Apa yang sebenarnya terjadi padaku? Rasa sakit ini sangat menyiksa. Tubuhku bergetar hebat, dingin, perih disetiap sendi, itu yang aku rasakan.
Dalam ratapanku aku merasa seperti sesuatu sedang mengalir perlahan dari tubuhku yang paling atas hingga tubuhku yang paling bawah. Penasaran, aku melihat tubuhku yang terasa aneh.
"Haaah .... " Seketika mataku membesar dan air mataku menetes. "Darah ... ini darah .... "
Aku melihat dengan jelas darah mengalir dari lengan tanganku, perutku, dan kakiku, bahkan aku merasa darahpun keluar dari leherku.
Semakin aku melihatnya, darah itu semakin deras mengalir hingga membasahi lantai dimana aku berdiri.
Aku tidak lagi mampu menopang tubuhku.
"Aaaak ... aaaak ... aaak .... " teriakku histeris.
Aku ingin menyandarkan tubuhku di tembok dekat aku berdiri, tapi darah yang licin membuat aku jatuh tersungkur hingga kepalaku sejajar dengan lantai, bahkan pipiku pun tergeletak di dalam genangan darah ku sendiri.
"Ada apa denganku? Siapa yang tega menyakitiku? Dan apa salahku?" Aku terus bertanya di dalam hati sembari menanggung rasa sakit.
Kali ini pikiranku seakan melayang, aku tidak bisa mengingat siapapun, aku tidak bisa mengingat Ibu ku, aku tidak bisa mengingat Ayah ku, aku tidak bisa mengingat si mbok,
aku tidak bisa mengingat apapun lagi.
Tap, tap, tap, tap ....
Terdengar langkah kaki santai dan perlahan.
Mataku tertuju pada suara langkah kaki pasti dari arah luar tangga menuju gudang tua, langkah itu melewati sisi kananku. Yang aku lihat, tangan kanannya memegang sebuah parang dan tangan kirinya memegang tali tambang ukuran kecil.
Dia menuju arah samping gudang tua, di sana terdapat sumur yang menjadi sumber air di rumah ini. Tampaknya seperti seorang pria, iya sedang melakukan sesuatu disana tapi aku tidak bisa melihat untuk memastikannya.
Aku ingin teriak, siapapun itu, tolong aku!
Tapi mulutku terkunci. Dari ujung kakinya aku melihat pria tersebut sedang memukul sesuatu dengan kuat dan keras. Dia melakukannya berulang-ulang kali.
"Ini batasku .... " ucapku di dalam hati, aku tidak bisa merasakan apa-apa lagi selain rasa sakit dan dingin di sekujur tubuhku. Dari kejauhan aku terus memperhatikan pria itu, semakin lama pandanganku semakin kabur kemudian menghilang.
*****
"Non, Non, Non Sarah, kenapa Non tidur disini? Bangun Non, bangun ...!" Terdengar suara si mbok membangunkan aku sambil menggoyang-goyangkan tubuh ku dan aku dapat merasakannya.
"Si mbok ...." ucapku dengan nada lirih dan gemetaran.
"Kenapa tiduran di sini Non? Mana pakaiannya pada basah semua." ujar si Mbok sambil menebas-nebas pakaianku.
"Basah mbok?" tanyaku dengan mata yang tertutup.
"Iya Non Sarah ... ini basah semuanua. "
"Apa darahnya banyak mbok?" tanyaku dengan suara yang sangat pelan.
"Darah, darah apa Non? Nggak ada darah disini tapi pakaian Non basah semuanya."
"Tapi mbok, tadi banyak darah keluar dari leherku, tanganku, perutku, dan kakiku." ujarku dengan suara ngotot namun pelan.
"Nooon ... si Mbok nggak bohong." Untuk meyakinkan aku si mbok memegang dan mengangkat tanganku. "Lihat non ...! Nggak ada darah, nggak ada luka, ngak ada apa-apa. Tapi ini badannya si Non basah semua karena keringat." Aku memperhatikannya dan aku diam dalam heran.
"Ayo Non, sebaiknya kita segera ke kamar sebelum ada yang melihat." ucap si mbok memapah ku dengan sekuat tenaga.
"Bangun Non, bangun perlahan ...!"
Sesampainya di dalam kamar, aku merasa tubuhku tidak dapat digerakan dengan sempurna. "Mbok .... " ujarku dengan mata yang masih terpejam.
"Iya Non, ini si mbok. Ya Allah Gusti ... sadar non, buka matanya!" ucap si mbok sambil mengusap wajahku dengan kain. Kemudian si mbok juga mengepel tubuhku dan mengganti pakaian ku.
"Maaf ya Non, kalau nggak segera diganti bisa masuk angin. " kata si mbok sambil mengganti pakaianku. "Ini sudah, Non Sarah tunggu di sini ya! " Lalu si mbok mengambilkan sarapanku, si mbok benar-benar telaten mengurusku.
Aku berusaha membuka mataku walau hanya dapat sedikit melihat. Saat si mbok kembali lagi ke kamar dengan membawa sarapan, dari bawah lubang pintu aku melihat sebuah bayangan, aku merasa seperti ada seseorang yang sedang memata-matai aku dan si mbok. Takut, akupun meminta si Mbok untuk terus menemani aku.
"Mboook, kalau boleh aku minta tolong ya sama si mbok, tolong mbok tetap disini menemani aku." kata ku sambil menangis kecil karena masih ketakutan.
"Iya Non, iya." ucap si mbok sambil mengusap kepalaku dengan lembut.
"Tapi bagaimana dengan pekerjaan si mbok?"
"Tenang aja Non, ngak usah dipikirin. Mbok masih bisa melanjutkan pekerjaannya nanti Non, setelah Non Sarah tenang dan bisa beristirahat. "
"Terimakasih ya mbok .... " ucapku sambil memegang tangan si mbok.
"Iya, sama-sama Non."
"O iya mbok, kapan Ibu akan pulang?"
"Kata Tuan mungkin besok pagi Non, tapi si mbok juga ngak tau pasti. "
"Sebenarnya Ibu kemana sih mbok? Kenapa ngak ngajak aku, ngak ngasih tau aku?"
"Kalau soal itu, si mbok juga nggak tau Non, sebaiknya si Non tanyakan sendiri kepada Tuan. "
"Baik mbok .... " ucapku sambil menghela nafas panjang.
Usai sarapan si Mbok pun membaringkan kepala ku di atas bantal yang agak tinggi sambil memijat kakiku, rasanya enak dan nyaman sekali. Akupun mulai mengantuk. "Dibawa tidur aja kalau ngantuk Non, jangan berfikir yang macam-macam ...!" Akupun mulai memejamkan mata dan tertidur.
*****
"Mbok, mbok, mboooook, mbooooook. " Terdengar suara teriakan Ayah dari luar.
"Iya Tuan .... " sahut si Mbok sambil berlari keluar untuk menemui Ayah.
"Kemana saja mbok, lama banget datangnya?" tanya Ayah dan suaranya yang keras membangunkan aku. Aku keluar dari kamar tapi langkah kaki ku terhenti saat aku melihat ekspresi wajah Ayah. Sepertinya Ayah marah sekali. Apa yang sedang mereka bicarakan? gumamku di dalam hati.
"Kenapa bisa begitu mbok? Lalu bagaimana keadaan Sarah sekarang?" tanya Ayah dan aku mulai dapat mendengar pembicaraan antara Ayah dan si Mbok.
"Non Sarah sekarang sedang istirahat, baru saja tidur tuan."
"Kan dari kemarin sudah tak bilang mbok, urus tempat itu!" kata Ayah dengan nada yang tinggi.
"Kalau si Mbok nggak kuat, minta tolong sama mang Antok!"
"I - ya tuan maaf ...." sahut si Mbok dengan suara yang terbata-bata.
"Cepat di urus tempat itu Mbok, jangan sampai Sarah kembali ketempat itu lagi!.
Ingat ya mbok jika terjadi ...." Tapi Ayah menggantung perkataannya. "Si mbok pasti tau akibatnya." ucap Ayah dengan nada mengancam dan sambil menunjuk-nunjuk wajah si mbok.
"Iya Tuan .... " jawab si Mbok sambil menunduk.
Saat itu aku melihat Ayah begitu marah dan kesal bahkan Ayah melempar vas bunga dan menendang-nendang kursi. Ayah juga memukul dan meninju tembok di ruang keluarga.
Tidak puas sampai disitu, Ayah pergi lagi ke ruang kerjanya, dan aku mengikuti Ayah. Dari luar aku mendengar Ayah berteriak kencang dan histeris sepertinya Ayah benar-benar marah dan tidak dapat menguasai dirinya.
Sesekali aku mendengar suara tangisan Ayah yang terisak-isak, kemudian suara tendangan yang kuat, pukulan yang kuat, teriakan lagi, pukulan lagi.
Aku merasakan sesuatunya yang aneh pada diri Ayah. Aku tidak pernah melihat Ayah seperti ini, selama ini, bagiku Ayah adalah sosok yang baik, lembut, baik hati, penyabar, dan penyayang. Aku tidak pernah melihat Ayah membentak apalagi marah.
Apakah Ayah benar-benar sedang mengalami depresi berat? Hatiku berkata-kata. Tiba-tiba aku mendengarkan suara langkah kaki semakin cepat dari arah ruang kerja Ayah, akupun segera pergi, tidak ingin ayah tau dan melihatku ada di sini sejak tadi.
Beberapa langkah Ayah meninggalkan ruangan kerjanya, diam-diam aku membuka ruangan tersebut. Benar saja, semua berserakan, berantakan, kursi, meja, bahkan laptop Ayah berhamburan di lantai. Aku segera meninggalkan ruangan itu dan mencari si Mbok.
Aku melihat si Mbok, si mbok sedamg bersama pak Antok supir Ayah. Merela lewat bagian belakang rumah, dan aku terus melihatnya dari jendela. Mereka masuk dari arah pintu sumur menuju gudang tua.
Pak Antok dengan sigap membawa papan dan kayu ukuran besar, sedangkan si mbok membawa palu dan ember sepertinya berisikan paku.
Bersambung....
Jangan lupa terus ikuti episode selanjutnya ya teman-teman. Tinggalkan komentar, klik like dan favorit untuk mendapatkan notifikasi selanjutnya.
Plus beri aku dukungan dengan menekan tombol vote pada halaman terdepan. Vote dari teman-teman pembaca semuanya adalah semangat tersendiri bagi saya penulis. Makasih 😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments
Kak ImO
ceritanya lama bngdt
2021-08-15
0
Helni mutiara
❤❤
2021-01-19
0
Andika Yuliananto
mana terusannya
2020-08-25
0