Bab 14

Tidak lama kemudian Mitha dan sang bunda pun akhirnya tiba di rumah mereka, Mitha membantu mamanya itu untuk kembali beristirahat di dalam kamar.

"Mah, Mitha bawa ke kamar ya? Mamah harus istirahat lagi," ucap Mitha dengan penuh perhatian.

Melda yang mendengar ucapan dari putrinya, segera wanita itu pun mengindahkannya, dia menganggukkan kepala dengan perlahan.

"Baik," jawab Melda dengan ramah.

Mereka tidak lagi membahas masalah di tempat parkir rumah sakit mengenai pertemuan yang tidak sengaja antara Mitha dan juga Tama.

Setelah Mitha sudah memastikan sang mama baik-baik saja tinggal di dalam kamar.

Mitha pun berpamitan untuk segera keluar meninggalkan Ibunya sendirian.

"Ma, Mitha pergi dulu ya, Mama harus istirahat dengan baik," tambah Mitha.

Perempuan itu menepuk dengan perlahan dan lembut selimut tebal yang sudah berisi tubuh ibunya yang sedang berbaring di atas kasur.

Mitha tersenyum dengan perlahan, begitu juga dengan mamanya. Mitha beranjak meninggalkan kamar mamanya. Dan terlihat dia terdiam, seolah sedang merenungkan sesuatu yang membuat perasaannya menjadi bingung sendiri. Hati yang gundah akan suatu hal yang mengganggu pikirannya.

Mitha keluar dari kamar sang mama dan menghela napas dalam setiap lamunannya, Mitha teringat kembali kejadian di tempat parkiran rumah sakit, Bagaimana mungkin dia dapat melupakan kejadian itu begitu saja?

"Sebenarnya siapa wanita yang saat itu bersama dengan Tama di tempat parkir? Mengapa Tama terlihat sangat memperhatikan wanita itu? Meskipun hanya teman, apakah mereka memang sedekat itu? Hubungan yang begitu akrab, hais... Mengapa aku jadi resah begini?! Pikiranku seolah tidak berjalan dengan baik, setelah mendapati kejadian itu, sebenarnya apa yang terjadi?" dalam benak Mitha.

Dia mengakui bahwa memang muncul suatu perasaan yang tidak menyenangkan, mengganjal dan membuat dia berat hati.

Mitha pun menghela napasnya dengan cukup dalam, memaksa untuk berpasrah dan menormalkan pikiran.

Menstabilkan rasa yang sebelumnya telah bergejolak tidak karuan.

"Sudah cukup. Aku harus berhenti memikirkan hal seperti ini, sebaiknya aku mengurus hal lain yang jauh lebih penting." Kembali batin Mitha pun bersuara, mencoba untuk menghapus keresahan yang mendekapnya.

"Tama mana mungkin juga akan berbuat hal yang kotor dibelakangku, aku mengenal dia dengan begitu baik. Aku percaya dengan Tama." Tiba-tiba Mitha bicara. Dengan tegas mengambil kesimpulan yang berlandaskan kepercayaan yang sudah dia bangun. Hingga membuang butiran negatif dalam pikiran.

Mitha semakin menjauh dari kamar mamanya. Dia hendak pergi ke suatu tempat yang ingin dia tuju.

Sementara itu di tempat lain. Terlihat Tama yang sedang menunjukkan ekspresi wajah tidak senang, perasaan gelisah dan khawatir, kesal juga jengkel. Membuat lelaki itu beberapa kali menunjukkan gestur tubuh yang aneh.

"Debi sungguh keterlaluan, tidak seharusnya dia melakukan hal itu untuk menekan diriku, dia memang sangat meresahkan!" dalam benak Tama. Yang uring-uringan sendiri.

Dia yang saat itu berada di tempat parkir perusahaannya, langsung berjalan untuk dapat masuk ke dalam kantor tempat dia bekerja. Lelaki itu melangkah lebar terlihat memang sedang tergesa. Tama segera duduk di atas kursi miliknya bekerja. Dia terlihat khawatir sendiri.

Hingga tidak lama kemudian, Tama pun teringat akan sesuatu, hal itu membuat dirinya jadi merasa mulai memiliki jalan keluar meski hanya seputar harapan.

"Bayu, aku harus mencari anak itu, dia mungkin memiliki saran mengenai masalah yang saat ini sedang melandaku." Dalam benak Tama. Dia memalingkan wajahnya dan mulai mencari keberadaan dari Bayu. Teman satu kerjanya di tempat itu.

Saat Tama sedang mencari, seperti pucuk dicintai wulan pun tiba, muncul Bayu dengan langkah yang seperti biasanya. Tama yang menyadari hal itu segera dia tidak menjeda waktu lebih lama lagi.

"Bayu, kemari kamu," ucap Tama. Dengan suara yang tegas.

Mendengar hal itu, Bayu langsung memalingkan wajahnya karena dia pun cukup terkejut saat mendengar seseorang memanggil dirinya. "Tama?" dalam benak Bayu. Yang terlihat curiga.

Sebelum Bayu mendekati Tama, lelaki itu dengan sempat memalingkan wajahnya ke kanan dan ke kiri. Memastikan bahwa tidak ada orang yang melihat mereka yang akan berbincang. Setelah mengetahui kondisi yang aman, Bayi baru berani mendekati Tama. Dan duduk di samping kanan lelaki itu.

"Ada masalah apa?" tanya Bayu dengan penasaran.

Mendengar hal tersebut segera Tama pun turut memperhatikan situasi di dalam tempat itu. Kemudian dia menghela napas dan mulai menceritakan kejadian yang telah menimpa dirinya. Mengapa Tama berani bercerita dengan Bayu, karena lelaki itu lah yang dulu memperkenalkannya dengan Debi.

"Pagi ini aku diminta oleh Debi untuk mengantarkannya ke rumah sakit, dia hamil, sudah 2 minggu usia kandungan itu. Namun pagi ini aku juga bertemu dengan Mitha, dalam situasi yang tidak seharusnya, Debi itu sungguh licik dia memintaku untuk menikahinya. Akan tetapi aku mencintai Mitha, dan hanya akan menikah dengan dia! Sekarang apa yang harus aku lakukan untuk bisa menyudahi masalah ini? Kamu harus membantuku," ucap Tama. Dengan suara yang berbisik. Lelaki itu sungguh tidak ingin jika ada orang lain yang mendengar percakapan mereka berdua.

Bayu tentu saja sangat terkejut, dia tidak menyangka akan hal itu, dia jadi kebingungan sendiri. "Apa? Debi beneran hamil? Waduh berat nih, Debi itu memang memiliki sifat yang susah dikendalikan dia mempunyai pendiriannya sendiri kayaknya, waduh... Bingung juga aku harus bagaimana memberikan kamu solusi," balas Bayu dengan bingung.

Tidak lama kemudian ada seseorang yang memanggil Bayu dan mengharuskan Bayu untuk pergi. "Sorry ya Tama, aku harus kembali bekerja," lanjut Bayu tidak enak hati.

Tama resah sendiri karena dia tidak menemukan jalan keluar pada saat itu. Hingga Tama pun mampu menyelesaikan pekerjaannya, dia kembali pulang ke rumah.

Akan tetapi baru sampai di bibir pintu, Tama sudah dikejutkan dengan kondisi yang tidak menyenangkan.

"Kalian masih ingin terus bertengkar seperti ini? Apakah tidak ingat dengan usia?!" kata Tama. Yang sepertinya telah jengkel sendiri, mendapati orang tuanya yang selalu tidak sejalan.

Tama pun langsung meninggalkan rumah, dan pergi untuk mengunjungi adiknya yang tinggal bersama nenek mereka.

"Kak, Tama... Lelah kan?" tanya gadis cantik itu dengan perhatian.

Tama memalingkan wajahnya. "Mamah dan Papah kembali berseteru, jadi Kakak mengungsi pikiran dan datang kemari," balas Tama. Dengan tegas.

"Kalau begitu kakak tidur di sini saja, bersama Luna untuk malam ini," balas Luna lembut.

Tama menganggukkan kepalanya. Tanda dia setuju.

...***...

Sementara itu di tempat lain, terlihat seorang gadis cantik dengan menggunakan gaun yang indah, dia adalah Windy sahabat karib Mitha.

Saat itu terlihat dia sedang duduk di atas kursi kafe yang begitu romantis dengan seorang lelaki tampan bernama Doni.

Windy terlihat malu-malu saat dia berhadapan dengan Doni, begitu juga sebaliknya, seperti ada perasaan yang tidak biasa di antara mereka berdua.

"Terima kasih, karena kamu sudah mau menemani aku makan malam," kata Doni dengan tenang.

Windy tersipu malu seraya membalas kata-kata dari pria tampan itu. "Saya yang seharusnya berterima kasih, karena Mas Dokter begitu baik ingin mentraktir gadis biasa ini," balas Windy senang.

Keduanya seperti orang yang sedang dimabuk asmara, hal itu begitu jelas tergambar pada diri seorang wanita berusia 28 tahun itu. Saat berhadapan dengan lelaki tampan seperti Doni.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!