Peluhku berjatuhan, tubuhku bergetar, masih mengingat kejadian yang baru saja menimpaku. Aku berusaha menenangkan hatiku, mengatur nafasku, dan mengisi tenaga melalui udara.
Aku terus menangis serasa tidak percaya dengan apa yang telah menimpaku sejak aku berada di rumah ini, aku terbayang paman, terbayang bibik, dan terbayang semua yang begitu tenang dan damai di sana.
"Saaaaraaaah, saaaaaaraaaaaaahhh
saraaahhhh, saaaraah"
Aku jelas mendengar suara-suara yang memanggil namaku, semakin lama suara itu semakin mendekati telingaku, bersama angin "Sarah" (seperti seseorang memanggil namaku tepat di telingaku). Aku menolehkan kepala ke arah sumber suara, tapi aku tidak menemukan apapun.
Sarah..... Sarah..... Sarah.... Sarah....
suara itu terdengar cepat, seolah ingin aku mengikutinya. Aku berdiri dan melangkahkan kakiku mengikuti suara tersebut.
Entah mengapa sepertinya semua langkahku menjadi ringan. Takut, tapi aku seperti menikmati irama dari suara yang memanggil namaku. Iya, seperti ketika aku mendengar musik kesukaanku dan aku menari bersamanya.
Aku tidak bisa memikirkan apapun, aku tidak merasakan takut lagi, aku tidak tau apa yang sudah aku lewati, aku tidak mengerti apa yang tengah aku jalani.
"Cit cit cit cit cit cit cit cit" sesuatu menyentuh kakiku "tikus". Hah, dimana aku? (bertanya di dalam hati). Samar-samar cahaya menyinari sekitarku. "Aah itu GUDANG TUA" ucapku dengan nada yang sangat pelan.
Sebenarnya aku tidak tau apa dan siapa yang mengiring langkahku kesini tapi aku ingin tau apa yang ada di dalam gudang tersebut. Aku menuruni anak tangga satu demi satu, terlihat jelas tempat ini tidak pernah dibersihkan.
Debu dan kotoran nyaris menutupi lantai anak tangga tempat aku berdiri. Tapi, langkahku berhenti saat aku hampir memasuki pintu gudang. Heeemh, tiba-tiba aku teringat pesan ayah padaku. Ayah bilang aku harus menjauhi gudang ini! "aku tidak boleh masuk ke sana" ucapku menahan rasa keingin.
"Aaauh", seperti ada seseorang yang mendorong ku. Bagiku, ini aneh sekali tapi dorongan itu telah mengantarkan aku berada di ruangan ini.
Gelap, tidak ada cahaya, aku mencoba meraba setiap dinding untuk mencari kontak lampu. Hmmh... aku menemukannya. ceklek, ruangan menjadi terang untuk aku bisa melihat sekelilingku.
Satu yang aku sadari, disini tidak ada apapun, tidak ada siapapun, hanya ruangan kosong dan kotor tapi di dinding ujung gudang, aku melihat tapak tangan anak-anak yang menempel pada dinding berwarna putih yang telah kotor tertutup debu.
Aku menyentuhnya, penasaran, lalu aku menempelkan hidungku pada tapak tangan tersebut dan aku dapat merasakan aromanya "bau anyir, ini darah" gumamku. Dengan spontan aku bergerak menjauhi jejak tangan tersebut.
Aku harus pergi dari sini!, ucapku tegas di dalam hati. Saat kakiku melangkah hampir keluar gudang, aku melihat kedua anak kecil terlempar dari luar ke sudut ruang gudang.
Wajahku menoleh ke arahnya, aku mengenali wajah itu. "Tania, itu Tania... apa yang terjadi?" belum sempat wajahku membalik, seakan akan tubuhku tertabrak sesuatu yang keras dan besar sehingga membuat aku terjatuh dan terduduk.
Kepalaku terasa sangat berat hingga aku tidak bisa melihat ke atas. Arah pandanganku hanya sebatas Tania. Aku melihat Tania sedang memeluk adiknya yang menangis tidak berhenti, sepertinya mereka baru saja mengalami sesuatu yang menakutkan.
Braaaaaaaaaaaaak, seperti suara pintu yang dibuka dengan paksa. Siapa yang menendang pintu itu? tanyaku di dalam hati.
"Apa yang dia katakan padamu? apa kamu seorang gadis yang cantik? apa kamu seorang gadis yang pintar? apa kamu seorang gadis yang penurut? apa kamu seorang gadis yang baik?" suara seorang wanita dewasa, wanita tersebut bertanya dengan kasar dan nada membentak.
"Tidak, bukan" ucap Tania lirih
"Dengar!, di sini hanya akulah satu-satunya wanita yang cantik, satu-satunya wanita yang baik, satu-satunya wanita pintar, dan aku adalah wanita yang paling sempurna".
Tania terlihat sangat ketakutan, tiba-tiba tania ditarik menjauhi adiknya "ampun....", terlihat tangan wanita itu menarik rambut Tania dan memukul wajah Tania dengan keras.
"Tidaaaakkkk, jangaaaaaaan, jangan sakiti Tania", teriakku sambil menjulurkan tangan kananku ke arah tania.
Tania terus menangis sambil menahan pukulan dari wanita misterius tersebut hingga tubuh mungilnya bergeser ke dekat adiknya.
"Aku tidak bisa menolong tania, aku hanya bisa melihatnya" menangis dan menyesal
Aku melihat wajah tania yang sudah terluka bahkan darah keluar dari hidung dan bibir mungil Tania, aku tidak kuasa menahan tangisku. Sambil terus mengutuk wanita misterius itu aku mengepalkan kedua tanganku.
"Aaaghh... " ucap wanita tersebut dengan geram karena merasa belum merasa puas. Kemudian iya menginjak-injak kaki mungil Tania. Saat itu aku melihat ada tato kupu-kupu yang terletak di betis kaki kirinya. Terlihat jelas kupu-kupu berwarna merah yang bercampur dengan warna hitam.
Masih belum puas, wanita itu masih melayangkan pukulannya ke arah Tania. Dengan cepat, Tania menundukkan kepala adiknya agar tidak melihat apa yang sedang terjadi.
"Hahahaha", pukulan dari wanita itu berhenti, "ini baru kepuasan" ucapnya lalu iyapun pergi meninggalkan Tania dan adiknya di dalam gudang tersebut dengan luka yang parah.
Adik tania menangis dengan histeris, Tania berusaha menguatkan tubuh mungilnya yang sudah terluka. Aku melihat Tania menghapus darah di wajah dengan tangannya, lalu iya menempelkannya ke dinding tepat ditempat aku menemukan tapak darah tadi.
Tania merangkul adiknya dengan erat sambil menyandarkan kepalanya ditubuh sang adik, "tataaak", itu pertama kalinya aku mendengarkan adiknya bersuara yang terdengar lirih memanggil Tania.
"Aku tidak apa-apa, jangan takut!, aku akan menjagamu. Sudaaaah, jangan menangis lagi!". Tania menyandar di tembok dan membaringkan kepala adiknya di kaki mungilnya sambil mengusap-usap kepala sang adik.
"Pelangi-pelangi alangkah indahmu, merah kuning hijau di langit yang biru, pelukismu agung, siapa gerangan, pelangi-pelangi ciptaan Tuhan".
Suara Tania lirih, sambil mencium kening adiknya iya melihat ke arahku. Lagi-lagi, Tania tersenyum melihatku. Tania terus mengulangi lagu itu sampai adiknya tertidur.
Pemandangan yang membuat air mataku jatuh tak tertahankan. Rasanya aku dapat merasakan sakit dan ketakutan yang mereka rasakan.
"Tania, apa yang sebenarnya terjadi?" aku bertanya sambil mengusap air mataku yang penuh. Saat aku kembali membuka kedua mataku, tiba-tiba suasana berubah begitu saja.
Aku memandangi seluruh ruangan gudang tersebut. Tidak, aku disini sendirian, dimana Tania? dimana adiknya? apa aku sedang bermimpi lagi? tapi mataku basah, pakaianku juga basah, "ini seperti nyata" sambil menarik nafas panjang dan membuangnya perlahan.
Aku berusaha berdiri di atas kakiku yang lemah dan gemetaran. Aku harus meninggalkan tepat ini sebelum siapapun melihatku.
Dengan langkah tertatih aku berjalan ke kamarku. "Ah" aku hampir terjatuh, tapi aku merasakan tangan seseorang menahan tubuhku hingga aku tetap bisa berdiri dan berjalan ke kamarku. Aku hanya bisa merasakannya, aku tidak bisa melihatnya.
Aku kembali ke kamar, aku menghapus keringat di wajahku sambil memeluk boneka Tania. Aku berfikir tentang apa yang sebenarnya terjadi di rumah ini? apakah telah terjadi sesuatu pada keluarga tania? sial, sejak aku datang ke rumah ini, hidupku menjadi tidak tenang.
Seketika, aku terbayang wajah paman, wajah bibik. "Paman, bibik, jemput aku pulang", aku memohon dan berdoa agar bibik dan paman segera menjemputku.
Ditengah kegelisahanku, aku mendengar lagu yang sering Tania nyanyikan untuk menenangkan adiknya. "pelangi-pelangi alangkah indahmu merah kuning hijau di langit yang biru, pelukismu agung siapa gerangan, pelangi-pelangi ciptaan Tuhan".
Aku mengikuti nyanyian itu, rasa damai perlahan menyelimuti perasaanku, aku terus menyanyikannya hingga aku tidak tau apa-apa lagi.
Ditengah sadar dan tidaknya, aku merasa sentuhan tangan yang hangat membelai rambut dan keningku.
Aku ingin melihatnya tapi aku terlalu lelah dan tidak punya tenaga lagi walaupun hanya sekedar untuk menengadahkan kepalaku ke atas. Yang aku tau, aku nyaman dan damai, aku tidak tau apa-apa lagi.
Bersambung....
Jangan lupa terus ikuti episode selanjutnya ya teman-teman. Tinggalkan komentar, klik like dan favorit untuk mendapatkan notifikasi selanjutnya.
Plus beri aku dukungan dengan menekan tombol vote pada halaman terdepan. Vote dari teman-teman pembaca semuanya adalah semangat tersendiri bagi saya penulis. Makasih 😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments
Hesty Frida
Sarah pasti adiknya Tania ..
2021-12-28
1
Nurohman
jangan2 itu kakaknya Sarah
2021-11-22
0
Shartikha Septiani
cerita,y bikin merinding thor,,,keren semngat buat author💪💪tp tolong gambar,y d ilngin thor biar bca,y ga kaget 😊
2021-07-29
0