran atas kerjasamanya pak"

"Kalau gitu, menurut kamu dasi aku cocok nggak sama acaranya ??"

Ellisa mencoba memperhatikan dasinya Naratama.

"Mohon maaf pak, saran saya sebaiknya jangan pakai yang warna merah deh"

"Terus ??"

"Coba warna coklat, nude, Milo, cappucino"

"Udah mirip nama minuman aja, kamu mau ??"

"Nggak pak"

"Coba cari di laci, kayaknya kemarin ada dasi di situ"

Ellisa pun mencoba mencarinya. Ternyata ada warna coklat bercorak garis-garis.

"Nah itu, cocok nggak kira-kira ??"

"Kayaknya lebih mendingan sih pak, daripada warna merah gonjreng"

"Coba kamu pakaikan"

DEGG !!

"Nggak apa-apa, kan cuma nyuruh pakain"

Dengan ragu Ellisa pun mencoba memakaikan dasi itu dan berhadapan serta bertatap muka langsung dengan Naratama hanya beberapa centimeter saja.

"Awas kamu malah nyekik saya !!" ledek Naratama yang nampaknya malah membuat Ellisa tertawa.

***

Terlihat Amel sedang sedikit sibuk menyiapkan acaranya. Dan terlihat pula Bu Arum yang di bantu karyawannya tengah membawa kue dan beberapa cemilan yang di pesan oleh Amel menuju ruangannya.

Bu Arum sengaja tak cerita kalau dia mendapat pesanan dari Amel ke Yoshi ataupun ke Jessica. Ia takut akan di marahi atau menyuruh untuk membatalkan atau menolak pesanan. Bu Arum mulai di arahkan menaiki lift untuk menuju ruangan Amel. Rupanya banyak juga yang di pesan Amel. Sudah menjadi tradisi juga semenjak Amel menjadi manager di sana ia akan memesan makanan dari tokonya Bu Arum.

"Mari, saya bantu bawakan Bu" suara itu begitu lembut terdengar di telinga Bu Arum.

Bu Arum menolak ke arahnya. Terlihat seorang wanita berhijab mengenakan kemeja dan berpakaian rapi, wangi parfum Avril Lavigne dengan senyuman yang begitu menyejukkan. Ia meraih kantong bawaan Bu Arum satu persatu. Ia pun akan menaiki lift yang sama dengannya beserta kawan-kawan yang lain.

"Tidak usah terima kasih" ucap Bu Arum.

"Tidak apa-apa Bu, ini berat, saya juga mau bantu bawakan, dan beberapa kawan-kawan saya di sini ikut membantu juga" ucap Naratama.

"Terima kasih" kata Bu Arum sedikit haru.

Karyawannya sudah naik lift duluan dan Bu Arum memilih naik terakhirnya saja. Kini tangan Bu Arum kosong. Ia berdiri di samping Naratama dan sekertarisnya. Naratama seperti mengingat-ingat sesuatu mengenai Bu Arum, tapi tak kunjung ketemu sampai lift itu berhenti di lantai tiga.

Terlihat Amel segera menghampiri Bu Arum, memeluk, mencium tangannya, mencium pipi kanan dan kirinya, serta tak ketinggalan menanyakan kabarnya. Kemudian ia mengarahkan pesanan-pesanan itu ke sebuah meja panjang yang sudah di sediakan dengan taplak meja berwarna putih bersih.

Kemudian Amel menyambut tamu yang lain, seperti Naratama dan beberapa bawahannya. Menyuruhnya untuk duduk dan menawarinya minum.

"Loh ?? Sepertinya kita pernah jumpa ?" tanya Amel.

"Dia Ellisa Yofiana, sekertaris baru saya Bu Amel" jawab Naratama.

"Oh iya Bu, ibu rekan kerjanya Yoshi ya Bu ?" tanya Ellisa sambil menyalami tangan Amel.

Sementara Bu Arum sibuk dengan karyawannya mengatur kue di piring.

"Sorry ya masih semrawut pak Tama"

"Tidak apa-apa Bu Amel, kami datangnya sengaja awal, karena yang pertama kami ingin lihat keadaan kantor, yang kedua kami tidak suka di tunggu dan lebih baik menunggu" ucap Naratama.

Sesekali Amel menoleh ke arah Bu Arum. Ia berfikir apakah Ellisa sudah tau kalau Bu Arum adalah ibunya Yoshi.

"Ahh, sudah lama mereka menjalin hubungan, mungkin saja sudah tau, lagi pula, tadi juga di bantuin bawakan kue-kuenya kan" ucap Amel dalam hati.

"Permisi Bu Amel, saya pamit pergi dulu" ucap Bu Arum sambil mendekatkan ke arah Amel karena banyak orang berlalu lalang

"Oh iya Bu, makasih banyak Bu, mari saya antar ke bawah"

"Tidak usah !" kata Bu Arum dengan nada tegas.

Amel pun tak bisa memaksa, lagi pula ia masih harus menyambut tamu-tamu yang lain. Bu Arum melemparkan senyuman ke arah Ellisa. Ellisa pun membalasnya serta mengulurkan tangannya untuk berjabat kembali dan Bu Arum mengucapkan terima kasih karena sudah di bantu membawakan kue-kuenya.

Amel yang melihat hal itu sedikit bingung. Kenapa mereka seperti baru pertama kali berjumpa.

***

"Emang ke Aceh berapa hari Yos ?" tanya Farel sambil menyeruput kopinya yang masih mengepul.

"Mama bilang tiga hari"

"Sama Jessica juga ?" tanya Ellisa.

"Iya lah, penginnya sih ngajak kamu..."

"Ekhemm !" ledek Farel.

"Tapi ??" tanya Ellisa.

"Ya kan ketemu mama aja belum, masa tiba-tiba di bawa ke Aceh. Kan nggak sopan kalau di kenalinnya di tengah jalan gitu"

"Ya minggir lah Yos !" celetuk Farel.

"Minggar minggir !! Bisa serius kagak sih !!"

"Galaknya keluar nih" ucap Farel.

"Huuu dasar nyamuk !!"

"Ehh Yof ! Gimana kerjaannya ?? Enak nggak kerja di sana ??" tanya Farel.

"Alhamdulillah enak, pak Naratama baik banget"

"Beeehhhh, saingan nih !"

"Maksudnya apa ??" tanya Yoshi.

"Ada loker nggak sih Yof di sana ? Pengen pindah deh, biar nggak di marahin tiap hari"

Ellisa tersenyum.

"Oh mau pindah. Silahkan aja" ucap Yoshi.

"Siapa nama bosnya Yof ?" tanya Farel mencoba membelokkan omongan Yoshi.

"Pak Naratama Prasetyo"

"Kayaknya dia lebih cocok jadi suamimu deh Yof !" ucap Farel sambil melirik ke arah Yoshi.

PLAAAKK

Bolpoin itu mendarat di kepala Farel dengan suara yang renyah.

AWWW

"Maksudnya apa hah !!"

Begitulah gurauan Yoshi tiap kali bersama Farel. Jarang sekali mereka membahas hal yang serius. Pasti Farel akan menjahili Yoshi agar suasananya menjadi hangat.

"Nanti kamu yang nyetir ya Rel" kata Yoshi.

"Iya pak Yoshi, tapi boleh nggak minta nambah lemon tea"

"Mau nambah berapa galon ??"

"Segelas aja pak, cukup ko cukup"

"Aneh deh, biasanya juga nambah nggak bilang-bilang ko"

"Ini kan agak lain pak, pak Yoshi kan mau nikah, takutnya mau ngirit pak, hahaha"

"Ngirit apanya ? Tiap hari bayarin makanannya kamu ko"

"Anggap saja sodakoh pak, hahah"

"Heh !! Yang harusnya sodakoh tuh kamu, kan saya anak yatim"

"Oh iya, ampun pak ampun !"

Ellisa terkadang merasa sedang berkumpul dengan anak-anak kecil saat melihat tingkah laku mereka yang begitu konyol.

"BTW, tadi pak Yoshi bilang, Yofi belum di kenalkan ke keluarga ??" tanya Farel.

"Iya, belum ya yank ? Kadang nggak sempat, kadang ada acara dadakan"

"Tapi katanya Yofi udah pernah ke rumah ?"

"Iya, main aja. Pas mama ke Bogor"

"Ekhemm"

Seketika itu mata Yoshi dan Ellisa langsung melirik dengan kompak ke arah Farel. Farel yang menyadari itu langsung menunduk dan pura-pura makan.

Episodes
1 Hidupku terlalu semrawut
2 Antara benar dan salah
3 Traveling yang aneh
4 Jatuh cinta ?
5 Kota surga
6 Dapat di lantai berapa ?
7 Pertama kali berjumpa
8 Apa reaksinya ?
9 salah tingkah
10 Entahlah
11 Kunjungan sang mantan
12 pertemuan tak di sengaja
13 Bertemu ibu
14 Perhatian lebih
15 Apakah ada cara ?
16 Diantara dua pilihan
17 Belum dapat respon
18 Bukan Yoshi yang dulu
19 Apakah masih ada harapan ?
20 kembalinya Yoshi
21 Ibu atau cinta
22 Ketahuan
23 Identitas Ellisa
24 kencan ??
25 Kertas apa ini ?
26 Di pulangkan ??
27 Say goodbye
28 welcome back
29 Di isolasi
30 Galau
31 Mencari Farel
32 Serba salah
33 Suasana baru
34 Gimana ?
35 Tersipu malu
36 Saatnya memilih
37 ikhlas melepasmu
38 bahaya
39 Memilih yang lain
40 Pindah apartemen
41 salah paham
42 Telpon dari siapa ?
43 Apa ini ??
44 Memilih gaun
45 Cape ah !!
46 Menjenguk Yoshi
47 Masih mengingatmu
48 Ukurannya di samain aja
49 Ngaca dong
50 Ko baper ?
51 latihan cuek
52 Merasa bersalah
53 rasa apa ini
54 Kanan atau kiri
55 Dasar Ellisa
56 Memilih cincin
57 Masih ingat
58 mungkin dia lelah
59 Ellisa yang aneh
60 Menjenguk Yoshi
61 Manfaatin situasi
62 kenapa Yoshi ??
63 Batal
64 Berharap
65 lunch
66 kado dari Amel
67 Isi hati Amel
68 kecewa
69 Tugas sudah selesai
Episodes

Updated 69 Episodes

1
Hidupku terlalu semrawut
2
Antara benar dan salah
3
Traveling yang aneh
4
Jatuh cinta ?
5
Kota surga
6
Dapat di lantai berapa ?
7
Pertama kali berjumpa
8
Apa reaksinya ?
9
salah tingkah
10
Entahlah
11
Kunjungan sang mantan
12
pertemuan tak di sengaja
13
Bertemu ibu
14
Perhatian lebih
15
Apakah ada cara ?
16
Diantara dua pilihan
17
Belum dapat respon
18
Bukan Yoshi yang dulu
19
Apakah masih ada harapan ?
20
kembalinya Yoshi
21
Ibu atau cinta
22
Ketahuan
23
Identitas Ellisa
24
kencan ??
25
Kertas apa ini ?
26
Di pulangkan ??
27
Say goodbye
28
welcome back
29
Di isolasi
30
Galau
31
Mencari Farel
32
Serba salah
33
Suasana baru
34
Gimana ?
35
Tersipu malu
36
Saatnya memilih
37
ikhlas melepasmu
38
bahaya
39
Memilih yang lain
40
Pindah apartemen
41
salah paham
42
Telpon dari siapa ?
43
Apa ini ??
44
Memilih gaun
45
Cape ah !!
46
Menjenguk Yoshi
47
Masih mengingatmu
48
Ukurannya di samain aja
49
Ngaca dong
50
Ko baper ?
51
latihan cuek
52
Merasa bersalah
53
rasa apa ini
54
Kanan atau kiri
55
Dasar Ellisa
56
Memilih cincin
57
Masih ingat
58
mungkin dia lelah
59
Ellisa yang aneh
60
Menjenguk Yoshi
61
Manfaatin situasi
62
kenapa Yoshi ??
63
Batal
64
Berharap
65
lunch
66
kado dari Amel
67
Isi hati Amel
68
kecewa
69
Tugas sudah selesai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!