"Sarah ... Sarah ... Sarah ... Sarah ...." Suara misterius itu lagi, gumamku.
"Hah hah hah hah hah hah hah ...." Aku terbangun dan mengatur nafas yang sedang terengah-engah. Kejadian malam ini berulang-ulang menghampiri tidurku. Saat aku terjaga, aku sendirian. Tidak ada Ayah, tidak ada Ibu, hanya aku sendirian dikamar ini (pukul 00.30 wib).
Aku berusaha menenangkan hatiku, berusaha memikirkan hal-hal yang indah, hal hal yang menyenangkan, teman teman, pria favorit ku, guru idolaku. Aku mulai membuat rencana. besok aku akan menelfon teman-temanku, menelfon bibik dan juga paman, rasanya hatiku mulai tenang.
Sreeeeeeeeeaak....
Suara pintu kamar ku yang terbuka dengan sendirinya. Perasaan ku mulai tidak enak, ketenangan yang baru aku dapatkan lenyap seketika. Aku berusaha untuk tidak mendengarkan apapun, aku terus berpacu dengan khayalan dan rencana ku.
Taaaar, taaaar, taaaar,
Suara pintu kamar ku yang terbuka dan tertutup dengan tempo yang pelan. Aku terus berusaha mengabaikannya.
Tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok.
Suara ketukan pada pintu yang semakin kuat dan semakin lama terdengar semakin cepat membuat suara bising di telinga hingga aku harus menutupi telinga ku.
Sreeeeeeaaak ....
Pintunya terbuka lagi hingga kali ini aku memutuskan untuk mengunci pintunya. Aku berdiri dan berlari untuk segera mengunci pintu kamarku namun sesuatu mendorongku dari belakang membuat tubuhku terjolak kemudian aku berada di luar kamarku.
Aku mencoba untuk masuk ke dalam kamarku kembali tapi tidak bisa, pintunya terkunci dari dalam. Perasaanku sangat tidak enak, aku kembali melihat sesuatu melintas di depan kamar ayah. Aku berjalan perlahan menuju kamar ayah, tidak ingin membangunkan mereka tapi aku takut terjadi sesuatu pada Ayah dan Ibuku.
Perlahan aku membuka pintu kamar Ayah dan Ibu, tapi aku tidak melihat Ibu di sana. Aku mendekati tempat tidur mereka, benar Ibu tidak ada di sini. Ucapku di dalam hati.
Seeeeet....
Kembali, bayangan itu tampak kembali di luar pintu kamar Ayah dan Ibu. Untuk meyakinkan penglihatan ku, aku keluar dan mencari bayangan itu. Mungkin saja itu Ibu, ucapku di dalam hati.
Aku mengikuti arah terakhir bayangan itu muncul. Saat aku berada di ruang keluarga (ruang tengah) aku melihat pintu ruang kerja Ayah tidak tertutup rapat. Aku mengintip dari luar, ada Ibu di sana sedang duduk santai dan sepertinya sambil memegang sesuatu.
Lukisan Tania yang biasa Ayah lihat dan stabilo merah, dari luar ruang kerja Ayah tampak Ibu mencoret lukisan tersebut. Apa yang Ibu lakukan dengan lukisannya? Tapi Ibu tampak bahagia, Ibu tersenyum.
Seeeeeet....
Bayangan itu muncul kembali membuat bulu kuduk ku berdiri tapi aku tau itu bukan Ibu, karena ibu ada di hadapanku sedang duduk di kursi kerja ayah. Seeet, bayangan itu bergerak cepat menuju gudang tua tapi kali ini aku tidak ingin mengikutinya.
Aku memilih masuk ke kamarku, tiba-tiba sesuatu menarik kedua kakiku dengan cepat, aku sadar dengan apa yang terjadi, makhluk itu menarik ku ke arah gudang tua.
Aku tersungkur di tengah-tengah ruangan antara gudang tua dan sumur. Aku mengangkat kepalaku dan menyandarkan tubuhku di dinding dengan nafas yang tersengal-sengal. Dari cahaya lampu yang remang-remang, aku melihat sosok yang berjalan ke arah gudang tua dengan langkah gemulai.
"Ibu ...." ucapku lirih. Itu Ibu, aku berusaha berdiri untuk menghampirinya tapi tubuhku tidak bisa aku gerakkan seolah ada yang menahannya. "Aku harus berdiri, Ibu pasti sedang mencari ku." ucapku dengan suara samar-samar.
Tapi saat aku mencoba berdiri, aku tak kuasa. Aku tidak bisa bergerak, aku hanya bisa memandanginya. Aku melihat Ibu berbelok menuju gudang tua, terdengar suara langkah kaki Ibu menuruni anak tangga menuju gudang tua. "Apa yang Ibu lakukan di sana?" tanyaku dengan suara kecil sekali.
Braaaak
Seperti suara sesuatu yang jatuh.
Tidak lama kemudian, aku mendengar suara tapak kaki Ibu lagi diiringi suara nyanyian ibunya. Entah apa yang Ibu nyanyikan tapi Ibu tampak bahagia, Ibu meninggalkan gudang tua dan aku sendirian.
Aku sudah tidak dapat melihat Ibu lagi, tubuhku pun terasa ringan dan aku dapat mengontrolnya kembali. penasaran dengan apa yang Ibu lakukan, aku memeriksa gudang tua.
Dari pintu masuk gudang tua aku bisa melihat lukisan Tania ada di dalam gudang tersebut. Ada bekas spidol merah yang tampak melingkari wajah Tania. tidak, bukan itu saja, bahkan spidol merah itu juga melingkari wajah adik Tania.
Apa maksudnya ini? Aku terdiam sebentar untuk bertikai dengan hatiku. Tapi kemungkinan-kemungkinannya hanya membuat aku bingung. Aku memutuskan untuk meninggalkan gudang tua.
Saat aku ingin keluar menuju ruang utama, aku mendengar suara tangisan misterius dari sebelah gudang tua, rasanya aku mengenali suara itu, itu suara si mbok.
Penasaran, aku mendekatinya. "Mbok, kenapa si mbok ada di situ?" Terdengar dan terlihat si Mbok di sudut sumur. "Di sinikan gelap sekali mbok". ucapku sambil mendekati asal suara tangisan itu karena aku yakin sekali itu adalah suara si mbok.
Tapi, ternyata itu bukan si mbok. Aku terus melangkah mundur sambil memperhatikan makhluk itu. Itu bukan si mbok, tapi pakaian itu pakaian si mbok, bagaimana ini? Ucapku di dalam hati seraya menggeleng-gelengkan kepalaku dan beranjak pergi dari ruangan itu sambil menangis ketakutan.
Baru setengah jalan aku keluar dari lorong gudang tua, tiba-tiba kaki kiri ku terasa berat, bahkan sangat berat.
Aku melihat kakiku tapi tidak ada apa-apa. dengan seluruh kekuatan ku, aku berusaha menyeret kaki kiri ku. Terasa semakin berat dan menyakitkan.
Aku berhenti sejenak, tanpa sengaja aku melihat kaki ku dari kaca lemari hias menuju ruang tengah, rupanya ada sesuatu tengah duduk sambil memegang kaki kiri ku.
Aku tidak sanggup lagi menyeret kaki ku, aku terduduk dan menangis sejadi-jadinya, aku tidak tau apa yang harus aku lakukan, ketakutan ku sudah diambang batasnya kali ini.
"Sarah ... Sarah ...." Dari kejauhan samar-samar aku mendengar suara Ayah menuju ke arahku. "Sarah ...." ucap Ayah sambil melihat keadaanku yang kacau. Ayah langaung menggendongku, tapi aku terus menangis dan tidak menyadari kalau ayah sedang menggendongku.
"Buuu ... buuuu... ambilkan air minum dan bawa ke kamar Sarah!" ucap Ayah dengan suara yang keras.
Aku mulai sadar dan berkata, "Kakiku yah, kakiku ...." berkata sambil menatap Ayah.
Melihat aku ketakutan, Ayah langsung memeriksa kedua kakiku." Kenapa ini Sarah? Kenapa kaki mu lebam dan membiru seperti ini, seperti habis jatuh dan terkilir." ucap Ayah sambil memperhatikan kakiku.
"Ayah yang tenang juga yah, kalau Ayah begini nanti Sarah tambah bingung keadaannya, ini air minumnya."
"Sakit sekali Ayah." keluhku sambil merintih.
"Kita ke rumah sakit ya nak, ayo ayah gendong." kata Ayah dengan ekspresi panik.
"Tidak yah, aku tidak ingin jauh-jauh dari Ayah dan Ibu." ucapku dengan mata yang basah.
"Kalau begitu, Ibu kompres saja kakimu ya nak." ucap Ibu memberi solusi.
"Iya bu ...." sambil mengangguk-anggukkan kepala.
Ibu langsung pergi ke dapur, aku memberanikan diri bertanya ke pada Ayah tentang kejadian malam ini, tepatnya tentang apa yang aku lihat.
Aku mengatakan pada ayah bahwa tadi aku melihat Ibu di ruang kerja ayah. Mendengar perkataanku ayah tampak marah, melihat semua itu aku mengurungkan niatku untuk menanyakan dan menceritakan segalanya.
Tak lama kemudian Ibu datang membawakan air hangat untukku. Perlahan ibu memasang kain kompres yang hangat di kaki ku. "Jangan terlalu banyak berkhayal Sarah!, nggak baik untukmu." ujar Ibu.
"Maksud Ibu, mengkhayal tentang apa Bu?"
"Tentang apa saja, tentunya yg membuat kamu tidak nyaman Sarah. "
Aku memandang Ibu, sebenarnya apa yang Ibu lakukan? Aku ingin bertanya tapi takut menyinggung perasaan Ibu lalu aku mengurungkan niat ku.
"Sudah-sudah, kamu harus lebih banyak istirahat Sarah. Dari tadi omongan mu sudah nyeleneh, bahkan saat makan pun omongan mu kemana mana, Ayah jadi khawatir dengan sikapmu."
"Sini , gantian Ayah yang mengompres kakimu Sarah. "
"Terimakasih Ayah .... " sahutku sambil memikirkan perkataan ayah.
"Kalau gitu, Ibu ke kamar duluan y yah."
"Iyaa Bu, istirahat lah jangan banyak pikiran."
Ibu pun pergi ke kamar dan meninggalkan aku berdua bersama ayah. Sikap Ibu agak aneh, seperti menjauh dariku. "Aduh yah, sakit sekali yah." mengeluh dengan manja.
"Besok kita panggil tukang urut ya, sekarang kamu pejamkan matamu! "
"Yah, tadi waktu aku berlari, aku tidak sengaja melihat dari kaca lemari tengah kalau kaki ku ini ada yang memeganginya." Aku berusaha menceritakan apa yang terjadi ke pada Ayah.
"Bertahun-tahun Ayah di rumah ini, tapi nggak pernah melihat ataupun merasakan kejadian yang aneh-aneh nak tapi kamu sudah beberapa kali mengadukan hal-hal tidak masuk akal yang terjadi selama kamu di sini.
"Apa aku terlihat aneh menurut ayah?"
"Ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha." Ayah tertawa terbahak-bahak. "Bukan begitu maksud ayah
sudah, tidurlah nak besok kita ngobrol lagi ya, malam ini kamu belum istirahat kan." kata Ayah sambil memukul-mukul dahi ku perlahan.
Bersambung....
Jangan lupa terus ikuti episode selanjutnya ya teman-teman. Tinggalkan komentar, klik like dan favorit untuk mendapatkan notifikasi selanjutnya.
Plus beri aku dukungan dengan menekan tombol vote pada halaman terdepan. Vote dari teman-teman pembaca semuanya adalah semangat tersendiri bagi saya penulis. Makasih 😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments
Umi Hidayati
crita'a kaya bola muter" dtempat mulu antra MLM & tidur..
2022-01-15
1
little owl🐥
ibunya mau bunuh Sarah kali ya
2021-11-22
0
_XiAraa Putry~ ig@putri_28sn
smngt kak
2021-03-19
0