Dari ujung pintu kamar Ayah dan Ibu, aku melihat Ayah memukul dan menampar Ibu. saat itu, Ibu hanya diam dan menangis. Ibu tidak mengelak ataupun membalas perlakuan Ayah padanya, air mataku menetes deras dan aku tidak pernah melihat Ayah seperti itu.
Tanpa disadari Ayah melihatku dari dalam kamarnya. Ayah keluar dari kamar dan memanggil si mbok, ternyata Ayah melihat ku.
saat itu aku dapat melihat mata Ayah yang berkaca-kaca seakan menahan rasa sakit yang dalam.
"Mboook, mboook ...." ucap Ayah dengan nada yang tinggi.
"Iya Tuan .... " sahut si mbok sambil berlari ke depan pintu kamar Ayah.
"Bawa Sarah pergi dari sini! " ucap Ayah dengan nada yang membentak.
"Iya Tuan .... " sahut si mbok dengan tergesa-gesa, lalu Iya menarik tanganku agar aku ikut bersamanya.
"Mbok, apa Ayah sering melakukan itu?" bertanya dengan nada yang lirih.
"Melakukan apa Non?" tanya si mbok pura-pura tidak mengerti maksudku.
"Memukul Ibu." ucapku sambil merunduk.
"Non, si mbok sudah lama sekali ikut tuan, ayahnya si non. Dari kecil Tuan itu dididik dengan kasih sayang. Menurut si mbok, mana mungkin tuan bisa bersikap kasar kepada nyonya jika tidak ada masalah yang benar-bener besar atau kesalahan yang benar-benar fatal yang dilakukan oleh Nyonya. "
"Mbok yakin?"
"Menyakiti hewan pun Tuan ngak tega Non."
"Tapi aku yakin sekali dengan apa yang aku lihat tadi mbok, Ayah memukul dan membentak ibu. "
"Non, banyak hal di atas dunia ini yang sulit kita mengerti kadang si mbok juga merasakan itu tapi semua itu pasti ada ujung pangkalnya." ucapnya sambil menasehati ku.
"Coba mbok tanya non Sarah, apa selama ini Ayah nya non itu pernah memukul non Sarah? atau apakah pernah berkata kasar seperti membentak non Sarah?"
"Tidak mbok, tidak pernah. " jawabku sambil terus menunduk.
"Makanya non, jangan salah paham dengan sikap Tuan ya! " Lalu aku mendengarkan si mbok samnil mengangguk-anggukkan kepalaku sementara si mbok menasehati ku sambil mencuci piring.
Seeeeet...
Dari arah samping, aku melihat ada seseorang yang melintas dengan cepat. Pandanganku teralihkan pada bayangan tersebut.
"Non, non Sarah." sambil memegang lengan kiriku.
"I - iya mbok", tersentak dan terkejut.
"Sedang lihat apa non?" ucapnya sambil memperhatikan apa yang sedang aku lihat.
"Tadi di situ mbok. " ucapku sambil menunjuk ke arah sampin. "Ada sesuatu yang lewat dan bergerak dengan cepat. "
"Noooon, disini kan cuma ada kita berdua. Sementara Tuan dan Nyonya dikamar, Jadi ngak ada siapa-siapa selain kita berdua di sini. "
"Mbok, boleh aku ke kamar?" ujarku karena merasa tidak nyaman
"Iya silahkan non tapi langsung ke kamar ya! Anak gadis nggak boleh nguping, nggak baik."
"Iya mbok, aku ngerti." sahut ku dan langsung berjalan menuju arah kamarku.
Tapi pada saat aku ingin kembali ke kamarku, aku melihat Ayah dan Ibu keluar dari kamar mereka. Karena penasaran aku masuk ke kamar ayah dan berdiri di dekat westafel tempat Ayah memukul Ibu.
Disini aku melihat beberapa keping obat yang terjatuh di lantai beserta botolnya yang berada di atas wastafel. Pada botol tertera kalau itu adalah obat penenang dosis tinggi.
"Siapa yang mengkonsumsi obat ini?" ucapku sambil memegang botol putih dengan tutup berwarna biru.
Ditengah pertanyaanku, aku merasa ada yang menarik tanganku. Tapi pada saat aku melihatnya, tidak ada siapa-siapa.
Sebenarnya aku bermaksud untuk segera keluar dari kamar ayah tapi saat aku melangkah, kakiku membentur sesuatu yang aku sendiri tidak tau.
Aku terjatuh di kursi yang terdapat tas kerja ayah di atasnya. "Ini tas kerja Ayah." ucapku berbisik saat melihat tas Ayah dengan sleting nya yang tidak dikunci. Tanpa sengaja aku melihat obat yang sama seperti di westafel tadi di dalam tas ayah tapi kali ini dalam jumlah botol yang banyak, sekitar 5 botol.
Takut terlihat oleh Ayah, aku langsung keluar dari kamarnya lalu pergi ke kamarku. Di dalam hatiku bertanya, untuk apa ayah menyimpan obat penenang dosis tinggi sebanyak itu? Apa Ayah sakit? Atau Ayah tertekan karena pekerjaannya?
Aku duduk murung dengan pikiran yang kusut di dalam kamarku. Hari mulai senja, "Mungkin udara segar dapat membantuku." kataku sambil bergerak menuju jendela kamar.
Aku berdiri melihat pemandangan di halaman rumahku. "Oh ... itu Ayah, ternyata Ayah sudah pulang, tapi di mana Ibu? Kali ini aku tidak berani untuk bertanya dan aku memilih untuk tetap berada di dalam kamarku.
Pukul 21.30 wib, rasa haus dan lapar mulai menyapaku. Mungkin Ayah sudah tidur pikirku, mungkin si mbok juga sudah tidak di rumah, dan aku ingin tau dimana Ibu?
Aku keluar dari kamarku dan aku mengisi perutku yang kosong. Aku mengambil segelas air untuk di bawa ke kamarku tapi saat ingin menuju ke arah kamar, aku mendengarkan suara tangisan.
"Huhuhuhuhuhu... huhuhuhuhuhu... huhuhuhuhuhu.... huhuhuhuhuhu...." Suara tangisan yang mengguguh-guguh. Aku mencari asal suara tersebut.
Langkah kakiku terhenti di depan ruang kerja Ayah. Tanpa mengetuk, aku langsung masuk karena segera ingin tau tentang apa yang terjadi di dalam ruang kerja Ayah?
Benar saja, Ayah sedang duduk di kursi kerja sambil memegang sesuatu dan menangis, sepertinya Ayah tidak menyadari kehadiranku. Apa yang sedang Ayah pegang? Tanyaku di dalam hati.
"Ayah ...." sapaku dan Ayah melihat ke arahku lalu bergegas menyembunyikan benda yang Ayah lihat dan tangisi.
"Sarah ...."
"Ayah .... "
"Kemari nak, masuklah....!"
"Apa boleh yah?" bertanya dengan perasaan yang sedikit takut.
"Iya...." ucap Ayah dengan nada yang lembut.
"Apa aku tidak menggangu ayah?" Kemudian aku melihat Ayah tersenyum. Hemh, perbincangan yang menegangkan, ucapku di dalam hati
"Sarah .... " ucap Ayah sambil berjalan dan duduk di kursi santainya. "Maafkan Ayah ya nak, hari ini ayah pasti sudah membuatmu takut. "
Aku ingin mencari tau informasi tentang ayahku. "Ayah, aku tidak pernah melihat Ayah semarah itu?"
"Apa itu membuatmu takut?" ujarnya sambil sambil memandangku dengan mata yang redup.
"Jujur ... iya Ayah." sahut ku sambil berjalan dan duduk di samping Ayah.
"Terkadang kita tidak bisa membendung dan menahan diri kita nak, sesuatu yang lebih besar bergejolak mengalahkan sikap asli kita. Pemicunya beragam tapi pasti sesuatu yang hebat. "
"Memangnya apa kesalahan yang Ibu perbuat yah?" bertanya dengan wajah lugu. "Aku tidak pernah melihat Ibu melakukan kesalahan apapun, Ibu wanita yang baik, cantik, penurut, bahkan aku tidak pernah melihat ibu pergi bersenang-
senang ke luar rumah di saat Ayah sedang tidak di rumah." tegasku.
"Maafkan ayah Sarah. " ucapnya dengan wajah yang menyesal.
"Apakah Ayah sudah tidak mencintai Ibu lagi?" Sekali lagi aku bertanya dengan ekspresi bodoh.
"Ayah mencintai Ibu mu lebih dari apapun, lebih dari siapapun, bahkan lebih dari pada Ayah mencintai diri Ayah sendiri." Berbicara dengan mata yang berkaca-kaca.
Melihat wajah Ayah, entah mengapa perasaanku yang marah terhadap Ayah menghilang, begitu juga dengan kecurigaan ku.
Ayah sangat jelas dan tegas mengatakan bahwa ayah sangat mencintai ibu. Mungkin ada masalah rumah tangga yang lain dan tidak pantas aku ketahui. Sebenarnya aku ingin bertanya kepada ayah tentang dimana ibu? Tapi bibirku seolah tidak bisa bergerak.
"Ayah lelah dan ingin segera tidur sarah, besok ayah harus berangkat keluar kota untuk mengantarkan berkas, ayah ke kamar duluan ya nak." ucap Ayah berdiri sambil memegangi kepalaku.
"Iya yah .... " sahut ku sambil menganggukan kepalaku.
"Kamu juga cepat tidur ya! tidak baik tidur terlalu malam !" Lalu ayah meninggalkan ruang kerjanya.
Sikap perhatian Ayah inilah yang membuatku semakin menyayangi Ayah, " Baiklah yah ...." seruku dari dalam ruangan.
Belum mengantuk aku duduk sambil merebahkan kepalaku di kursi malas milik ayah. Cukup lama duduk di kursi malas ini membuat mataku terasa berat, rasanya tidak ingin pindah ketempat yang lain, kamarku pun terasa jauh.
Teng teng teng teng....
Jam dinding besar berbunyi membangunkanku. Tapi mataku masih terasa berat, punggungku terasa sakit karena aku tidur dengan posisi duduk, akupun beranjak dari kursi berniat kembali ke kamarku.
Aku berdiri dan berjalan perlahan. "Aduuh ...." Rasanya ada yang menekel kakiku hingga aku terjatuh. Saat aku ingin berdiri kembali kakiku terasa sakit, dalam posisi duduk aku mendengar suara-suara tawa dari meja kerja ayahku.
"Ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha. " Terdengar tawanya saling bersahutan, aku melihat lebih tajam. Itu Tania dan adiknya, dan siapa laki-laki yang duduk di meja tersebut? Aku tidak bisa melihat wajahnya karena pandanganku hanya sebatas perut laki-laki tersebut.
Aku berusaha berdiri agar bisa melihat wajah laki-laki itu, tapi kakiku sangat sakit hingga membuatku tidak bisa berdiri.
"Ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha. " Aku kembali mendengarkan suara tawa sumringah.
Dari bawah sini aku melihat Tania dan adiknya berlari dan saling mengejar, Tania yang tampak cantik dengan baju putih bermotif bunga di bagian bawah gaunnya terlihat sangat ceria.
"Ayaaaah, kami sangat menyayangi ayah." ucap Tania dengan suara ceria.
"Saraaaah .... " Tiba-tiba aku mendengar ada suara lain yang memanggil namaku dan saat aku melihat ke arah asal suara tersebut, tidak ada siapa-siapa. Heran, aku kembali melihat ke arah meja kerja, tapi Tania dan adiknya pun menghilang.
Sekali lagi, aku berusaha dengan keras untuk berdiri, aku harus ke kamarku ucapku di dalam hati. Perlahan aku melangkah ke arah pintu dan membukanya.
Traaaaaak
Tiba-tiba aku mendengar ada suara benda yang jatuh, dengan cepat aku menoleh ke belakang dan aku memutar langkahku menuju meja kerja ayah. Sambil menyeret kaki kiriku yang sakit, aku berusaha menggapai meja kerja ayah dengan cepat.
"Hah, itukan ...." Lukisan berdarah yang pernah aku lihat malam itu. Jantungku mulai berdebar kencang, terbayang keadaan malam di saat aku menyentuh dan menatap lukisan tersebut.
Aku harus menyimpan kembali lukisan ini, jika tidak mungkin ayah akan marah. Dengan sedikit keberanian ku, aku memegang dan mengambil lukisan itu, aku merunduk dan membuka laci bawah meja kerja Ayah.
Waktu laci sudah terbuka, aku kembali kaget saat melihat gaun bermotif bunga yang tadi dipakai Tania ada di dalam laci tersebut, agar tidak salah aku mengeluarkan gaun itu guna memastikan pandanganku.
Ini memang benar, ini memang gaun yang di pakai Tania. Apakah ini yang tadi Ayah sembunyikan dariku? Sesuatu yang membuat ayah menangis? Aku semakin bingung dengan keadaan ini.
"Besok aku harus tanyakan ini kepada si mbok, ya harus." ucapku dengan yakin.
Dari kejauhan aku mendengar langkah kaki menuju ke ruang kerja ayah. " Itu ... Jangan-jangan Ayah." gumamku. Aku mengintip dan memperhatikannya, tapi tidak ada siapa-siapa.
Seeeeet ....
Aku melihat seseorang bergerak dengan cepat di depan ruang kerja Ayah. Takut, aku menyimpan kembali lukisan dan gaun Tania. Aku berdiri dan berjalan dengan cepat, meninggalkan ruang kerja ayah.
Seeeet ....
Bayangan itu melintas sekali lagi dan aku terpancing untuk mengikuti bayangan tersebut.
"Siapa?" tanya ku dengan nada yang keras setengah berteriak sambil terus mengikutinya. Aku melangkah dengan cepat, seraya menyeret kakiku yang terasa sangat sakit.
Seeeet
Bayangan itu terus muncul secara misterius di hadapanku dan kembali menghilang dengan cepat.
Tanpa ragu, aku terus mengejarnya hingga bayangan itu benar-benar tampak menghilang dari pandanganku. Suasana yang gelap, kemudian aku melihat sekeliling ku."i - ini ...." Tangga menuju gudang tua.
Saat aku masih sangat bingung tentang bagaimana aku bisa sampai ke dekat gudang tua, aku mendengar suara jeritan dan rintihan dari dalamnya.
Suara yang sangat kuat dan sangat menyayat, sepertinya pemilik suara itu tengah menahan rasa sakit yang luar biasa. Entah mengapa seakan aku juga merasakan rasa sakit yang sama di sekujur tubuhku.
Aku merasa seperti siksaan yang membabi buta, tidak ada rasa belas kasihan, tidak ada rasa kemanusiaan. Aku benar-benar merasa kesakitan.
Dalam sadarku, aku berteriak sekencang-kencangnya, aku menangis sejadi-jadinya, sepertinya aku benar-benar dapat merasakan apa yang dirasakan oleh pemilik suara tersebut.
Bersambung....
Jangan lupa terus ikuti episode selanjutnya ya teman-teman. Tinggalkan komentar, klik like dan favorit untuk mendapatkan notifikasi selanjutnya.
Plus beri aku dukungan dengan menekan tombol vote pada halaman terdepan. Vote dari teman-teman pembaca semuanya adalah semangat tersendiri bagi saya penulis. Makasih 😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments
pioo
GAJELAS IH BERTELE TELE, SAMPE BAB SEGINI JUGA GAJELAS TUJUANNYA APA
2024-07-17
0
pioo
iya bikin pusing ceritanya, maksud dan tujuan gabisa ditangkap
2024-07-17
0
Sari Tulus Pinasti
sama, aku juga binggung dengan jalan ceritanya blm paham paham
2023-01-20
0