"Gimana Dok apa pasien tidak mengalami luka yang serius?"tanya Bagas.
"Setelah kami melakukan pemeriksaan terdapat luka pada bagian dada belakang dan sedikit memar pada sudut bibirnya, tapi yang membuat saya bingung apa Adik anda kehilangan satu ginjalnya?" Mendengarnya ekpresi Bagas nampak berubah.
"Sa ...satu ginjal maksud Dokter?"timpalnya lagi.
"Dari pemeriksaan yang saya lihat Adik anda hanya memiliki ginjal pada bagian kiri, sedangkan pada bagian kanan terdapat luka jahitan yang menurut saya baru beberapa hari ini melakukan operasi pengangkatan organ ginjal itu?"timpal Dokter itu.
"Soal itu saya tidak tau, dia Adik iparku kebetulan kami juga tidak terlalu akrab nanti saya akan tanya lagi padanya?"
"Ya sudah kalau gitu nanti tanyakan padanya saya pamit pergi dulu!"
"Baik Dok!"
"Memiliki satu ginjal tapi bagaimana mungkin?"gumam Bagas.
Lantas ia masuk keruangan tersebut. Melihat gadis tampak tenang terbaring, ocehannya akhirnya ia layangkan.
"Hay kamu itu sebenarnya bisa gak sih jadi cewek itu yang lemah lembut gak usah bar-bar gini pakai acara jadi pahlawan segala. Kalau tujuan kamu baik ingin jadi pahlawan apa kamu bisa menanggung jika sudah seperti ini kejadiannya? Kamu masih beruntung masih bisa selamat coba aja kalau tidak! Apa kamu tidak bisa berfikir secara jernih!" timpal Bagas yang terus saja memarahinya, sesaat Bagas berhenti terucap setelah mendapatkan tatapan sinis dari Salsa.
"Astaga om ini tidak sadar aku barusaja jadi korban pengeroyokan bisa-bisanya om malah marahin aku?"
"Kamu tidak akan mungkin dikeroyok kalau bukan karena kesalahanmu sendiri! Apa yang sudah terjadi denganmu ini apa kamu sudah kapok?"tegas Bagas lagi.
"Apa Om sudah selesai ngomong? Kalau udah mendingan Om cabut aja dari hadapanku! Badanku masih sakit jadi jangan bikin aku tambah sakit-ku parah! Tadinya aku ingin bilang terima kasih sama Om, tapi mendengar ucapan Om entah kenapa aku enggan untuk mengucapkan kata terima kasih itu jadi mendingan sekarang Om pergilah," usir Salsa secara langsung.
"Kamu mengusirku?"tanya Bagas dengan wajah tegasnya.
"Iya aku mengusir-mu, puas!"
"Baiklah aku akan pergi dan kamu gak perlu repot-repot menyuruhku paham!"
"Terserah!"ucapnya yang langsung mengalihkan pandangannya.
Bagas yang berlalu pergi, masih diambang pintu ia kembali menghampiri adik iparnya.
"Ada apa?"
"Sepertinya aku harus kabari Kakak kamu kalau kamu dirawat disini?" Bagas terucap, menekan ponselnya tangan Salsa dengan siap menghalanginya.
"Jangan! Aku mohon!" Mata gadis itu berkaca-kaca sesaat Bagas menepisnya.
"Apa maksudmu?"
"Jangan beritahu Kak Sandra ataupun Ayah jika aku disini?"mohon Salsa, Bagas yang mendengar hanya bisa menggeleng kepala tak paham.
"Maksudmu kamu menyuruhku untuk diam? Karena kamu tidak mau mereka menjual ginjalmu hanya untuk kesenangan kamu sendiri kan?"tuduh Bagas secara spontan, ekpresi Salsa seketika teralihkan mendengar lelaki itu berkata soal ginjal.
"Tau darimana om soal ginjalku?"
"Tak. Penting aku tau darimana."
"Apa Om akan beritahu mereka? Aku tidak ingin mereka khawatir jadi aku mohon jangan kasih tau mereka, untuk kali ini aku akan melakukan apa saja untukmu, jadi aku mohon jangan kasih tau mereka, aku mohon!"
Salsa memohon dengan wajah serius, matanya berkaca-kaca membuktikan jika ucapannya tidaklah bergurau.
"Baiklah aku tidak akan memberitahu mereka, entah apa maksudmu yang jelas ini sudah jadi permintaan kamu sendiri ya sudah aku pergi dan ingat aku tidak akan menjaga kamu!"
"Tidak masalah, jika kamu ingin pergi pergilah!"
"Baiklah!"
Perginya Bagas dalam ruangan rawat Salsa. Ia secara diam ia tidak bisa membohongi jika perasaan khawatir terselip dalam hatinya, entah perasaan apa tapi sejujurnya ia mampu merasakan rasa itu.
"Sudah tau terluka sampai seperti itu apa maksudnya dia malah tidak ingin aku mengatakan pada keluarganya?"batin Bagas dengan terheran.
"Malam-malam gini apa yang harus aku lakukan? Kemanakah aku akan membawa tubuh yang tanpa adanya raga ini?"
Salsa berjalan tak tentu arah, kaki mulusnya terus saja menulusuri anak jalan yang entah kemana akan membawanya pergi. Tak berselang lama mobil hitam terlihat berhenti disebelah Salsa. Pandangan Salsa tampak cemas takut jika seseorang yang datang seseorang yang tidak pernah ia inginkan akan muncul. Sesosok langkah kaki pria perlahan turun dari mobil, setelahnya ...
"Om? Om kenapa bisa ada disini?" Salsa bertanya ketika tau Bagas lah seseorang yang datang..
"Tidak penting untuk apa aku datang kesini yang jelas cepat masuklah!" Bagas meminta dengan tegas.
"Ma ...masuk? Apa maksud Om?"timpal Salsa tak paham.
"Kamu calon Adik ipar dari calon istriku, jika terjadi sesuatu sama kamu aku sendiri yang akan kena masalah, belum lagi aku tidak ingin memberatkan Sandra jika kamu sampai kenapa-kenapa jadi masuklah sekarang!"pinta Bagas dengan memaksa.
"Tapi ...." Salsa terhenti dari ucapan, dengan tatapan ragu ia bingung apa yang harus ia lakukan sekarang.
"Kamu ingin aku melempar mu kedalam sekarang!" tegas Bagas lalu memberikan ancaman.
Tak banyak ucapan yang dilontarkan, Salsa akhirnya memasuki mobil hitam tersebut. Keduanya hanya berdua tak terdengar akan ucapan mereka yang saling mengobrol.
"Kemana Om akan membawaku?" Salsa terucap namun tak mendapatkan balasan dari Pria dingin disampingnya.
"Gil4! Dia pikir dia siapa?"batin Salsa dengan kesal.
Awal perjalanan yang tidak ada masalah pandangan keduanya terfokuskan pada tanda yang menunjukkan jika ada perbaikan jalan. Mereka lalu akan dialihkan pada jalanan tikus namun perjalanan mereka akan menambah waktu jika mengikuti jalan darurat yang ditujukan. Situasi yang hujan deras tak memberikan cela bagi Bagas untuk berfikir secara matang.
" Jalan yang akan kita lewati tidak bisa dipakai jadi tidak ada cara lain selain kita berteduh disini dulu." Bagas berkata.
"Hanya berdua?"timpal Salsa menyahut.
"Satu kampung? Disini hanya ada kita jadi mana mungkin rame-rame?" gertak Bagas sembari menggerutu.
"Mendingan jika ingin berteduh kamu sendirilah yang disini aku akan cari tempat yang lain, Om calon Suami Kakakku jadi aku tidak ingin mencari masalah baru!"
"Mencari tempat baru? Kamu tidak lihat kondisi sekarang lagi hujan kamu ingin sakit?"tegas Bagas.
"Lebih baik sakit panas ketimbang aku akan kena masalah baru, aku mohon ijinkan aku pergi ini demi keamanan." Salsa meminta izin namun Bagas tak memberinya izin.
"Tidak! Aku tidak akan membiarkan, ini sudah malam dan aku pun tau kamu pun tidak akan mungkin pulang ke Rumah. Bahkan Dokter tadi bilang kemungkinan kamu akan kena panas jadi mana mungkin aku akan tinggalin kamu begitu saja? Ingat jika kamu sakit aku tidak ingin Sandra akan kesusahan jadi mohon, plis, kali ini saja kamu janganlah membangkang?"pinta Bagas.
"Benar juga yang dikatakan Om Bagas kemana aku akan pergi mencari tempat baru? Belum lagi suasana lagi hujan aku rasa akan susah untuk mencarinya?"batinnya yang akhirnya bisa berfikir jernih.
"Kenapa kamu masih bengong kamu masih ngotot ingin pergi?"tegas Bagas .
"Baiklah aku akan berdiam disini, aku akan didalam aku harap Om tidak akan masuk?"
"Untuk apa aku harus masuk? Aku akan tidur diluar jika nanti hujan sudah reda aku akan membangunkan mu!"
"Baiklah!"balas Salsa, Salsa lalu masuk.
"Ini lebih baik? Ngomong-ngomong kapan hujan ini akan reda?"gumam Bagas.
Pandangan Bagas masih fokus pada tetesan hujan yang masih saja mengguyur wilayah ini. Hujan semakin deras sesekali melirik jam tangannya yang sudah pukul hampir 23:00.
"Sebentar lagi pukul sebelas malam? Apa mungkin aku akan bermalam dengan calon Adik iparku biarpun tidak ser4njang?"gumam Bagas bertanya pada dirinya sendiri.
Langkah seseorang terlihat mulai mendekatinya. Tanpa disadari Bagas pukulan dari balok kayu telah tepat mendarat mengenai punggungnya yang akhirnya spontan membuat Bagas jatuh pingsan tidak sadarkan diri.
Mendengar ada suara jatuhan tanpa adanya rasa curiga Salsa memutuskan untuk melihat ke-depan. Akan tetapi belum juga ia berhasil mencapai ditempat yang ingin ia tuju sebuah pukulan lagi-lagi tepat mendarat mengenai punggung Salsa sendiri yang akhirnya membuat Salsa sendiri ikut jatuh pingsan.
"Rencana yang berjalan sesuai rencana?" Seseorang datang dari arah belakang, menyambungkan teleponnya.
" Selanjutnya apa yang harus kita lakukan?"tanya Pria Itu namun Wanita tersebut hanya tersenyum licik.
..........
Berada dalam satu ruangan yang sama. Bagas dan Salsa berada dalam satu r4njang yang sama, Salsa memeluk Bagas dalam keadaan mereka yang masih sama-sama belum sadarkan diri.
Hujan yang mereda. Tak lama terdengar suara gemuruh layaknya ada seseorang yang sedang berdemo, suara gemuruh itu mulai menghampiri arah tempat dimana mereka berada saat ini. Suara kegaduhan dan teriakan semakin menggelegak sangat kencang, pintu terbuka dengan sangat keras hinga membuat suara itu tepat sampai ditelinga Bagas dan juga Salsa yang tadinya terlihat masih nyenyak tertidur pulas.
Tiba-tiba datang beberapa orang yang masuk ruangan ini dengan menyiramkan seember air tepat mengenai wajah mereka.
Terkejut, keduanya seketika bangkit dari tempat mereka berada saat ini. Beribu-ribu pertanyaan ingin sekali mereka pertanyaan-kan akan apa yang terjadi pada mereka saat ini.
Setelah sadar nampak raut wajah mereka dipenuhi dengan wajah kebingungannya. Apalagi melihat orang-orang pada menunjukkan raut amarahnya menjadikan Salsa mau pun Bagas ikut diselimuti rasa ketakutannya.
"Dasar tukang kumpul kebo apa yang kalian lakukan ditempat ini? Apa kalian habis bermalam indah tadi malam?"tanya Laki-laki yang hampir botak.
"Ini tidak bisa dibiarkan, mereka pasti orang-orang mesum yang sudah bermalam," tuduh pria satunya.
"Tidak. Kita tidak seperti yang kalian pikirkan, kami hanya berteduh, jalan depan sedang dalam perbaikan jadi butuh waktu untuk memutar arah lebih lama bagi kami untuk pulang, jadi mohon mengertilah!"
Bagas memohon namun tatapan mereka semua seolah-olah tak akan menggubrisnya.
"Dalam masa perbaikan? Kalian mencoba membohongi kita? Kalian mencoba menyangkal?" Seorang Warga mengalihkan suasana agar semakin runyam.
"Tidak, apa yang dikatakan pria ini sungguhlah benar, arah barat terdapat perbaikan jalan dan butuh waktu lebih lama bagi kami untuk sampai ketempat tujuan, kami meneduh karena situasi lagi hujan jadi mohon mengertilah pada kami, kami mohon!"lerai Salsa ikut membelanya.
"Omong kosong! Itu hanyalah alasan yang kalian buat, disana sama sekali tidak ada perbaikan jalan kalian masih menyangkal ingin menipu kita?"tegas salah satu warga dengan membentak.
"Tidak, kami tidak berbohong ada tanda yang ditaruh dipertengahan jalan tolong percayalah pada kami, kami mohon!"ucap Bagas mencoba menjelaskan namun hasilnya nihil, mereka tau ada yang percaya.
"Bagaimana kamu bisa percaya jika alasan yang kalian buat sama sekali tidak masuk akal? Tanda yang kalian maksudkan juga tidak ada jadi mana mungkin kita akan percaya?''kekeh salah satu Warga ikut memojokkan mereka.
"Yang namanya penipu tidak akan berkata jujur, mereka sudah mengotori tempat kami kita nikahkan saja mereka, kita nikahkan saja." Sorakan mereka semakin memojokkan Bagas dan Salsa, rasa panik berpadu tak tau dengan cara apa mereka melakukan pembelaan.
"Tidak, itu tidak akan pernah terjadi ini jebakan? Ini jebakan kami mohon mengertilah!"berontak Salsa yang tak tau lagi harus berbuat apa.
"Tunggu apalagi cepat bawa mereka!"racau para Warga.
"Tidak, kalian tidak bisa memaksa kami, tidak bisa, tidak bisa!"bentak Bagas namun tak digubris.
BERSAMBUNG.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Rabiatul Addawiyah
Lanjut thor
2024-02-09
1