Bab 4

Hujan terlihat sedikit reda. Mobil yang membawa Max juga sudah tampak terparkir didepan kaffee. Ya, tadi Bara menghubungi Max agar menjemputnya sekarang juga. Sebab, kondisi Karin yang belum membaik membuat Bara khawatir. Apalagi suhu tubuh anak itu terasa sangat panas

"Ayo Ay" ajak Bara membuat Aylin mau tak mau menurut

"Tapi, bagaimana dengan motorku?" tanya Aylin

"Anak buahku yang akan mengambilnya nanti" ucap Bara. Setelah mengatakan itu, Bara segera masuk kedalam mobil bersama Karin yang masih tetap berada dalam gendongannya. Ia mengambil selimut yang tersimpan di kursi belakang, lalu menyelimuti tubuh Karin, tanpa melepas pelukannya sedikit 'pun

Sepuluh menit berlalu, mobil yang dikemudikan Max akhirnya tiba di rumah sakit. Bara langsung membawa Karin menuju ruangan khusus anak, sedangkan Max yang sudah paham dengan tuannya, tanpa bertanya lagi, ia segera mencari dokter terbaik rumah sakit tersebut untuk merawat Karin. Bara merebahkan Karin di brankar rumah sakit, dan menyelimutinya

"Om, jangan pergi" pinta Karin

"Tidak, Om tidak akan pergi, tapi Karin harus diobati dulu ya supaya cepat sembuh" ucap Bara

"Hm..." Karin hanya mengangguk lemah sebagai jawaban

Sedangkan Aylin, wanita itu sudah berlinang air mata saat melihat anaknya yang terlihat begitu pucat. Ia terus menerus merapalkan do'a dalam hatinya, dengan tangan yang tidak pernah lepas untuk menggenggam tangan putrinya. Bara memandang Aylin dengan tatapan tak terbaca. Disatu sisi, ia merasa tidak terima karena wanita incarannya telah memiliki putri dari laki laki lain. Namun disisi lainnya, ia bersyukur karena anak manis yang ia temui saat itu ternyata adalah anak dari Aylin

"Maaf Pak, Buk, biar saya periksa keadaan pasien dulu" ucap seorang Dokter yang sudah berjalan masuk

Aylin dan Bara menyingkir. Namun tidak untuk pergi, keduanya berdiri di samping brankar dan melihat apa saja yang Dokter tersebut lakukan kepada Karin

"Bagaimana Dok, putri saya baik baik saja 'kan?" tanya Aylin cemas

"Pasien mengalami gejala tipes Buk, tapi Ibu dan Bapak tenang saja, kalau suhu tubuh pasien membaik, maka pasien tidak perli di rawat inap. Tapi kalau ternyata keadaan pasien memburuk, maka saya sarankan agar pasien dirawat inap" jelas Dokter "Kalau begitu, saya permisi Buk, Pak"

"Iya Dok, terima kasih"

Aylin berjalan mendekat. Ia duduk dibibir brankar sembari mengusap wajah putrinya yang benar benar terlihat pucat. Dokter tidak memasang infus untuk putrinya karena memang perkiraan awal, gejala yang dialami putrinya tidak parah

"Bunda..."

"Iya Sayang, ini Bunda Nak" Aylin merespon dengan cepat panggilan sang putri

"Karin mau Ayah"

Deg

Aylin terhenyak, ia menatap Bara dan secara kebetulan Bara juga tengah menatapnya. Membuat pandangan keduanya bertemu. Namun Aylin buru buru memutus tatapan matanya

"Karin harus sehat ya Sayang, Bunda sedih kalau Karin seperti ini" ucap Aylin mencoba mengalihkan pembicaraan

"Karin rindu Ayah, Bunda"

"Iya, tapi Karin harus sehat dulu, nanti kita bertemu Ayah ya"

"Bunda janji?" Karin mengacungkn jari kelingkingnya di hadapan sang Bunda. Membuat Aylin tidak ada pilihan lain selain ikut menautkan jari kelingkingnya

"Bunda janji. Sekarang, Karin istirahat ya"

"Baik Bunda"

Karin memejamkan matanya tanpa bantahan lagi. Melihat putrinya terlelap, Aylin melabuhkan kecupan sayang di pucuk kepala putrinya. Setelah itu ia bangkit, dari brankar dan mendekati Bara yang duduk di sofa

"Aku bisa mengurus Karin sendiri, kau pulanglah"

Bara ingin sekali meminta waktu agar dirinya diizinkan menemani Karin. Namun mengingat Aylin yang kemungkinan sudah bersuami, membuat Bara memilih pergi. Karena tidak mungkin ia berada dalam satu ruangan dalam waktu yang lama dengan istri orang lain

"Aku pergi, hubungi saja kalau kau butuh bantuanku"

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***