Bab 13

Tama sebenarnya semakin kesal dengan apa yang diucapkan oleh Debi, ancaman yang begitu jelas terdengar di telinga lelaki itu, Tama mulai memperhatikan bagaimana raut wajah yang dimiliki oleh Debi.

Kesungguhan yang wanita itu miliki tidak dapat terelakkan. Tama menghela napas karena kesal. Kemudian lelaki itu pun langsung melangkahkan lagi kaki jenjangnya dan pergi begitu saja meninggalkan ruangan rumah sakit.

Hal itu tentu saja membuat Debi menjadi bingung dan tidak senang, dia membelalakan sepasang matanya dengan tajam, segera dia berjalan untuk bisa mengejar Tama yang kembali lari dari genggaman.

Hingga tibalah mereka di dalam tempat parkiran. Di sana Tama terdiam sejenak. Dan kembali melihat diri Debi dengan tatapan jelas.

"Kamu ini sebenarnya ingin apa lagi?" tanya Tama dengan perasaan yang resah. Dia tidak ingin terus berada di dekat Debi, perasaan risih yang tidak mampu dia elak lagi.

"Aku ingin kamu menikah dengan diriku, jangan tidak tahu malu kamu, Tama. Seorang lelaki harus memiliki tanggungjawab!" balas Debi. Sekali lagi dia memberikan penegasan, perasaan yang menggebu dalam diri. Wanita itu tidak ingin jika Tama meninggalkan dirinya.

Wanita itu seolah tidak peduli, padahal sebelumnya Tama mengucapkan bahwa dia telah memiliki seorang kekasih, Debi ternyata masih bersikeras dengan pendiriannya untuk mengejar tanggungjawab dari Tama. "Kamu sungguh gila!" sambut Tama dengan marah.

Akan tetapi Debi tidak kalah memberikan amarahnya yang jelas.

"Kamu yang lebih gila, aku akan melakukan apa pun untuk bisa mendapatkan kamu ya, Tama!" balas Debi. Dia membulatkan sepasang matanya tajam.

Mereka adalah dua orang yang saling bersitegang di dalam tempat parkiran, amarah yang telah memuncak diantara keduanya. Hingga membuat Tama sendiri pun bingung harus bagaimana lagi bersikap dihadapan Debi. Mereka sejenak saling berdiam diri.

Tidak lama kemudian, dari tempat lain terlihat dua orang perempuan yang sedang berjalan, langkah kaki yang perlahan mengayun dengan irama yang seiras. Mitha saat itu terlihat sedang membantu sang ibunda untuk meninggalkan rumah sakit, setelah mereka sudah selesai melakukan kontrol mingguan.

"Pelan-pelan saja, Ma," kata Mitha. Dengan penuh perhatian yang dalam kepada Ibunya.

Dia mengetahui betul bagaimana sang mama yang masih belum sepenuhnya pulih dan dia memiliki satu kewajiban untuk melindungi sang mama agar segera sehat seperti sedia kala.

Mitha menuruni anak tangga, hingga dia pun menghentikan jalannya, gadis itu sangat terkejut saat sepasang matanya melihat dengan jelas seorang lelaki yang dia kenali.

"Tama...," ucap Mitha. Gadis itu menunjukkan raut wajah penuh kebingungan dalam diri. Sambil terus memperhatikan dengan betul diri Tama untuk memastikan dia tidak salah dalam mengira seseorang.

Mendengar suara lembut dan indah yang Tama kenali, lelaki itu dengan terkejut langsung memalingkan wajahnya, dia yang saat itu hendak memulai kembali pembicaraan tiba-tiba langsung dia simpan.

Bukan hanya dirinya Debi turut memalingkan wajahnya dan menatap diri Mitha yang tidak terlalu jauh jaraknya dari mereka berdua.

"Mi.. Mitha, ternyata kamu juga ada di sini ya?" kata Tama. Lelaki itu tidak mampu menyembunyikan kegugupannya dengan rapi. Perasaan itu sudah bercampur aduk menjadi satu. Tama saat ini kebingungan sendiri.

Dia tatap dengan tegas diri Mitha, lalu Mitha pun menatap ke arah Debi dengan perlahan.

"Ya, aku kemari karena harus melakukan kontrol mingguan Mamah, kalau kamu sendiri, apa yang sedang kamu lakukan di sini?" tanya balik Mitha. Memasang tatapan curiga, pandangan yang dalam memperhatikan keduanya dengan jelas dari jarak cukup dekat.

Mendengar pertanyaan yang tegas dari Mitha, membuat Tama dengan segera harus menyiapkan jawaban mungkin berupa alasan atau kenyataan?

"Ah, diminta oleh temanku ini untuk mengecek kesehatan juga, dia sedang sakit," sambut Tama. Menutupi rasa canggung dalam diri.

Mitha terdiam sejenak saat mendengar apa yang dikatakan oleh Tama, penjelasan yang mungkin belum sepenuhnya membuat diri Mitha menjadi percaya, dia masih memiliki keraguan dalam diri yang tidak bisa dihilangkan begitu saja. Apalagi saat dia melihat bagaimana perilaku dari Tama saat itu yang cukup asing bagi dirinya.

Akan tetapi, tidak mungkin bagi Mitha untuk berdebat di tempat itu. Karena dia masih harus menjaga mamanya yang masih sakit, tidak mau jika nanti sang mama malah kepikiran. Mitha memilih untuk menyimpan segala hal yang ingin dia ungkapkan nanti kepada Tama, sang kekasih.

Mitha beberapa kali memang memperhatikan diri Debi, begitu juga dengan sebaliknya. Mitha menghela napasnya cukup dalam.

"Oh, kalau begitu kalian lanjutkan saja, aku harus cepat kembali ke rumah, Mamah harus segera istirahat," ucap Mitha. Yang ingin segera beranjak pergi meninggalkan tempat itu.

Tama tersenyum dengan canggung dihadapan Mitha. Namun dia sedikit memberikan perhatian kecil kepada mama Mitha dan kekasihnya itu.

"Kalau begitu hati-hati, nanti aku akan menghubungi kamu, cepat sembuh ya, Tante." Dengan ramah Tama mendekati Mitha. Lalu lelaki itu mengantarkan Mitha bersama Ibunya untuk masuk ke dalam Mobil mereka berdua.

Mitha hanya terdiam sambil menganggukkan kepala, mereka pun meninggalkan tempat parkir rumah sakit. Tanpa kata dan tanpa sambutan lainnya. Mitha berlaku begitu saja.

Tama memperhatikan kendaraan Mitha yang mulai menjauh dari dirinya. Lelaki itu menghela napasnya lagi.

Hingga datang kepada dirinya suara seorang wanita yang kembali membuat perasaannya jengkel.

"Oh, ternyata itu adalah kekasihmu ya? Dia sungguh cantik dan terlihat baik, aku agak merasa kasihan dengan dirinya, bagaimana jika dia sampai tahu akan masalah ini ya?" ucap Debi. Wanita itu berbisik di telinga kanan Tama. Sambil menunjukkan tatapan yang licik dan penuh akan siasat.

Tama terkejut, dia langsung memalingkan wajahnya dan kembali menatap dengan tegas diri Debi, rasa kesal yang kuat dia tunjukkan.

"Jangan macam-macam, sebaiknya tutup mulutmu itu, jangan bertindak sesuka hatimu!" balas Tama. Lelaki itu membulatkan sepasang matanya. Tatapan ganas hendak melahap sesuatu yang berada di hadapannya.

Debi terdiam, dia tidak merasa takut dalam diri, saat melontarkan ancaman baru kepada Tama.

"Cih, kamu begitu melindungi gadis itu? Lantas bagaimana dengan aku di sini? Terserah, aku memang tidak semanis dia, namun kamu sudah jatuh dalam jurang yang aku buat sendiri, nikmatilah!" Dalam benak Debi. Wanita itu terdiam dengan memasang tatapan penuh arti.

Debi langsung menyimpan kedua tangannya di atas perut, dia memalingkan wajah sambil senyum sendiri.

"Jika kamu mencintai dan menyayangi gadis itu, dan tidak ingin dia terluka, merasa sakit lalu menderita, sebaiknya kamu ikuti saran dariku, menikahlah denganku, tawaran yang tidak sulit oh, Tamaku sayang! Aku dapat berlaku dengan baik kepada siapapun, kamu tahu itu dengan baik bukan?" sambut kembali Debi. Dia terlihat sedang memberikan penekanan kepada Tama.

Seolah lelaki itu harus mengindahkan permintaan darinya. Ucapan yang licik dengan tatapan menjengkelkan yang dia rasakan saat berhadapan dengan Debi.

Tama terlihat sudah hampir kehabisan kesabaran, dia mengepalkan kedua telapak tangannya, namun lelaki itu kembali meredam amarah.

"Jangan gegabah, tolong beri aku waktu, aku membutuhkan 7 hari ini untuk mempertimbangkannya kembali," kata Tama dengan gugup.

"Baik," jawab Debi tersenyum licik.

Kemudian keduanya pergi meninggalkan parkiran secara berpisah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!