Bab 6

Bara segera mandi dan berganti pakaian. Setelah itu ia langsung keluar dari kamar hendak menuju rumah sakit. Namun ia harus menghentikan langkahnya di ruang keluarga saat melihat Ayah dan Bundanya ada di sana

"Mau kemana Bar?" tanya Ayah Daffa

"Mmm aku ingin keluar sebentar Yah, temanku menelponku tadi" jawab Bara

"Temanmu? Apa Max?" tanya Bunda Sekar

"Tidak Bun, bukan, tapi temanku yang lain"

"Teman yang lain?"

"Iya, ya sudah kalau begitu aku berangkat dulu, Assalamu'alaikum Ayah, Bunda"

"Wa'alaikum salam"

Bara segera melajukan motor sport-nya menuju rumah sakit. Setelah beberapa saat, akhirnya motornya benar benar tiba di sana. Ia melihat mobil miliknya yang tadi dibawa Max masih ada di sana, menandakan asistennya tersebut juga masih di sana

"Bos..." sapa Max "Aku ingin izin pulang lebih dulu Bos"

"Pulanglah, anak dan istrimu pasti menunggu"

"Pasti Bos, kalau begitu aku permisi"

"Hati hati" ucap Bara dengan tersenyum. Ya, ia dan Max adalah teman saat menempuh pendidikan bisnis dulu, dan ternyata kini Max menjadi asisten kepercayaannya

Bara kembali melangkah menuju ruangan Karin. Begitu tiba didepan ruangan ia mendengar suara Aylin yang terus menerus berusaha membujuk Karin untuk makan. Namun anak itu juga terus menerus menolak keinginan Bundanya

"Karin, kau akan sakit lagi kalau tidak makan Nak" ucap Aylin

"Tidak, Karin ingin menunggu Om ganteng"

"Iya, sebentar lagi Om ganteng sampai, tapi Karin harus makan dulu ya"

"Karin ingin menunggu... Om ganteng?"

Wajah Karin begitu ceria saat melihat Om ganteng yang ia harapkan kehadirannya kini benar benar datang menemuinya. Aylin yang mendengar putrinya memanggil Om ganteng, seketika langsung membalik tubuhnya, dan benar saja ada Bara di sana. Aylin menggeser tubuhnya, untuk memudahkan Bara agar bisa lebih dekat dengan Karin

"Hai Princess, kenapa tidak mau makan hm?" tanya Bara

"Karin ingin makan disuapi Om ganteng" ucap Karin manja

"Baiklah, sesuai keinginanmu Princess" Bara mengambil bubur yang tadi Aylin letakkan di meja. Ia mulai mengaduk aduk bubur tersebut, lalu menyuapi Karin dengan telaten, seolah apa yang ia lakukan adalah hal yang memang biasa ia lakukan

Karin menerima suapan Bara dengan bahagia. Bahkan senyumnya terlihat begitu cerah saat Bara menyuapinya makan. Namun tiba tiba, ia menangkup mulutnya dengan dua tangan saat bubur yang baru masuk ke mulutnya itu keluar lagi. Aylin yang melihat itu tentu saja ikut panik

"Karin, ada apa Nak?" tanya Aylin

Karin terus membekap mulutnya saat lagi lagi ia merasa ada sesuatu yang akan keluar. Menyadari hal itu, Bara segera menggendong Karin menuju toilet yang langsung saja diikuti Aylin. Bara memegang tubuh Karin menghadap wastafel. Anak manis itu terlihat sudah lelah setelah mengeluarkan isi perutnya. Sedangkan Aylin, wanita itu dengan setia mengusap punggung putrinya

"Om ganteng..." panggil Karin

"Ya sayang, ada apa?"

"Sudah"

"Baiklah"

Bara kembali menggendong Karin dan membawanya menuju brankar. Wajah Karin kian terlihat pucat, membuat Bara dan Aylin ikut merasa cemas. Dengan segera Bara memanggil Dokter, tidak lama setelah itu akhirnya Dokter yang tadi menangani Karin kembali datang

"Dok, tolong periksa putri saya" ucap Bara

"Baik Pak"

Dokter mulai melakukan tugasnya. Sedangkan Aylin, wanita itu berjalan mundur saat mendengar Bara memanggil Karin sebagai putrinya. Entah mengapa ada rasa bahagia dalam hati Aylin saat mendengar Bara mengucapkan itu, tapi Aylin juga merasa sedih, karena hal itu hanya sebuah bentuk ke-khawatiran saja, tidak lebih.

"Bagaimana keadaannya Dok?" tanya Bara

"Pasien harus dirawat selama 24 jam. Kami juga sudah memasangkan selang infus untuk mencegah kekurangan cairan pada tubuh pasien" jelas Dokter

"Lakukan yang terbaik untuk putriku Dok"

"Pasti Pak, kalau begitu saya permisi"

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***