Setibanya di dapur, kami melihat tidak ada apapun dan siapapun di sini. Kemudian paman melihat piring yang terjatuh di lantai dan pecah. "Mungkin ini suara yang kita dengarkan tadi." kata Paman dengan yakin sambil melihat ke arah kami.
"Iya benar, tidak ada apa-apa dan sebaiknya kita kembali keluar, biar besok Ibu yang membersihkan pecahan belingnya." Kamipun kembali keluar dan duduk di depan TV.
Waktu menunjukkan pukul 21.30 wib, tapi Ayah belum juga pulang. Karena sudah malam, Paman dan Bibik berpamitan untuk kembali ke rumah. "Sepertinya Paman dan Bibik memang harus pulang ya?" ucapku lirih.
"Paman dan Bibik harus kembali bertugas esok hari Sarah, kamu harus mengerti itu ya! " ucap Paman sambil memegang kepalaku.
"Baiklah Paman .... "
"By sayang .... " ucap Bibik sambil mengecup kedua pipiku dan aku membalas kecupan Bibik dengan pelukan.
"Bibik dan Paman hati-hati dijalan ya...." ucapku sambil melambaikan tangan sebagai pengantar perjalanan Paman dan Bibik.
"Terimakasih banyak ya .... " ucap Ibu dengan nada yang lembut menghadap ke arah Bibik dan Paman yang sudah berada di dalam mobil.
Pukul 22:00 wib. Ibu mengantarkan aku ke kamar. "Sarah, ayo Ibu antar ke kamarmu Nak ...!"
Aku pun menjawab perkataan Ibu dengan lembut. "Baiklah Bu .... " sahutku sambil berjalan ke arah kamar ku.
Setibanya di kamar, aku duduk bersama Ibu di atas ranjang. Aku menanyakan sesuatu kepada Ibu dan berharap mendapatkan jawaban darinya. "Ibu, kenapa aku tidak bersekolah dan tinggal di sini bersama Ayah dan Ibu selama ini?"
"Ayahmu pernah bilang, kalau lebih baik kamu tinggal bersama Bibik dan Paman mu yang lebih mengerti tentang pendidikan. Ayahmu ingin memberikan yang terbaik untukmu Sarah." ucap Ibu sambil merangkul ku dan aku pun tersenyum.
"Sarah, sudah larut ... tidurlah Nak ... besok pagi-pagi sekali Ibu ingin ke pasar untuk berbelanja. Apa kamu mau ikut Nak?"
Aku menatap Ibu lalu aku menjawab dengan cepat. "Iya Bu, tentu saja."
Ibu kembali ke kamarnya dan aku segera menaikkan kedua kakiku ke atas ranjang, sambil menatap langit-langit kamar aku berusaha memejamkan kedua mataku tapi entah kenapa terasa sangat sulit. Mungkin aku belum mengantuk, ucapku di dalam hati.
Aku merasa malam ini begitu dingin, aku menarik selimut hingga batas dadaku.
Taaaar...
Jendela kamarku terbuka dengan sendirinya.
Aku segera berdiri dan berniat menutup kembali jendela kamar, tapi saat aku menarik kaca jendela aku melihat bayangan putih di halaman depan rumahku.
"Apa itu? " ucapku di dalam hati seraya mengerutkan keningku dan memfokuskan penglihatanku. Aku berusaha melihatnya dengan baik.
Saat pandanganku sudah jelas, aku kaget melihat seseorang di sana. "Ya Tuhan ... bagaimana mungkin ada seorang gadis bermain ditengah malam seperti ini?" ucapku sambil melihat jam dinding di kamarku yang menunjukkan pukul 23.00 wib.
Gadis itu terlihat senang dan menikmati suasana sambil duduk di atas ayunan tua dan menggoyang -goyangkan kakinya.
Siapa gadis itu? Ucapku di dalam hati, aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas karna ditutupi oleh rambut panjangnya yang bergelombang dan kusut.
Mataku masih tertuju pada gadis belia tersebut tapi karena lama tidak berkedip, dengan spontan mataku menutup dan saat aku membuka mataku kembali, aku tidak lagi melihat gadis itu.
"Kemana dia?" ucapku dengan nada yang pelan. Dia tidak lagi terlihat, akupun merasa sangat bingung dan heran, seketika bulu kuduk ku berdiri dan aku memegang kuduk ku untuk menenangkan diriku.
Aku memutuskan untuk menutup jendela kamar dan mengambil sesuatu untuk cemilan sebelum aku bisa terlelap, dengan langkah pasti dan santai aku menuju ke arah dapur. Namun pada saat membuka kulkas, bulu kudukku kembali berdiri hebat, ada rasa aneh yang menghampiriku.
Dari sudut mataku, aku melihat sosok yang tadi aku lihat di halaman rumah, berada tepat di sampingku. Tanganku bergetar hebat, mulutku seakan terkunci. Tapi aku sangat yakin dengan apa yang aku lihat walaupun dari sudut mataku.
Aku sangat ketakutan sampai aku terjatuh saat menutup pintu kulkas namun saat melihat ke arahnya, dia sudah tidak ada lagi.
"Ya Tuhan ... apa yang terjadi padaku? Siapa gadis itu? Atau aku terlalu lelah? Apa aku mulai mengantuk? " Aku berbicara sendiri di dalam hatiku.
Tidak lama, aku berusaha berdiri kembali namun saat aku melangkahkan kakiku, aku merasa kesulitan. Tiba-tiba dadaku berdebar kencang, aku merasa bahwa kaki kiriku seperti ada yang menahannya, dengan nafas yang tersengal-sengal dan debaran jiwa yang hebat, aku melihat ke arah kakiku.
"Aaaak ... aaaak ... aaaak .... " ucapku berteriak histeris.
Aku melihat gadis itu tersenyum sambil memegang kakiku dengan wajah yang pucat dan mata yang putih. Entah bagaimana kakiku bisa bergerak kembali dan akupun segera berlari ke arah kamar Ibu.
Tapi, kamar Ibu terasa sangat amat jauh. "Bu ... Ibu ... Ibu .... " ucapku setengah berteriak, tapi pada saat yang bersamaan gadis itu sekilas lewat disampingku dengan cepat. Aku sangat takut, aku berlari ke arah kursi depan/ruang tamu sambil menagis.
Tiba-tiba pintu terbuka dengan sendirinya dan aku semakin merintih ketakutan. Aku duduk jongkok sambil melipat kedua tangan memeluk kakiku. Set ... ada sesuatu yang memegang tanganku, tangannya terasa dingin, dan aku semakin ketakutan.
Aku melihat ke arah samping. Ternyata sosok itu adalah seseorang yang sangat aku kenali. "Ayah .... "
"Sarah ... sudah lama sekali .... " sahut Ayah sembari memelukku dengan erat. "Ada apa nak? Kenapa kamu di sini? Ayo kita ke kamarmu?" tanya Ayah tanpa memberikan aku waktu dan kesempatan untuk menjawab. Ayah mengantarkanku ke kamar dan menemaniku tidur malam ini.
Pagi pukul 08:00 wib aku tersentak bangun dari tidurku. Aku ingin bertemu Ayah, ingin bercerita, ingin menangis melepaskan ketakutan ku, dan ingin bertanya membuang kebingunganku.
Aku bergegas membersihkan diriku, setelah berpakaian rapi, aku berdiri di depan cermin yang sudah agak tua. Dari pantulan cermin aku melihat ada sesuatu di sudut kamarku dan aku mendekatinya.
Haaaah, ucap dalam hatiku. Dari semalam ini tidak ada. Siapa yg meletakkan boneka kecil ini disini? Sedangkan pintu kamar masih terkunci dari dalam. Aku memegang erat boneka itu sambil berfikir tapi aku tidak menemukan jawabannya.
Tok tok tok
Tok tok tok
"Sarah, ayo keluar nak, sarapan sudah siap." ujar Ibu mengetuk pintu sembari memanggil namaku dengan suara yang lantang. Sepertinya Ibu habis makan geranat pagi ini.
Aku tidak mau ambil pusing, aku tinggalkan saja bonekanya di sini dan aku segera keluar menemui Ibu di meja makan.
"Sarah, ayo makan! Kamu bangun kesiangan nak, jadi Ibu berangkat ke pasar dengan si Mbok. Kamu pasti lelah selama diperjalanan ya .... " ujar ibu sambil tersenyum.
"Iya Bu, semalam aku susah tidur dan ...."
"Eeem ... eeem ...." kata Ayah yang langsung memotong perkataan dan duduk di hadapanku sambil berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Ibu tau, semalam itu Sarah nungguin Ayah pulang lho Bu ... iyakan Sarah?" kata Ayah sambil tersenyum melihat kearahku.
"I - iya Yah ...." jawabku sambil terbata-bata.
"Ayo dihabiskan sarapannya! Ayah ingin mengajak kalian jalan-jalan ke tempat favorit kita dulu Sarah, kamu masih ingatkan?"
"Dulu kita sering bermain di sana saat akhir pekan. " ujar Ayah tapi aku hanya diam sambil mengingat kenangan itu tapi aku tidak bisa, aku benar-benar lupa.
"Benar thu Yah, lagi pula Sarah disini cuma satu bulan jadi sebisa mungkin luangkan waktu Ayah buat dia. " Ayah pun mengangguk-anggukan kepalanya sambil tersenyum dan meneguk teh hangat buatan Ibu.
Kami berangkat jalan-jalan dan tiba pukul 11:00 wib di tempat yang Ayah katakan tadi kepadaku. Tidak ku sangka tempat favorit keluarga kami adalah taman bunga yg indah sekali dengan udara yang terasa sejuk dan segar.
Aku suka dan sangat bahagia sampai aku melupakan semua rasa kebingungan dan ketakutanku. Aku duduk di kursi batu ditepi taman bunga. Ayah dan Ibu sedang menggelar tikar di tengah-tengahnya.
Dari jarak yang tidak terlalu jauh, aku melihat dua orang anak perempuan kira-kira berumur 8 dan 6 tahun, mereka berlarian sambil melempar-lempar sebuah boneka. Aku melihatnya dengan jelas. "Boneka itu ... persis dengan boneka yang ada di dalam kamarku." gumamku.
Aku hanya melihat dan terdiam tapi rasanya ada yang aneh. Penasaran, aku berjalan ke arah anak kecil itu dan berkata, "Adik kecil, boleh kakak lihat bonekanya?"
Anak kecil dengan wajah pucat pasi tersebut memberikan bonekanya kepadaku. Perlahan dan teliti, aku berusaha memastikan boneka itu, aku melihat ada bekas robekan dan jahitan di bagian lengan kanan Boneka tersebut.
10 menit berlalu tapi aku masih belum puas hati. Mungkin terlalu lama bagi si anak kecil untuk menunggu. Dengan tatapan dingin dan suara yang aneh, anak kecil itu menatap ku sambil berbicara ke padaku. "Kembalikan boneka ku!, kembalikan bonekka ku! kembalikan boneka kuuuuuuuuu .... !" ucapnya dengan suara yang keras hingga rasanya menyakitkan gendang telingaku.
Melihat anak tersebut berteriak kencang, aku mundur perlahan karena merasa ketakutan. Taman bunga yang indah berubah jadi kelam, gelap seakan tidak ada cahaya matahari, dan suram.
Anak kecil yang awalnya terlihat manis berubah menjadi wujud yang sangat menyeramkan. Matanya hitam, kuku jarinya memanjang, dari mulutnya keluar lendir kental berwarna putih dan sangat berbau busuk.
"Aaaak ... aaaak ... aaak ... aaak .... "
ucapku dan rasanya aku berteriak sekuat tenaga ku.
Cukup lama aku merasa sendirian dan ketakutan hingga aku mendengar suara Ayah dan Ibu memanggil namaku bergantian. "Sarah ... sarah ... Sarah ...." Suara Ayah dan Ibu sontak membuat aku terbangun.
"Sarah ... sarah ... kamu tidak apa apa nak? Kenapa kamu tidur disini? " tanya Ibu sambil mengusap kening dan peluhku tapi aku hanya diam sambil memandangi sekitarku.
Seluruh tubuhku terasa dingin, sepertinya Ibu mengerti itu dan mengajak Ayah membawaku pulang ke rumah.
Aku duduk di kursi belakang bersama Ibu, di ujung jalan keluar dari taman tersebut aku melihat dengan jelas anak kecil yang memegang boneka yang sama dengan boneka yang ada di dalam kmarku melihat ke arahku, tatapannya tajam tapi Dia terlihat bersedih.
Itu tadi bukan mimpi, itu tadi nyata, ucapku di dalam hati, mereka memang ada. Lalu dimana anak yang satunya lagi? tanyaku di dalam hati.
Ingin kembali melihatnya, aku memutar kepalaku dan kembali menatapnya dari jendela belakang mobil. Dia masih di sana dan terus melihatku begitupun juga denganku. Aku terus menatapnya hingga jarak memisahkan pandangan kami.
Bersambung....
Ingin tau kisah selanjutnya????
Jangan lupa terus ikuti ceritaku di episode selanjutnya. Tinggalkan komentar, like, dan favorit ❤ untuk notifikasi selanjutnya serta berikan vote kepadaku ....
By...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments
pioo
ih jangan pake visual😭
2024-07-17
0
Irda Firdausiyah
seru banget tapi menakutkan
2023-09-27
1
。.。:∞♡*♥
serem banget ftonya🥶
2022-09-21
0