Matahari sudah mulai terbenam, tapi Bara masih tampak asik bermain bersama Karin. Ya, tadi Karin meminta Aylin dan Bara untuk membantunya menghabiskan pizza yang Bara bawakan. Setelah memakan pizza walaupun belum sampai habis, Karin memaksa Bara untuk bermain dengannya.
"Kau kalah lagi" seru Bara
"Tidak, Ayah curang" sangkal Karin
"Intinya kau kalah, dan Ayah menang. Sekarang siap siap hukuman akan meluncur" Bara mendekatkan tangannya ke perut Karin untuk menggelitik gadis kecil itu. Namun Karin yang sudah terlalu sering mendapat hukuman, langsung beranjak berdiri dan berlari menghindar, membuat Bara tanpa segan mengejarnya.
Suara tawa Karin yang berkejaran bersama Bara terdengar sampai ke telinga Aylin yang duduk di teras. Ia ikut tersenyum melihat putrinya yang terlihat bahagia. Beberapa hari kemarin, ia tidak pernah melihat tawa di bibir putrinya. Bahkan, putrinya lebih sering mengurung diri di kamar, dan hanya akan keluar saat ia memanggilnya. Namun kini, Aylin benar benar melihat kebahagiaan diwajah putrinya
"Bunda..." panggil Karin "Ayo bantu aku, Ayah akan menghukumku"
Karin berlari kearah Bundanya dan bersembunyi dibelakang tubuh sang Bunda. Bara yang menyadari hal itu segera berlari mendekat untuk menangkap Karin. Karin terus berlari mengitari tubuh Aylin untuk menghindari Bara, dan Bara 'pun tanpa segan ikut mengitari tubuh Aylin. Hingga akhirnya Karin terlihat berhenti berlari dan mengatur napasnya di belakang tubuh Aylin
Bara yang melihat Karin berhenti dengan sengaja memanfaatkan kesempatan. Ia secara diam diam berusaha menggapai pergelangan tangan Karin dari arah depan tubuh Aylin. Namun Karin yang terlanjur menyadari itu dengan segera menghindar dan berlari menaiki teras, dan ulah dari pergerakan Karin itu, Bara menjadi terdorong ke depan dan membuat wajahnya dan Aylin begitu dekat seakan tak berjarak. Bahkan posisi tubuh keduanya 'pun terlihat sangat intim karena Bara tengah mengungkung tubuh Aylin
Deg... deg... deg...
Suara debaran dada Aylin dan Bara terdengar begitu keras. Bagaimana tidak, posisi keduanya yang begitu intim membuat keduanya bisa saling menatap dengan wajah yang begitu dekat. Bahkan hembusan napas Aylin mampu Bara rasakan dengan nyata. Untuk beberapa saat keduanya terdiam dan tidak bereaksi akan posisi mereka itu. Namun begitu tersadar, Bara segera bangkit dan menjauh dari tubuh Aylin
"Maaf..." Bara mengulurkan tangan untuk membantu Aylin berdiri. Namun Aylin terlihat enggan menerimanya, ia justru bangun sendiri tanpa mengindahkan Bara yang berniat membantunya
Dres... dres...
Air hujan yang tiba tiba turun membuat Bara yang ada di depan teras segera menaiki teras untuk berteduh. Ia mengibaskan air yang berhasil membasahi rambutnya, sembari menatap hujan yang turun dengan begitu lebat. Bahkan sambaran petir juga mulai terlihat
"Ayah, ayo masuk, diluar dingin" suara Karin menginterupsi
Bara memandang Aylin, seakan meminta persetujuan dari wanita itu melalui sorot matanya "Bolehkah?" tanya Bara akhirnya
"Masuklah" jawab Aylin dan berlalu masuk
Bara tersenyum mendengar jawaban Aylin. Ia masuk kedalam dengan bergandengan tangan bersama Karin. Keduanya terlihat saling mengedipkan sebelah mata, seolah apa yang ada dalam pikiran mereka adalah hal yang sama. Sedangkan Aylin sudah tidak terlihat keberadaannya.
Karin mengajak Bara untuk duduk di karpet bulu di ruang tengah yang berhadapan dengan TV. Tidak sampai disitu, Karin juga mengambil selimut, dan menyelimuti kaki mungilnya dan kaki Bara agar tidak merasa dingin. Tidak lama, Aylin kembali keluar dengan membawa dua gelas teh hangat ditangannya
"Bunda, ayo kemari, Bunda pasti juga kedinginan 'kan?" ucap Karin
"Tidak Sayang, Karin dengan Om saja yang di sana" tolak Aylin
"Tidak seru, Karin ingin bersama Ayah dan Bunda" ucap Karin
"Tidak apa apa Ay, nanti dia malah menangis kalau keinginannya tidak di turuti" ucap Bara menimpali yang membuat Aylin tidak lagi dapat menolak
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments