Pukul 08.22 wib.
"Sarah, sarah, sarah ... ayo bangun! Ini sudah siang nak. Bukannya kita mau jalan-jalan ke rumah teman Ayah hari ini?" ucap Ayah membangunkan aku dengan lembut.
"Iya Ayah, iyaal .... " ucapku sambil berdiri setengah malas untuk bangun dari kursi di ruang TV.
"Sarah, ayo cepat bersih-bersih lalu sarapan!" ucap Ibu dan aku hanya tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepalaku kemudian aku bergegas pergi ke kamar untuk membersihkan diri.
"Upz ... aku lupa, kemarin aku meminta si mbok untuk mencuci handuk ku." ucapku setengah berbisik lalu keluar dari kamar dan langsung mencari si mbok di dapur.
"Mbok, mbok, hemh ... mbok. Apa handukku sudah kering? Kalau sudah, tolong bawakan kemari! Aku mau mandi mbok ...." ujarku setengah berteriak tapi si mbok tidak menjawab. Aku terus berteriak dan bertanya sambil berdiri di depan pintu kamarku, walaupun aku tidak melihat si mbok.
Lelah memanggil si mbok membuat aku menundukan kepalaku sambil membuang nafas pendek dan menyunggingkan bibir kananku.
Seeet ...
Aku seakan melihat sesuatu melintas dengan cepat melewati pintu dapur. Penasaran, aku mengikutinya. "Mungkin itu si mbok. " gumamku.
Aku terus mengikuti bayangan seperti seseorang yang bergerak dengan sangat cepat tersebut.
Aku tiba di dapur. "Mbok ... si mbok mau kemana?" ucapku bertanya sambil terus mengikutinya sampai di ujung rumah (pintu belakang rumahku).
"Mbok ... mau kemana si mbok ?" tanyaku sekali lagi karena tak kunjung mendapatkan jawaban dari si mbok.
"Saraaah .... "
"Mbok?"
"Sarah ... Sarah ... Sarah .... " Terdengar suara yang lembut, halus, dan tipis. Hal itu membuat jantungku mulai berdegup kencang.
"Mbok ...." ucapku sambil terus melangkah kecil dan memperhatikan sekelilingku (disisi kanan pintu aku melihat sebuah sumur dan disisi kiri pintu aku melihat ada anak tangga yang menuju ke ruangan lain, tepat dibawah rumahku).
Penasaran, aku melangkahkan kakiku dan mencoba mencari asal suara yang memanggil-manggil namaku dengan sangat fasih. Mataku tertuju pada satu ruangan, perlahan, aku menginjakkan kaki di anak tangga pertama. "Hah .... " ujarku agak terkejut.
Aku melihat si mbok berada di ruangan itu seraya menghadap ke arah tembok dan membelakangiku. "Mbok, ternyata mbok ada di situ? Tapi ngapain mbok disitu?" memyapa sambil berdiri di anak tangga pertama.
Penasaran, aku kembali melangkahkan kakiku di anak tangga selanjutnya. Tiba-tiba aku merasakan tangan menahan lenganku.
"Sarah, kamu ngapain disini?" tanya Ayah sambil mengenggam lenganku cukup kuat.
"Ayah aku melihat si mbok disitu." uvapku sambil menunjuk ke arah dalam ruangan tersebut.
"Tadi aku ingin mengambil handukku yah, terus aku melihat si mbok disana. " Ayah memperhatikan aku dan memandang ke arah dalam.
"Mana mungkin si mbok ada disitu Sarah, coba lihat! ruangan itu sangat gelap dan kotor." tegas ayah. "Ruangan itu sudah lama tidak dipakai karna ruangan di atas masih cukup untuk meletakkan barang-barang." ujar Ayah menjelaskan sambil merangkul ku untuk pergi dari tempat itu.
"Begitu ya yah? "
"Dulu tempat itu adalah gudang tempat menyimpan barang-barang seperti cangkul, parang dan besi lainnya, tapi sekarang tidak lagi. tidak ada satu apapun disana Sarah .... "
"Heeem .... "
"Lain kali jangan berjalan dan bermain kesini lagi Sarah, ini sudah menjadi gudang tua jadi tidak layak untuk dijadikan tempat bermain. " ucap Ayah kepadaku sekali lagi agar aku tidak kembali ketempat itu.
"Baik yah, aku mengerti." Aku dan Ayah pun meninggalkan gedung tua dan aku kembali ke kamar untuk membersihkan diriku.
Aku berusaha melupakan penglihatanku saat di gudang tua tadi, tapi pikiran itu kembali lagi. Aku yakin sekali kalau tadi aku mendengar suara-suara memanggil namaku dengan fasih.
Selain itu aku juga yakin kalau aku benar-benar melihat si mbok disana. Tapi Ayah benar juga, bagaimana mungkin si mbok berada disana? Ruangan itu terlihat kotor dan bau.
Iya, baunya seperti bau ...? Entahlah, aku berusaha mengingat bau menyengat tersebut. "Ya ampun, aku harus cepat." ucapku tersadarkan dan aku pun segera melanjutkan acara mandiku.
Sekarang aku sudah siap dan rapi, aku langsung keluar dari kamar untuk menemui ayah dan ibuku. "Ibu aku sudah siap."
"Waaah, ada yang terlihat bersemangat sekali ini?" ucap ayah kembali meledek ku.
"Ayah, apa temanku itu perempuan?"
"Itu kejutan, nanti juga kamu bisa lihat sendiri kan Sarah...." ucap Ibu sambil tersenyum kepadaku.
"Mbok, mbook ! " panggil Ayah terhadap si mbok dengan suara yang lantang.
"Yah, Ayah ini gimana sih? Si mbok kan belom pulang dari pasar Ayah. " sahut Ibu
Si mbok belum pulang dari pasar? Ucapku di dalam hati, tapi tadi si mbok ada di gudang itukan? Gumamku sambil mengerutkan dahiku.
"Hmmmh, kalau begitu, kita tunggu si mbok pulang dulu baru kita pergi ya." ucap Ayah sambil melihat ke arah Ibu.
25 menit berlalu. "Permisi Tuan, Nyonya, Non Sarah. " ucap si mbok menyapa kami semua.
"Akhirnya si mbok pulang, iya mbok masuk. " ucap ayah.
"Ada apa Tuan, Nyonya?" tanya si mbok karena merasa di perhatikan sejak berdiri di depan pintu depan rumah.
"Kami akan pergi ke rumah Pak Antoni, mungkin pulangnya agak malam. Kalau si mbok mau pulang, kunci saja rumahnya ya mbok. Lagi pula si mbok bisa bawa kunci serap nantinya. "
"Baik Tuan." jawab si mbok.
"Oh iya mbok, satu lagi, tolong tutup kembali gudang tua belakang ya dan jangan lupa di gembok!" kata Ayah dan si mbok mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti.
"Siapa yang pergi ke sana yah?" ucap Ibu menyeletuk.
"Sudahlah bu, tidak usah di bahas lagi! "
"Baik Tuan, akan saya kerjakan segera." jawab si mbok seolah mampu menghapus kecemasan Ayah.
"Terimakasih ya mbok ... " ucap Ayah sambil tersenyum kepada si mbok.
Aku terdiam sejenak mendengarkan perbincangan di antara mereka dan aku berusaha menerka-nerka. Benar- benar percakapan yang membuat aku penasaran, si mbok pasti tau sesuatu.
Kami bersiap untuk berangkat ke rumah Pak Antoni, dengan pemikiran yang beragam aku tetap berusaha untuk tersenyum dihadapan Ayah dan Ibu.
Sebelum berangkat, aku melihat ke arah rumah melalui kaca mobil. Dari jendela kamarku, aku melihat Tania berdiri dengan ekspresi datar, dan aku pun hanya memandanginya saja.
Pukul 13.00 wib kami tiba di rumah Pak Antoni. Sesampainya disana, sambutan hangat terasa sangat kental di rumahnya.
Pak Antoni memanggil anak-anaknya, kami saling berjabat tangan dan memperkenalkan diri. Prima anak pertama sedang kuliah semester 5 di Fakultas Kedokteran, Dila anak kedua seumuran denganku dan indah anak ketiga duduk di bangku SMP.
Istri pak Antoni menyuguhkan kami berbagai makanan dan cemilan. Orang tua duduk di kursi tamu, sedangkan kami duduk di kursi ruang keluarga.
Dila dan Indah menyambut ku dengan ceria. Tak lama kemudian prima datang menyapa Dila dan Indah.
"Adik-adikku yang cantik, sepertinya kalian harus bersenang-senang tanpa Abang ya soalnya hari ini ada jadwal perkuliahan, itu berarti Abang harus pamit. "
"Abangku ini memang sangat pintar dan contoh yang baik buat adik-adiknya. " ucap Dila memuji sang abang.
"Ha Ha ha ha ha ha ha, iya dong, nanti kita main game bareng lagi ok." sahut Prima.
"Aku juga ikut ya bang. " ucap indah sangat antusias.
Sambil menyandang tasnya, Prima berkata, "Kalau begitu kita harus hom pim pa dulu ya seperti biasanya. Yang kalah, menunggu giliran, by. "
Aku hanya terdiam, melihat mereka bertiga sangat akrab sekali. Aku juga merasa sangat iri melihat mereka bertiga yang saling menyayangi satu sama lainnya.
"Sarah, tinggal dulu ya. " ucap Prima sambil melambaikan tangan dan melemparkan senyuman, akupun membalas senyum itu dan membalas lambaian tangan Prima dengan hangat.
Sesaat setelah prima pergi. "Kalau boleh tau, diantara kalian berdua siapa yang lebih dekat dengan bang Prima?"
"Aku ...." sahut Dila.
"Tidak, tidak, tapi aku. " ujar Indah. Kemudian mereka sling melihat dan tertawa bersama. " Ha ha ha ha ha ha ha ha ha." Aku pun merasa lucu dengan mereka berdua dan tertawa bersama mereka, "Ha ha ha ha ha ha ha."
Tiba-tiba Dila mengatakan sesuatu padaku, "Sarah, tapi aku dan abang sangat menyayangi Indah, apalagi Indah ini spesial lho. "
"Spesial?"
"Iya spesial, Indah ini punya kempuan lain Sarah. Dia mampu membaca masa depan ataupun hal yang tengah kita rasakan melalui bacaan kartu Remi sederhana." jelas Dila.
Aku semakin tidak mengerti, "Maksudnya?" ucapku sambil menatap Dila.
"Indah bisa meramal, hanya menggunakan kartu remi sederhana." ujar Dila lebih menjelaskan maksudnya kepadaku.
"Oh ya?" sahut ku. Ternyata begitu ya, aku merasa kagum padanya, ucapku di dalam hati.
"Sebelum mulai menjalankan bisnisnya, Papa juga sering bertanya kepada indah terlebih dahulu. "
"Ooh begitu?" ucapku sambil tersenyum dan merasa kurang percaya.
"Ndah, ayo kita bermain kartu ...! " Tapi Indah tampak ragu dan malu-malu.
"Emmm .... " sahut Indah dengan suara yang pelan dan tampak ragu.
"Ayolah Indah ...! Aku juga ingin melihatnya." ucapku.
Mendengar ucapanku indah langsung bergerak dan beranjak pergi dari tempat duduknya kemudian Iya masuk ke sebuah ruangan. Tak lama kemudian, Indah keluar membawa kotak kecil persegi panjang berwarna hitam.
"Ayo kak Sarah kita bermain ...! "ucap Dila sambil tersenyum kepadaku.
"Tidak-tidak, bagaimana kalau kakak yang duluan. " ucap Dila lantang.
"Ya sudah, Dila duluan saja ... Aku sabar menunggu giliran ku kok. " ucapku meyakinkan Indah.
Dila mulai mengocok kartu Remi berwarna merah, lalu memberikan hasil kocokan kartunya kepada Indah.
"Mari kita lihat kak Dila, apakah kakak menyembunyikan coklat lagi dariku?" ucap Indah sambil tertawa mengejek Dila hingga Iya menggerutu.
"Itu tidak lucu, jangan meledek ya! " sahut Dila sambil mencubit sayang di pinggang kiri Indah.
Aku melihat Indah menyusun semua kartu dengan tujuh baris menyamping dan lima baris ke belakang. Kemudian Indah mulai membacanya. "Sesuatu yang menyakitkan akan terjadi dalam waktu dekat ini, aroma kebohongan akan segera tercium, hmmmm."
"Ayo kocok lagi kak! "
"Ok ...." ucap Dila dengan raut wajah yang tegang.
Dila kembali memberikan kartunya kepada indah dan indah mulai kembali membaca kartunya.
"Kakakku tersayang, jangan kaget ya! Akan ada hal yang mengejutkanmu hari ini atau esok, ada perasaan bahagia dan luka di dalamnya. Sepertinya ini tentang pria. "
"Ayo sekali lagi kak! "
"Iya .... " sahut Dila.
Indah mulai lagi membaca kartu ketiga. "Uuhh ... Kakak akan mendapatkan kesialan dalam waktu dekat. Sesuatu yang berharga akan hilang darimu. "
"Hmmhh, mulai sekarang aku akan memegang erat hp dan dompetku karena itulah yang berharga bagiku. Ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha." ucap Dila menanggapi perkataan Indah.
"Masih mau lagi Kak?" tanya Indah kepada Dila.
"Tidak, cukup-cukup, aku bisa melakukan ini kapan saja. Jadi sebaiknya kamu bermain dengan Sarah. "
"Baiklah, ini kak Sarah ... silahkan. "
Aku segera mengocok kartunya tanpa memikirkan hal apapun. Tiba-tiba
Indah menghentikan kocokan kartuku yang berada ditanganku. "Stooooooop! "
"Indah ... aku kan jadi kaget, ada apa?"
"Jangan lupa niatkan apa yang ingin Kakak lihat atau Kakak ketahui ...!
"Baiklah .... " Aku mulai mengocok kartunya dengan niat untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi padaku? Dan siapa Tania?
Saat batinku mengucapkan hal tersebut, tiba-tiba jari-jemariku terasa dingin. Aku terus mengocok kartunya perlahan. Aku ingin tahu, sangat ingin tau ucapku di dalam hati.
Aku menyerahkan kartunya kepada Indah, "Sudah kak?" ujar Indah dan aku segera mengangguk-anggukkan kepalaku.
Aku serius memperhatikan Indah menyusun kartunya, Dia mulai membaca sambil menunjukkan arah dan gambar bacaannya.
"Are you scare?"
Hah ... bagaimana Indah bisa tahu? Tanyaku di dalam hati.
"Kalau kondisi hati dan pikiran kak Sarah, jelas sekali terlihat. Ada sesuatu yang mengganggumu dan membuatmu merasa takut."
"Bingung tapi membuatmu penasaran. Menurut ku, kakak harus berhati-hati. Di sini ada tembok hitam yang tidak bisa Kakak lihat tapi sebenarnya itulah sumber malapetakanya. " ucap Indah menjelaskan arti simbol-simbol tersebut kepadaku.
Mendengar perkataan Indah aku hanya terdiam dan berusaha menela'ah petunjuk darinya. "Lagi kak, tapi kali ini lebih fokus dan spesifik ya Kak!" ucap Indah dan aku berusaha mendengarkan arahan Indah lalu kembali mengocok kartunya lagi.
Siap, aku menyerahkan kembali kartunya kepada Indah, kali ini aku melihat Indah tengah konsentrasi.
"Ambil dua kartu, pilih dengan hatimu kak Sarah!".
"Baik ...." Setelah aku mengambil dua kartu, aku meletakkannya di tanganku. Indah kembali menyusun kartu dengan cara yang berbeda.
"Ada yang sedang menunggu Kakak, ada juga sesuatu yang ingin menyakiti Kakak, ini sangat dekat tapi aku tidak bisa membacanya dengan jelas. Tidak ada petunjuk di dalamnya, kegelapan adalah tempat perlindungan terbaik, akan banyak fitnah di dalam keluarga, tapi kalau soal keuangan, sepertinya tidak masalah. Dari segi keuangan semua baik-baik saja. "
"Kak Sarah, ayo kocok lagi!"
Aku mengocok ulang kartu remi dengan pertanyaan, "Siapa gadis kecil bernama Tania itu sebenarnya?"
Indah memegang erat kartu itu dan menutupnya dengan kedua tangannya sambil memejamkan kedua matanya kemudian Indah membuka tangannya kembali dan indah berkata, Ambil satu kak!"
"Iya Ndah. "
"Fokus! Lalu simpan di dadamu Kak!"
"Baik Ndah. "
"Ketakutan yang menyelimuti, dan pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam pikiran Kakak akan terjawab jika Kakak berani melangkah ke ruang terbawah. Walaupun banyak teka teki dan marabahaya." Kemudian secara tiba-tiba, Indah menghentikan bacaannya. "Kak Sarah maaf, sepertinya Kakak dalam bahaya."
"Coba buka kartu yang kak Sarah pegang dan Kakak tempelkan di dada Kakak! (as love)." Lalu Indah yangbtadinya tegang langsung tersenyum. "Aku melihat ada perlindungan kecil yang selalu menyelimuti Kakak."
"Apa itu Tania?" ucapku di dalam hati.
"Sarah, apa sebenarnya yang sudah terjadi?" ujar Dila tapi aku tidak ingin menjawabnya, aku hanya terdiam dan menunduk.
"Indah, Kakak rasa ini sudah cukup! "
"Kak Sarah, ini hanya permainan, ingat itu! "
"Indah, Sarah, ayo makan cemilannya! Jangan sampai menunggu Mama marah!" ucap Dila memecah suasana yang menegangkan itu.
Dari arah meja makan yang tampak jelas ke ruang tamu, Indah melihat seorang gadis cilik cantik tersenyum ke arahnya. Indah menceritakan hal tersebut kepadaku.
Bersambung....
Apakah arti dari ramalan yang dikatakan Indah? Apakah itu jalan kebenaran atau hanya sekedar hiburan dan permainan? Baca kisah selanjutnya y teman-teman.
Jangan lupa tinggalkan komentar, like n klik favorit ❤ untuk mendapatkan notifikasi selanjutnya. By👋👋👋👋👋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments
gue curiga sm ortunya sarah
2023-03-30
0
O Z
Jadi curiga sama Ayah sih....
2021-11-23
0
ice princess 🇮🇩
apakah Tania kk nya Sarah ???
2021-05-15
1