Hari mulai malam, suara hewan-hewan kecil menemani diam ku. Dari dalam kamar, aku mendengar suara tawa Ayah dan Ibu, aku pun keluar dari kamar dan bergabung bersama mereka.
"Ayah, Ibu." ujarku setengah berteriak.
"Sarah, kemari nak!" ucap Ayah sambil memanggil dengan jari tangan kanannya.
"Iya yah. "
"Pengacau datang ya ...." celetuk Ibu.
"Oh iya Sarah, kamu ingat Dila dan indah?"
"Tentu saja yah." ucapku sambil duduk di kursi yang berbeda dengan Ayah dan Ibu.
"Lusa, mereka mengundang kita ke rumahnya." kata Ayah.
"Ada acara di rumahnya, ulang tahun indah." ucap Ibu.
"Iya ... aku mau pergi ke sana. "
"Ok ok ok, o iya bagaimana kalau malam ini kita makan malam di luar? Sudah lama kan tidak begitu?" ujar Ayah.
"Wahhh, bener bangat thu yah, sudah lama bangat ngak makan malam di luar." sahut Ibu membakar semangat Ayah.
"Tunggu sebentar ya yah, aku mau ganti pakaianku dulu." ucapku langsung menuju ke kamar.
"Ibu juga yah, mau ganti pakaian dulu. "
Selang beberapa menit, aku kembali menyapa Ayah, "Sudah siap yah ...." ujarku.
"Ayo pergi ...!" sahut Ibu.
Saat mulai berjalan, Ayah bertanya kepada aku dan ibu tentang mau makan dimana, di restoran atau pinggir jalan? Aku dan Ibu menjawab untuk ke warung makan pinggir jalan saja.
Kami berhenti di deretan warung makan yang menyajikan menu beragam. "Aku ingin makan ayam bakar yah, sepertinya di sebelah sana enak." kataku sambil menunjuk ke suatu arah.
"Kalau gitu kamu sendiri yang pesan ke sana ya nak, lalu bawa kemari karena Ayah dan Ibu ingin makan nasi lemak pecel lele di sini." ucap Ayah.
"Baik yah ...." Memudian aku meninggalkan Ayah dan menuju tenda makan yang aku inginkan untuk di pesan.
Sambil berjalan, samar-samar aku mendengar percakapan antara Ibu dan Ayah. "Duduk yah! " ucap Ibu karena melihat Ayah masih berdiri sambil mengawasi ku.
"Iya Bu."
"Sarah kemana yah? Kenapa dibiarkan sendiri?"
"Mau memesan makanan yang sesuai di lidahnya bu." ucap Ayah dan ibu pun diam.
Setibanya aku di tenda ayam bakar tersebut, aku langsung memesan makanan yang aku inginkan. "Permisi Bu, aku pesan ayam bakar bagian pahanya satu porsi ya, sekalian tahu, tempe, dan es jeruknya, jangan lupa sambalnya dilebihin ya bu." ujarku dan pedagang langsung mengangguk-anggukkan kepalanya.
Sambil menunggu pesanan ku, aku duduk di kursi yang telah di sediakan pedagang tepat di bawah tenda.
Tak lama kemudian, aku mendengar suara tawa ceria dari sepasang anak kecil yang berlari mengitari ku sambil bercanda seolah tidak memperdulikan aku. Akupun ikut tersenyum melihat tingkah laku mereka yang menggemaskan.
"Heeemh .... " Aroma ayam bakarnya mulai tercium olehku. Harum sekali walau terkadang tercium bau hangit di dalamnya, mungkin ayamnya terlalu terbakar, gumamku.
Aroma sedap yang menggoda dan aroma tak sedap inipun muncul bergantian/berselang- seling sehingga mataku selalu tertuju pada ayam bakarnya. Aku ingin makan enak malam ini, semoga ayamnya enak, gumamku di dalam hati.
Tidak membutuhkan waktu yang lama, ayam bakar pesanan ku sudah siap, aku mengangkatnya untuk makan bersama Ayah dan Ibu.
"Hati hati ya nak ...!" ucap sang Pedagang sambil terus memandangi aku.
"Iya Bu .... " sahut ku sambil tersenyum
"Sarah .... " Panggil sang pedagang padaku.
Aku bertanya di dalam hati, dari mana Ibu itu tau namaku?" Aku berbalik arah dan mendekatinya. "Apa ibu mengenalku?"
"Tidak .... "
"Kalau begitu, dari mana Ibu tau namaku?" tanyaku tapi sang pedagang menunduk dan terlihat murung.
"Kamu akan mendapatkan penderitaan dalam waktu dekat ini." ucapnya cepat dan tegas. Suaranya terdengar begitu tipis ditelingaku hingga membuat bulu-bulu halus di tangan dan kuduk ku berdiri.
"Apa Bu?" tanyaku ingin mempertegas tentang apa yang aku dengar.
"Iya .... " ujarnya sambil menunduk.
"Maksud Ibu?" Tiba-tiba bau amis dan gosong mulai terasa kuat di sekeliling ku.
"Sarah, saraaah ...." panggil Ayah.
"Iya yah." sahut ku sambil berbalik arah melihat ke Ayah.
"Kenapa lama sekali?" tanya dengan raut wajah yang tegang.
"Sebentar yah, aku segera kesana." Aku menuju ke tempat Ayah dan Ibu tanpa melihat kembali pedagang ayam bakar tersebut.
"Aku sudah siap yah, ini ayam bakarnya." ucapku sambil menunjukkan piring makan malam ku.
"Lama sekali nak." kata Ayah.
"Lama bagaimana yah? Paling cuma beberapa menit saja kok. "
"Heeemmh, beberapa menit apa? Lihat nasi Ayah dan Ibu sampai dingin dan minuman berbatu es jadi panas."
"Ayah benar, tapi aku cuma sebentar kok tadi yah."
"Coba lihat jam tanganmu Sarah! Satu jam lebih kan?" Dan aku merasa aneh.
"Iya yah, maaf ...." Dengan perasaan yang sedikit aneh aku memakan makanan yang sudah ku pesan. Ayah dan Ibu juga makan dengan lahap.
Sepasang anak kecil yang bermain di tenda ayam bakar tersebut tiba-tiba menghampiriku. Dia berdiri sejajar dengan meja tempat aku makan. Matanya melihat ke arah Ibu dan pandangannya sangat dingin.
"Hai adik kecil, apa yang kamu lakukan?" bertanya karena merasa kurang nyaman dengan kehadiran mereka kali ini.
"Uwas uwas uwas uwas uwas uwas ...." Kira-kira begitulah kalimat yang aku dengarkan.
"Apa yang kamu katakan? Aku sama sekali tidak mengerti?" tanyaku sambil terus memperhatikan bibirnya yang semakin lama semakin cepat bergerak.
"Ada apa Sarah?" Ibu bertanya seraya melihat ke arah ku dan gadis kecil itu.
Tiba-tiba gadis kecil tersebut membesarkan kedua matanya dan melihat ke arahku. Dia melotot seolah-olah ingin memberitahu ku tentang sesuatu. Mulutnya terus meruncing sambil berucap, "Uwas uwas uwas uwas uwas .... " Hal itu membuat aku semakin bingung.
Kemudian gadis itu berteriak dengan histeris tanpa sebab, "Aaaa aaaa aaaaa ...." teriaknya sambil berlari meninggalkan mejaku.
Melihat gadis kecil itu bertingkah aneh, aku sedikit ketakutan. Tapi Ayah tampak cuek seakan-akan tidak melihatnya, berbeda dengan Ibu yang sepertinya memperhatikan gadis kecil misterius itu, gumamku.
Entah apa yang sebenarnya terjadi padaku, yang aku tahu, saat ini aku merasakan panas dingin di sekujur tubuhku. "Ayah, aku ingin pulang." ucapku karena tiba-tiba merasa kehilangan selera makan.
"Sarah, tapi makanannya belum kamu habiskan, nggak baik nak."
"Anak gadis kecil itu membuat aku takut bu. "
"Anak gadis kecil yang mana Sarah?" tanya Ibu dengan raut wajahnya bingung.
"Itu Bu, yang tadi berada tepat di hadapanku. Bukannya tadi Ibu juga melihat dan memperhatikannya?"
"Tidak nak, Ibu tidak melihat apapun. Apa Ayah melihatnya?" ucap Ibu berbalik tanya kepada Ayah.
"Apa Bu?" Ayah juga tampak bingung.
"Gadis kecil yang di katakan oleh Sarah yah."
"Ayah juga tidak melihatnya. "
Mendengar perkataan Ayah dan Ibu membuat aku hanya terdiam. Dalam diamku, ternyata ayah memperhatikan, kemudian Ayah pun mengajak kami untuk pulang.
"Mang, berapa semua makanannya?" tanya Ayah karena ingin membayar, dalam posisi duduk.
Fokus memperhatikan porsi makanan sambil menghitung makanan yang sudah di pesan. "Saya hitung ya Pak, seporsi pecel lele, seporsi bebek goreng, 2 gelas teh manis, semua totalnya 46 ribu pak." ucap pedagang dengan yakin.
"Kenapa tidak sekalian menghitung pesanan ku mang?"
Pedagang tampak bingung sambil melihat meja di depan ku. "Pesanan yang mana mbak?" katanya sambil melihat ke arahku.
"Ya yang ini mang, kan ini ada ayam bakar dan es jeruk." jawabku berbicara dengan yakin.
"Ayam bakar?" ucapnya dengan suara yang pelan hingga samar-samar terdengar di telingaku. "Mbak, maaf. Kami di sini tidak punya menu ayam bakar."
"Iya iya, tadi aku memang tidak memesan makanan ku di sini mang, tapi aku memesannya di warung tenda pojokan." ujarku sambil mengarahkan wajahku ke arah tenda ayam bakar di pojok.
"Ya ampun mbak, kok bisa?" bertanya dengan wajah heran.
"Kenapa memangnya Mang? Kok terlihat tegang begitu?" tanya Ayah tampak penasaran dengan raut wajah si pedagang.
"Bukan apa-apa pak, tapi anu. Sekitar sebulan yang lalu tenda pojokan itu terbakar habis, pedagangnya bernama mbak Tari dan kedua anaknya hangus terbakar, tidak sempat diselamatkan Pak. " ujarnya sambil menceritakan dengan yakin.
"Apa? Nggak mungkin ...." sahut ku sambil menggeleng-gelengkan kepala dan melipat dahi.
"Benar mbak, untuk apa saya bohong?"
"Tapi barusan saja anaknya berdiri di sini, dihadapan ku mengatakan sesuatu yang tidak aku mengerti." ucapku masih tidak percaya.
"Maaf pak, Bu, mbak, coba kemari dulu." Si pedagang mengajak kami ke lokasi tenda pojokan.
"Coba lihat dengan benar, di sini nggak ada tenda makan, nggak ada apa-apa mbak. Sejak terbakar, tidak ada lagi di sini yang jual ayam bakar makanya saya yakin bener kalau mbak itu salah lihat, atau mbaknya memang dikasih lihat apa yang tidak bisa orang lain lihat. "
Tiba-tiba bulu kuduk ku berdiri, aku semakin bingung dan takut. Kemudian di belakang si pedagang itu aku melihat Bu Tari dan kedua anaknya saling berpegangan tangan sambil menunduk.
"Ayah, ayo kita segera pergi dari sini ! Aku sangat tidak nyaman yah."
Ayah segera membayar makan kemudian kami pun segera masuk ke mobil untuk meninggalkan tempat itu, tapi sebelum aku meninggalkan tempat tersebut, aku memberanikan diri untuk melihat arwah itu sekali lagi.
Dari jendelaku, aku melihat gadis itu berteriak dan mengatakan sesuatu yang sama sekali tidak aku mengerti sambil mengulurkan tangannya kanannya.
Aku tidak tau apa yang gadis itu katakan padaku. Yang aku tau, aku sekarang ini dalam rasa ketakutan yang hebat dan tidak tentu hati, pikiran dan nalar ku tidak lagi sejalan.
"Ayah, aku ingin pulang, aku ingin tidur yang nyenyak. Maukah Ayah menemaniku malam ini seperti waktu itu ?"
"Baiklah, Ayah dan Ibu akan menemanimu tidur malam ini. Sekarang kita pulang ya." ucap Ayah sambil menekan gas mobilnya perlahan.
Setibanya di rumah, Ayah dan Ibu langsung mengantarkan aku dan menemaniku untuk tidur. "Jangan lupa bersih-bersih nak!" Pesan ibu, lalu Ayah dan ibu duduk di ranjang ku, kemudian aku ke kamar mandi untuk membersihkan diriku.
"Kemari Sarah! Tidurlah, Ibu pasangkan selimutmu ya nak. Ayah memegang kepalaku, ibu menggosok-gosok kakiku, rasanya nyaman sekali membuat aku melupakan hal mengerikan yang baru saja terjadi hingga aku tertidur dengan lelap.
Bersambung....
Jangan lupa terus ikuti episode selanjutnya ya teman-teman. Tinggalkan komentar, klik like dan favorit untuk mendapatkan notifikasi selanjutnya.
Plus beri aku dukungan dengan menekan tombol vote pada halaman terdepan. Vote dari teman-teman pembaca semuanya adalah semangat tersendiri bagi saya penulis. Makasih 😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments
pioo
ada apa dengan ibunha
2024-10-19
0
Azka AP
cerita nya muter2 dstu aja..jd mls baca ny
2022-03-18
1
_XiAraa Putry~ ig@putri_28sn
smngt thor
2021-03-06
0