Hari sudah mulai sore, mataku masih tertuju pada si mbok dan pak Antok. mereka berusaha melakukan sesuatu dengan cepat, tidak ada obrolan, candaan, apalagi tawa'an diantara mereka. Terlihat sekali ketegangan sedang menyelimuti mereka.
Ternyata mereka ingin menutup dan mengunci gudang tua, tapi mengapa? Tidak ada barang berharga di sana, aku yakin sekali itu karena aku sudah pernah masuk ke dalam sana dan melihatnya.
Aku sudah tau apa yang mereka kerjakan, aku putuskan untuk kembali ke kamarku. Sambil berbaring aku terus berfikir, pasti ada sesuatu yang ayah sembunyikan dariku dan si mbok pasti tau tentang sesuatu tersebut. Besok, aku berniat mengorek informasi dari si mbok.
Tok tok tok tok tok tok
tok tok tok tok tok tok
"Siapa?" ucapku sambil mengangkat kepalaku melihat ke arah pintu kamar. "Kalau bukan setan, silahkan masuk. " kataku mulai kesal dengan keadaan yang aku hadapi.
"Apa maksud perkataanmu itu nak?" ucap Ayah yang sudah masuk ke dalam kamarku sambil mengerutkan dahinya. " Kamu sudah bangun ternyata?" kata Ayah dan wajahnya begitu lembut, tidak ada lagi ketegangan di sana.
"Iya yah, sudah." sahutku sambil tersenyum simpul.
"Tapi matanya anak Ayah masih tampak merah." kata Ayah sambil menatapku.
"Iya yah, aku merasa tidurku kurang puas. Habis ayah tiba-tiba datang menggangguku." jawabku bermaksud menggoda Ayah.
"Ha ha ha ha ha ha ha ha, Ayah tidak tau itu, maafkan Ayah ya Sarah." ucap Ayah dan kami saling berusaha untuk menetralkan hati.
"Iya yah, maaf aku juga hanya bercanda saat mengatakan Ayah menggangguku. Emh ... o iya, si mbok dimana yah, apa sudah pulang?"
tanyaku sambil duduk menghadap ke Ayah.
"Belum kok, si mbok masih membereskan rumah mungkin sebentar lagi pulang, itu saja pak Antok sudah pulang."
Berarti tugas mereka yang diberikan ayah sudah selesai, ucapku di dalam hati.
"Sarah, mandi dulu sana. Ayah mau pergi dulu, ada yang perlu ayah beli. "
"Iya yah, baiklah .... " ucapku sambil tersenyum.
Hari sudah mulai malam, pukul 20.00 wib dan Ayah belum juga pulang. Aku penasaran dan ingin melihat keadaan gudang tua tersebut. Aku mulai berjalan perlahan menuju tempat itu.
Setibanya di anak tangga pertama, aku melihat gudang itu sudah tertutup rapat. Pasti sulit untuk masuk ke sana lagi, tapi buat apa aku kesana? Toh di sana tidak ada apa-apa. Aku bertanya dan menjawab diriku sendiri. Tak lama, aku membalik badan berniat meninggalkan gudang tua tersebut.
Seeeeet
Aku merasakan bayangan yang bergerak cepat menyeberang di belakangku, bulu kudukku mulai berdiri, tapi aku ingin tau, aku memutar kepalaku perlahan tapi tidak ada siapapun.
Aku melanjutkan langkahku meninggalkan gudang tua, tiba-tiba lampu sepanjang jalan dari gudang tua ke ruang utama berkedip-kedip seperti hendak putus. Keadaan ini menambah kelam suasana, dengan perasaan yang gelisah aku mempercepat langkahku.
Separuh perjalananku dari gudang tua menuju ruang utama sudah berlalu namun langkahku terhenti. Entah dari mana asalnya, tiba-tiba di hadapanku terlihat banyak genangan air seperti ada kran yang bocor atau seseorang tengah memeras pakaian basahnya di atas lantai.
Tes, tes, tes, tes, tes, tes, tes, tes.
Saat ini, hanya tinggal aku sendiri di rumah, tidak ada bunyi-bunyian apapun sehingga suara tetesan air tersebut terdengar sangat kuat dan menyeramkan.
Tes, tes, tes, tes, tes, tes, tes, tes, suara air yang menetes satu demi satu. "Hemh, dari mana asalnya air tersebut?" Aku bertanya dengan suara kecil. Aku berusaha mencari sumbernya, aku berdiri tepat di atas genangan air tersebut dan aku memperhatikan asal tetesannya, sepertinya dari langit-langit.
Dengan perlahan aku menengadahkan kepalaku. "Apa itu?" ucapku heran. Dari kedap-kedip lampu aku melihat sesuatu di atas sana dengan tangan dan kaki seperti manusia, berambut panjang, tapi tubuhnya dapat melekat di langit-langit rumah dengan wajah yang sangat menyeramkan.
Nafasku mulai terasa sesak, kaki dan tanganku gemetaran. "Aaaaaak, aaaaaak, aaaaaak, aaaaaak, aaaakkkk .... " ucapku sambil terus berlari tidah tahu kemana sambil sesekali melihat ke arah makhluk misterius tersebut tapi sosok itu terus saja mengejar ku dengan cepat.
Dia merayap di langit-langit rumah dengan rambutnya yang panjang terurai, kukunya tampak tajam, mulutnya mengeluarkan lendir, tubuhnya mengeluarkan air, dan matanya putih seperti penuh kebencian.
Seraya berlari, sesekali aku masih melihat ke arahnya sambil menuju ruangan yang lebih terang. Tiba-tiba suara seperti merayap itu berhenti, aku merasa cukup aman, aku meluruskan pandanganku tapi, "Aaaaak, aaaaaak, aaaak .... " Dia berada tepat di hadapanku.
Aku sangat ketakutan, aku sampai tidak bisa melihat arah kamarku, tapi aku melihat pintu ruang kerja Ayah yang terbuka. Dengan cepat aku berlari ke ruang kerja Ayahku lalu aku bersembunyi di samping lemari buku Ayah yang tinggi.
Dengan nafas tersengal aku bertanya di dalam hati, dimana dia? Apa itu tadi? Dia sangat menyeramkan. Aku sangat takut hingga menangis dan sesekali menghapus air mataku.
Aku lelah, aku menyandarkan kepalaku di samping rak buku Ayah. Beberapa waktu aku duduk dan menenangkan diriku, kakiku terasa lemah. Tapi aku ingin keluar dari ruangan ini dan akupun merangkak perlahan.
Saat aku melewati rak buku Ayah. Braaak... Beberapa buku Ayah jatuh mengenai kepalaku. "Aduh sakit ...." ucapku sembari melihat buku-buku itu jatuh dilantai kemudian aku bergegas untuk merapikannya.
Aku mulai menyusun buku-buku Ayah di atas raknya, hanya tinggal tersisa satu buku lagi gumamku. Aku mengangkat buku itu perlahan lalu meletakkannya, setelah itu aku mencoba berdiri dan melangkahkan kakiku lagi.
Namun, baru dua langkah aku bergerak kearah luar. Brack ... aku melihat buku yang baru saja aku susun terakhir kali itu jatuh lagi ke lantai.
Dengan sedikit kesal aku mengambil dan ingin meletakkan buku itu kembali ke rak buku tapi pada saat aku mengangkat buku itu, sesuatu jatuh dari dalam lembarannya.
Aku merunduk kembali untuk mengambilnya. kertas ltu seperti sobekan koran yang sudah lama sekali, terlihat dari bentuknya yang usang dengan warna yang memudar.
Seakan aku melupakan ketakutanku. Perlahan aku duduk sambil menyelonjorkan kedua kakiku, aku berusaha membuka dan membacanya dengan jelas.
Saraaaaaaah
"Suara itu lagi." gumamku tapi aku mengabaikannya. Perlahan aku membuka lembaran koran yang sudah terpenggal. "I - inikan foto Tania." ucapku lirih. Jadi selama ini Tania menghilang? Ucapku di dalam hati.
Aku membaca judul atas dari koran tersebut, ternyata ini koran tentang pencarian anak yang hilang. "Berarti tania hilang12 tahun yang lalu, hilang atau diculik? Mengapa Ayah menyimpan sobekan koran ini? Dadaku mulai bergejolak karena ingin tau segalanya.
Seakan rasa sakitku hilang, aku membawa sobekan koran ini ke kamar. Aku berniat untuk mempertanyakannya kepada Ayah, Ibu, ataupun si Mbok.
Aku keluar dan meninggalkan ruang kerja ayah. Tiba-tiba aku melihat si mbok dan aku menyapanya. "Mboook, kok si mbok ada disini? Si mbok nggak pulang?" ucapku sambil memperhatikan wajah si mbok yang terlihat pucat seperti sedang sakit jadi aku memutuskan untuk tidak banyak bertanya padanya.
Aku mengajak si mbok duduk di ruang TV. "Mbok, sini mbok duduk di dekatku...." Si mbok pun duduk di sebelahku tanpa banyak bicara. "Mbok mau aku ambilkan minum atau aku buatkan teh hangat?" tanyaku tapi si mbok hanya menggeleng.
"Aku ambilkan obat ya mbok? Si mbok tampak pucat sekali seperti sedang sakit. " ujarku sambil berdiri.
"Nggak perlu Non, si mbok nggak sakit." sahut si Mbok sambil terus menatap lurus ke arah TV.
"Owh, si Mbok mau nonton y?" tanyaku sambil memperhatikan si mbok yang tampak fokus melihat ke arah TV tapi tidak menjawab pertanyaan dariku.
"Ya sudah kalau gitu mbok, aku juga sangat kesepian dan ketakutan. Untung ada si mbok disini yang menemani aku jadi aku tidak kesepian dan ketakutan lagi mbok." ujarku sambil tersenyum dan merasa lega hati.
Aku memasukkan sobekan koran tadi ke dalam saku celanaku. Aku berusaha fokus dan mengajak si mbok berbincang, aku tidak perduli walaupun si mbok tidak menjawab setiap pertanyaan ku, yang penting aku ada teman karena aku takut sekali melewati malam ini sendirian.
"Sudah pukul 23.00 wib mbok, apa si mbok nggak ngantuk? Aku sudah mulai mengantuk mbok, tapi tenang saja mbok karena aku akan tidur disini sekalian nemani si mboknya nonton TV. "
"Huaaahhh ...." Aku mulai menguap dan ngantuk.
Tok tok tok tok tok
"Sarah, buka pintunya nak!" Itu suara Ayah Mbok tapi aku tidak ingin mengganggu si mbok jadi aku putuskan untuk berdiri dan membuka pintu untuk Ayah.
"Akhirnya Ayah pulang juga, lama sekali yah. Aku kan takut sendirian di rumah, untung ada si mbok. " ucapku pada Ayah karena merasa setengah kecewa.
"Si mbok?" tanya Ayah, lalu wajah Ayah tiba-tiba tampak tegang dan sepertinya Ayah kurang percaya dengan perkataan ku.
"Itu di ruang tv sedang nonton bersamaku yah." sahutku sambil menunjuk ke ruang TV.
"Biasanyakan si mbok sudah pulang jam segini Sarah. " kata Ayah dengan ekspresi bingung.
"Iyaaa Ayah aku tau, tapi malam ini mungkin si mbok ingin bermalam di sini. " ujarku penuh rasa percaya diri.
"Oh ya sudah kalau begitu, Ayah masuk ke kamar duluan ya. Ayah capek sekali nak, kamu lanjutin aja nontonnya kalau memang belum ngantuk tapi jangan sampai bergadang terlalu malam ya! "
"Iya Ayah." sahutku dan aku kembali berjalan ke arah ruang TV.
Aku kembali duduk di sebelah si mbok. "Film apa ini mbok? Aku kok bingung?" Hemh ...
seleranya orang tua ya, film cerita-cerita zaman dulu yang pemerannya pakai baju kebaya dan menunggangi kuda. Ucapku di dalam hati.
"Mbok .... " Tapi si mbok tidak menjawab panggilan ku, karenanya aku menoleh ke arah si Mbok tapi saat itu si mbok sudah tidak ada di sampingku.
Aku heran dengan sikap si mbok, sebenarnya si mbok kemana ya? Kok nggak bilang-bilang mau pergi? mana cepat bangat lagi perginya.
Hmmmh ... keluhan ku di dalam hati.
Aku tetap memutuskan untuk tidur di depan TV. Aku tidak mau mengecewakan dan meninggalkan si mbok sendirian karena siang ini si mbok sudah merawat ku dengan telaten, mungkin si mbok hanya ke dapur dan sebentar lagi akan kembali ke sini, pikirku.
Bersambung....
Jangan lupa terus ikuti episode selanjutnya ya teman-teman. Tinggalkan komentar, klik like dan favorit untuk mendapatkan notifikasi selanjutnya.
Plus beri aku dukungan dengan menekan tombol vote pada halaman terdepan. Vote dari teman-teman pembaca semuanya adalah semangat tersendiri bagi saya penulis. Makasih 😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments
Luce Bayak
apa tania itu kakaknya ya?🤔
2022-05-09
1
Helni mutiara
hiiiiiiiiii...seyem..😱😱😱
2021-01-19
0
Vava Hanifa
jangan2 si mbok dibunuh lagi sama ayah nya sarah,,,
2021-01-16
0