“Ma, hari ini Alana dan Genta akan saya boyong ke rumah kami yang baru, rumah itu dekat dari sini kok … jadi kalau ada apa apa, mama bisa langsung menghubungi Alana atau Saka.” kata Saka dengan sopan, Genta rupanya bosan berada di ruang tamu mendengarkan daddy dan omanya ngobrol, sehingga dia berusaha melepaskan diri dan turun dari tubuh daddynya yang masih kekeuh memeluknya.
“Jadi mbak Hartin, baby sitter Genta juga ikut kalian kan?” tanya mama Lina lagi.
“Iya, ma. Tapi mungkin nanti mbak Hartin biar dijemput sama Lio aja, sekarang Saka mau
nemenin Alana dan Genta beli kebutuhan mereka buat dirumah baru.” Jawab Saka sambil menggandeng Genta yang menariknya.
“Ya sudah, kamu temani Genta dulu, mungkin Genta kangen sama mommynya, Alana di kamarnya, paling paling mau siapin barang barangnya. Jangan lupa pesan mama, Sak! Alana itu sudah terlalu lama sering disakiti. Jadi bahagiakanlah dia! Dan mama percaya kamu pasti tidak akan mengecewakan mama.” kata Mama Lina dengan nada sendu.
“Ya, ma. Saka tahu, tujuan Saka hanya ingin Alana dan Genta bahagia.” Jawab Saka, sambil menyerahkan Genta ke tangan mbak Hartin, karena kan gak sopan kalau diajak
ngomong sama mertua malah focus matanya ke arah Genta.
“Sudah, kamu bantu Alana beresin barang barangnya dulu. Oh iya, bagaimana dengan kondisi Yara? Sudah mulai masuk masa pengobatannya? Kamu jangan lupa untuk tetep mantau Yara, karena dia juga masih istri kamu.” lanjut mama Lina, sambil matanya
menerawang jauh, entah apa yang mama Lina pikirkan. Saka langsung meraih tangan
mama Lina dan menggenggamnya.
“Saka berusaha bisa membahagiakan semua orang yang Saka cintai, termasuk Yara, Alana
dan Genta, juga mama papa dan ayah ibu. Karena tujuan hidup Saka saat ini
adalah membahagiakan orang orang yang sangat Saka cintai. Yara saat ini memang
dalam proses kemo, jadi dia tidak bisa didampingi oleh Saka atau Alana, karena
menurut dokter hal itu bisa mengganggu kesuburan dan proses kehamilan. Tapi
tadi Alana juga menyarankan untuk tetep mensupport Yara melalui video call,
bersama Genta juga.
“Ya… itu baik, yang penting kamu bisa adil kepada Yara dan Alana. Alana sudah tahu
kemungkinan terburuk dari pengobatan ini?” tanya Mama Lina sambil menatap
menantunya itu.
“Yara tidak ingin Lala tahu, dan menjadi sedih… Katanya Yara akan mengatakannya sendiri, kalau waktunya tepat. Lala hanya menebak penyakit Yara dengan tepat. “ lanjut Saka sambil memandang mama Lina dengan binar dimatanya.
“Anak itu terlalu cerdas, kalian lupa kalau kepandaiannya diatas rata rata, kalian hanya menundanya, tapi kalian ga mungkin menyembunyikan nya selamanya. Saran mama, kamu komunikasikan padanya. Mama ga mau nantinya dia akan salah paham. Ingat dasar utama pernikahan adalah kejujuran. Lebih baik dia tahu dari kamu daripada tahu dari orang lain.” ujar mama Lina sambil menepuk pundak anak menantunya itu.
“Ma, Lala ngotot ingin kerja, jadi Lala akan tetap bekerja, tapi di perusahaan Saka. Jadi
mungkin Genta dan asistennya akan disini saat kami pergi kerja.” lanjut Saka meminta ijin untuk menitipkan Genta selama mereka bekerja. Sebenarnya ayah dan ibu juga ingin Genta dirumah mereka. Tapi Alana gak enak dengan alasan ga mau merepotkan. Padahal ibu Saka kalau sama Alana itu sayang banget. Dari dulu kan Alana sudah dianggap jadi putrinya. Karena ibu hanya punya Saka, sedangkan Lio itu diangkat anak ketika usianya udah 14 tahun, karena papa, mama, dan adik Lio yang masih didalam kandungan meninggal karena kecelakaan tunggal.
“Rumah ini juga rumah kalian Saka… kamu sudah jadi menantu mama, ya otomatis kamu adalah anak mama juga. Genta cucu mama, ngapain kamu minta ijin segala.” tukas mama
Lina sambil menggoyang goyangkan tangannya tanda dia gak setuju dengan tindakan Saka yang terlalu sungkan.
“Mamaaaaa.” Tiba tiba Alana datang sambil membawa tasnya dan memeluk mamanya dengan erat.
“Kamu itu ya, sudah punya anak masih saja manja.” kata mama Lina sambil balas memeluk dan mengelus pundak anak tunggalnya itu, tak terasa ada air mata yang keluar di sudut mata mama Lina.
“Mama, kok nangis? Ada apa ma? Apa papa penyakitnya tambah parah? Apa kita bawa papa ke rumah sakit saja?” tanya Alana gugup plus bingung, sehingga dia panik.
“Lana, mama gak pa pa, Papa kamu juga ga pa pa… tenang saja, mama hanya terharu dengan kamu. Mama senang karena kalian berdua. Mama senang Genta sekarang punya sosok daddy yang dirindukannya. Padahal kamu emang yang dulu maksain Genta untuk panggil daddy sama kamu. Eh sekarang malah keturutan. “ kata mama Lina pada Saka juga Alana, sambil mengelus puncak kepala Alana dengan sayang. Mama menarik tangan Alana dan menyatukan nya dengan tangan Saka yang ada di sebelah kiri.
“Berbahagialah… restu mama dan papa selalu untuk kalian, jaga Genta dan anak anak kalian kelak. Jangan pernah bertengkar, selesaikan dengan kedewasaan. Komunikasikan dengan benar. Saling percaya. Jangan menghianati kepercayaan. Banyak mendengar dan lambat berdebat. “ lanjut mama Lina sambil memandang Alana dan Saka bergantian.
“Iya ma… mama jangan sedih lagi, Alana mau membahagiakan mama.” isak Alana sambil
mengusap tangan mamanya.
“Saka pasti jaga Lala, mama tidak usah kuatir.” lanjut Saka sambil memeluk dua wanita yang sangat berharga baginya saat ini.
“Lana, Mama titip pesen, hormati suamimu, dengar apa yang dia katakan, jangan ingin menang sendiri. Jangan suka membantah, ingat surgamu itu di suamimu.” kata Mama Lina memberikan nasihat nasihat untuk anak perempuannya. Dia tahu persis siapa Alana,
dan siapa Saka, oleh karena itu mama Lina memberi nasihat supaya Alana menjadi
lebih baik lagi.
“Iya maaaa, jangan kuatir sama Lana, Saka bisa ngerti siapa Lana, Saka pasti bisa jadi imam yang baik buat Lana, jangan mama kuatir lagi ya. “ jawab Alana sambil mengusap air matanya.
“Sudah, kalian cepat pergi, katanya mau beli keperluan rumah baru kalian. Si Hartin
nanti nyusul kan? Biar Hartin siapin baju bajunya.” Kata Mama Lina sambil
mendorong tubuh Alana dan Saka yang masih duduk di sofa bersama mama Lina.
“Ga usah dibawain semua , ma… soalnya kan mbak Hartin sering disini juga. Nanti aku
beliin baju juga buat mbak Hartin juga.” Kata Alana sambil bangkit berdiri,
karena mamanya mendorong dorong Alana dan Saka supaya tidak kemalaman.
“ Ayo, Bby! Biar Genta mommy yang gendong, ini tasnya jangan lupa dibawa, itu keperluan
buat Genta sih.” Kata Alana sambil menggendong Genta yang montok dari tangan mbak Hartin.
“ Siap, nyonya Saka. “ jawab Saka sambil membawa tas besar yang sudah Alana siapkan. Sontak cubitan Alana pun singgah di pinggang Saka yang tanpa lemak. Dan Sakapun tertawa lepas .
“”Ma, kita berangkat dulu ya, besok mungkin Lio bakal nganterin dan jemput Genta dan mbak Hartin.” lanjut Saka sambil mencium punggung tangan mama Lina, diikuti dengan
Alana, juga Genta yang dengan pintarnya mencium punggung tangan omanya tanpa
ada yang menyuruh.
“Pinternya cucu oma... jangan nakal yaa.” Kata mama Lina sambil mengusap kepala Genta
dengan sayang.
Mama Lina mengantar keluarga kecil itu dan melambaikan tangan sampai mobil itu hilang
dari pandangannya.
.
.
.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Bakulgeblek
bapaknya gk dipamitin... TERLALU...
biar kata stroke, tp kn msh bapaknya thor 🥺
2022-01-17
1
Mama VinKa
likenya kok semakin berkurang
2020-12-22
0
Tionar Linda
mantap 👍
2020-09-24
3