Ayah menggendongku ke kamar, lalu merebahkan tubuhku yang lemah di atas ranjang di kamarku. Aku melihat ayah, Iya tampak cemas, lalu aku segera memeluk Ayah erat-erat.
Aku ingin mengeluarkan dan membuang ketakutan ku. "Ayaaaah .... " ucapku sembari menangis sambil memeluk Ayah dengan erat.
"Ada apa nak? Ceritakan!" ujar Ayah sambil membalas pelukan ku dan mengelus-elus rambut panjangku.
"Ayaaaaaah, lukisan itu lukisan siapa?" kataku langsung bertanya.
"Lukisan?" sahut Ayah dengan suara yang samar-samar, sepertinya ayah bingung.
"Lukisan yang ada di ruang kerja Ayah." sambungku sambil melepaskan pelukan ku dari Ayah.
"Hmmmm, lukisan itu ya .... " ucap ayah dengan nada yang pelan dan terasa menyembunyikan sesuatu.
"Ayah, aku ingin tau ayah. Anak kecil yang berada dalam lukisan itu selalu mengikuti aku. Dia selalu ada di dalam mimpi-mimpi dan penglihatanku." ujarku sambil menangis terisak-isak dan memandang wajah Ayah yang tampak bersedih.
"Sarah, apapun itu, siapapun dia, dia pasti tidak akan menyakitimu nak." sahut Ayah sambil memang kedua tanganku.
Aku menatap mata Ayah dalam-dalam. "Kenapa Ayah begitu yakin?" tanyaku sambil memperhatikan mimik wajah Ayah.
"Karena itu hanya sebuah lukisan sarah. " ucap ayah.
Mendengarkan jawaban Ayah, aku langsung menggeleng-gelengkan kepalaku. Di dalam hati aku berkata, mungkin Ayah tidak percaya dengan semua perkataanku.
"Tidurlah nak! Sudah sangat malam." kata Ayah sambil mengelus-elus rambut dan keningku. Tidak ingin bertanya lagi, aku membaringkan tubuhku di atas ranjang sambil menatap langit-langit kamar.
Ayah masih duduk di samping kepalaku. Walaupun aku kecewa dengan jawaban Ayah tapi aku merasa sangat damai dan tenang karena ayah ada di sini bersamaku.
Tangan Ayah tidak lepas dari kepalaku, aku mulai mengantuk. Tidak lama, samar-samar aku mendengar Ayah mengatakan bahwa Ayah akan keluar untuk mengambilkan air minum untuk ku.
Aku mendengarkan perkataan Ayah antara sadar dan tidak, yang jelas aku masih merasakan tangan Ayah di kepalaku.
Dingin, tangan Ayah terasa dingin. Ada apa dengan ayah? Ucapku di dalam hati. Aku berusaha membuka mata untuk melihatnya.
"Hah, ayaaah, ayaaaaah, ayaaaaaahhh .... "
Aku berteriak sekuat tenaga, aku melihat gadis misterius bermata putih itu berada di samping kepalaku. Gadis itu memegang kepalaku dan mengelus-elusnya seperti yang Ayah lakukan padaku.
"Ayaaaaaah, ayaaaaaaaaaah .... " ucapku berteriak. Kemudian aku bangun, berdiri dan berlari. Aku keluar dari kamarku dan aku berlari entah kemana, aku tidak tau. Aku bingung, aku takut, tidak ada pikiran, tidak ada perasaan lain, tidak ada siapa-siapa, tidak terasa apa-apa.
Saat aku berada di depan pintu dapur. Braack (aku menabrak sesuatu). "Sarah. " ucap ayah.
"Ayah?" sahut ku dengan suara pelan. Benarkah ini Ayah ku? Aku ragu.
"Kenapa kamu berlari dan berteriak lagi sarah?" tanya Ayah dengan nada yang agak keras.
Aku menatap tajam dari ujung kaki hingga kepala ujung Ayah, untuk memastikan bahwa Dia benar-benar Ayah ku. "Ayaaaah ...." ucap ku memanggil sekali lagi.
Ayah menjawab dengan segera, "Iya Sarah ... ini Ayah. "
"Ayah tadi kemana?" ucapku bertanya kepada Ayah.
"Sarah Sarah, bukanya tadi Ayah sudah bilang kalau Ayah ingin mengambil air minum untukmu?" tegas ayah dan aku masih menangis dan ketakutan, Ayah bisa melihat semua itu dari mataku.
"Nak, apa lukisan itu mengganggu pikiranmu? Jika Iya, Ayah akan membuangnya. Kamu tampak kacau sarah?" ujar Ayah terus berbicara dan aku tidak menjawabnya.
"Sudah, sudah. Sebaiknya Ayah mengantarkan kamu kembali ke kamarmu nak." kata Ayah sambil menarik tanganku perlahan menuju ke kamar.
Belum sampai di kamar, ayah bertanya kepadaku. "Bagaimana kalau besok, kita pergi ke rumah teman Ayah? Dia punya anak seumuran dengan kamu Sarah. Mungkin semua itu bisa membantumu kembali ceria lagi. "
"Baiklah yah."
Kemudian Ayah memintaku untuk membersihkan wajah dari keringat di wc kamarku. Karena khawatir, Ayah mengantarkanku dan menungguku di dekat pintu wc kamarku.
Aku keluar dari wc kamar ku, "Sudah yah." ucapku kepada Ayah.
"Ini, minumlah dulu Sarah." kata Ayah sambil menyodorkan gelas penuh berisi air putih.
"Terimakasih Ayah .... " sahutku dan aku segera meminum dan menghabiskannya.
"Kamu gadis yang baik, menurut, periang, pintar, dan pandai berterimakasih nak, Ayah yakin dimana pun kamu berada Tuhan dan segala isinya akan selalu menjaga kamu Sarah. "
Air mataku menetes kembali."Terimakasih doanya Ayah. " Aku langsung memeluk ayah kembali dengan erat.
Ayah menintin tangan ku ke dekat ranjang kamar lalu memperhatikan aku. Ayah melihat aku yang masih ketakutan, "Heeemh" Ayah membuang nafasnya dalam. "Ayo Sarah, kemari! " Ayah mengajakku berdiri dan menarik tanganku keluar dari kamarku.
Ayah menarik tanganku sampai ke depan kursi ruang tv. "Bagaimana kalau malam ini kita beristirahat di sini?" Tanya ayah kepadaku. Dengan cepat aku menganggukan kepalaku tanda setuju.
Ayah membaringkan aku di atas sofa panjang, sedangkan Ayah duduk sambil merebahkan tubuhnya di sofa pendek.
"Sarah, dengarkan! terkadang banyak hal-hal di luar nalar terjadi di dalam kehidupan kita. kita harus mampu dan kuat menerimanya. Apapun itu, hanya kita yang bisa mengatasinya." Aku melihat ke arah Ayah dan mendengarkan perkataannya.
"Selain ini, Tuhan tidak akan pernah memberikan cobaan di luar kemampuan umatnya, percayalah Sarah. "ucap Ayah sambil menganggukan kepalanya.
"Rasa sakit, takut, malu, bahagia, derita, marah, cinta, cemburu, rindu, itu semua datangnya dari sang pencipta. Jangan sampai rasa itu mengubah diri kita menjadi orang lain. "
Dengan mata yang berkaca-kaca aku terus melihat Ayah, ada rasa bahagia saat mendengar Ayah menasehati ku. selama ini kami jarang berbicara, ayah sibuk sekali, sampai menelpon ku pun tidak pernah. Rasanya baru kali ini aku merasakan kasih sayang dan perhatian Ayah yang sesungguhnya.
Ayah sudah berhenti berbicara dan aku hanya mampu menjawab iya disetiap perkataan ayah. " Ayah, terimakasih untuk semua nasihatnya." Mendengar ucapanku Ayah tersenyum.
Beberapa saat Ayah dan aku terdiam, lalu aku memberanikan diri untuk bertanya kepada ayah. "Ayah, apakah Ayah sering bermain denganku saat aku masih kecil?" tanyaku sambil tersenyum.
"Ha ha ha ha ha ha ha ha." ujar Ayah tertawa besar mendengar pertanyaanku. "Apa yang ada di dalam pikiranmu Sarah?" Ayah mendekatiku lalu duduk dilantai sambil memegang kepalaku lagi.
"Tentu saja, dulu kita sering menghabiskan waktu bersama, bermain, berlari, melompat, menari, haaaah ... kamu suka menjadikan ayahmu ini kuda sarah. Ha ha ha ha ha ha ha." Ayah kembali tertawa terbahak-bahak.
"Iyakah yah? Itu terdengar sangat nakal, maafkan aku Ayah." ucapku dengan nada menyesal.
"Ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha. Saat itu Ayah sangat menikmatinya nak, tapi kalau sekarang kamu meminta Ayahmu ini kembali menjadi kuda mu, tentu Ayah sudah tidak kuat. Saat ini Ayah sudah tua Sarah, ha ha ha ha ha ha ha, Ayah melanjutkan tawanya. "
"Dulu, kita sering bernyanyi bersama. Ingat lagu favoritmu?" tanya ayah kepadaku.
"Eeeeeemm tidak tau Ayah, aku tidak ingat. "
"Lagu pelangi-pelangi nak, itu lagu kesukaanmu. Biasanya kamu menyanyikannya dengan lantang sambil bertepuk tangan." Seketika aku langsung terbayang dengan Tania dan adiknya saat menyanyikan lagu itu dengan riang gembira.
"Apa itu benar yah?" tanyaku karena ingin tau.
"Ayah tidak akan pernah lupa setiap masa-masa itu nak, sekarang kamu sudah tumbuh menjadi anak yang dewasa. "
"Ayah, apa ayah ingin mendengarkan aku menyanyikan kembali lagu itu?" tanyaku dengan penuh rasa percaya diri.
Dengan cepat ayah menjawab, "Ide bagus, ayo kita nyanyikan bersama tapi kamu sambil memejamkan matamu ya Sarah! "
"Baiklah ayah." ucapku sambil tersenyum dan kami mulai menyanyikan lagu itu dengan suka cita.
"Pelangi-pelangi alangkah indahmu merah kuning hijau di langit yang biru. Pelukismu agung, siapa gerangan? pelangi-pelangi ciptaan Tuhan".
Ayah dan aku terus mengulang lagu itu hingga aku tidak bisa lagi menyanyikannya.
Samar-samar aku mendengar Ayah berkata, "Tidur yang lelap Sarah, maafkan Ayah." Lalu Ayah memberikan kecupan hangat di keningku.
Terimakasih Ayah. Ucapku di dalam hati.
Bersambung...
Jangan lupa terus ikuti episode selanjutnya ya teman-teman. Tinggalkan komentar, klik like dan favorit untuk mendapatkan notifikasi selanjutnya.
Plus beri aku dukungan dengan menekan tombol vote pada halaman terdepan. Vote dari teman-teman pembaca semuanya adalah semangat tersendiri bagi saya sebagai penulis. Makasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments
Antara Ada Dan Tiada
msih bingung dg alur ceritany ...lnjut lgi ah..
2021-07-25
0
Detty Tea
mungkin tania dan sarah adik kaka..terus ibu nya itu ibu tiri mungkin tania meninggal di aniaya sama ibu tiri nya
.secara ayah sarah kerja nya sering keluar kota mungkin x yaaa 🤔
2021-03-14
0
Naya Kunaya
kayanya sarah adiknya tania,
2020-11-18
3