Bab 04

Dua minggu sudah berlalu sejak Tama dan Mitha kencan sekaligus merayakan Aniversary hubungan mereka yang kedua tahun, meskipun tanpa kado atau tiupan lilin sederhana.

Sejak saat itu mereka belum bertemu kembali karena masing-masing sibuk dengan dunianya. Mitha yang bekerja dan mengurus mamanya sedangkan Tama berkutat dengan berkas bank.

Seperti hari ini Tama yang selesai bekerja membawa mobilnya yang seharusnya pulang ke rumah, tetapi diurungkannya, Tama sama sekali tak ingin kembali ke rumah saat ini ataupun nanti, karena di rumah yang ada hanya sebuah kesedihan saja. Saat dia terus melihat kedua orang tuanya bertengkar dan saling menyalahkan.

Rumah tangga orang tuanya tak begitu harmonis sejak dirinya duduk di bangku sekolah menengah atas, mereka selalu beradu mulut hampir setiap hari. Setelah dia kuliah orang tuanya mulai jarang berada di rumah dia pun sibuk keluar.

Sedangkan adik perempuannya yang kini masih kuliah lebih memilih tinggal bersama dengan neneknya. Tama berniat menyewa apartemen atau membeli rumah sendiri nanti setelah menikah dengan Mitha.

Namun, sampai saat ini dia dan Mitha masih belum melangsungkan pernikahan karena mama Mitha yang sakit, Mitha juga tak bisa dipaksa dengan hal itu. Setiap membicarakan tentang pernikahan, di mata Tama seolah Mitha tertekan dan perasaanya akan berubah dengan cepat.

Kadang dia berpikir jika mama Mitha adalah penghalang rencana pernikahan, tetapi dia tak bisa segegabah itu untuk mengatakan semuanya pada Mitha. Bagaimana pun Tama benar-benar jatuh cinta pada perempuan itu, dia tak rela jika perempuan itu jatuh ke tangan lelaki lain siapapun itu.

Sambil memikirkan percintaannya dengan Mitha dan berantakannya kehidupan yang dia jalani, Tama terus membawa mobil itu melaju berkecepatan sedang. Dia merogoh gawai pintarnya di saku celana sebelah kiri, mencari nomor Bayu salah satu temannya.

"Bay, minum kita!" ujar Tama sedikit berteriak agar suara mesin dan angin tak mengganggu.

"Kau lagi ada masalah? Gas, tempat biasa," ucap Bayu menjawab omongan Tama.

Setelah itu Tama mematikan ponsel pintarnya dan menyimpannya kembali ke saku. Dia pun melaju ke tempat yang sudah disepakatinya dengan Bayu. Tempat biasa Tama melepaskan semua kegaduhan dalam hatinya.

Tama merasa bebas di sana, bermain, minum dan menggoda perempuan. Semua bisa dia lakukan, syaratnya cuma satu jangan sampai ketahuan Mitha. Jika Mitha tahu dirinya minum maka dia akan mendapatkan omelan.

Sampai di sebuah diskotik, Bayu sudah menunggu sambil duduk bersama seorang perempuan kemungkinan Ladies di sana.

Tama menyusul, kemudian meneguk minuman dari botolnya langsung yang tergeletak di atas meja.

"Santai aja, Bos. Gak ada yang minta!" Bayu berteriak, suara dentuman musik membuat pembicaraan mereka agak meredam.

Tama tak peduli dengan ucapan Bayu, dia masih sibuk minum dan menikmati musik-musik bergenre R&B. Perlahan pikirannya sudah tak begitu jernih, dia meninggalkan Bayu bergabung bersama orang-orang di sana, berjoget dengan nikmatnya seolah dia tak memiliki beban apapun.

Tak lama Bayu menyusul, mereka kemudian pun melakukan hal itu sampai malam terus saja melarut hingga mereka tenggelam dalam suara musik dan kehingar bingaran.

***

Pada pagi yang menjelang, Tama membuka matanya yang terasa perih dengan kepala yang sedikit nyeri, sepertinya efek dari terlalu banyak minum tadi malam, dia ingat saat mabuk. Hal itu membuat dirinya tak sadarkan diri.

Tama berusaha bangkit dari tidurnya, sepertinya sudah cukup pagi, dia harus bekerja pagi ini pukul tujuh jika terlambat gajinya pasti akan dipotong.

"Mau kemana?" tanya sebuah suara.

Tama terkejut dan lebih kagetnya lagi dia mendapati seorang perempuan tidur di tempat tidurnya, tetapi itu bukan kamar di dalam rumahnya. Tama sadar dan kemudian memperhatikan sekeliling.

Sial. Dia menggerutu, karena terlalu mabuk sampai tak ingat bahwa dia dibawa ke hotel, pasti Bayu yang mengantarnya ke tempat itu.

"Kamu siapa?" tanya balik, Tama bingung.

"Aku Debi, kita kan tadi malam udah kenalan di diskotik," kata Debi sambil ikut bangkit dari tempat tidur dan mendekati Tama dengan hanya berpakaian seadanya yang minim menutupi bagian sensitifnya.

Tama sedikit merinding dengan perlakuan dan tingkat Debi itu, bukan dia risih tetapi hanya tak nyaman saja. Debi cantik, manis, badannya bagus semua orang pasti tergoda padanya tetapi saat ini keadannya tidak tepat.

Kemudian Tama memberi jarak dengan Debi.

"Sekarang aku harus bayar berapa?" Tama bertanya lagi.

"Bayar berapa apanya? Aku bukan pelacur, kita kesini kan karena sama-sama ingin. Aku ingin dirimu kamu ingin tubuhku, apalagi gairahmu begitu memuncak tadi malam. Menggoda sekali," ucap Debi. Tama masih

merasa geli.

"Oke, kalau gitu terima kasih." Setelah mengatakan itu Tama mengambil pakaiannya yang entah kenapa berserah di lantai. Debi tak mencegah sampai Tama selesai memakai pakaian, saat Tama berlalu pergi Debi hanya bisa tersenyum licik.

Tama berjalan terburu-buru sambil sesekali melirik jam tangannya, masih pukul enam artinya sejam dari jadwalnya dia bisa pulang lebih dulu membersihkan dirinya yang begitu bau, sepertinya bekas minuman dan muntahan menempel di tubuh dan bajunya, ditambah sedikit bau pandan yang tertinggal dibagian bawah meskipun harusnya sudah mengering.

Setelah sampai di luar Tama langsung masuk kedalam mobil dan membawanya pergi dari hotel itu, jaraknya tak jauh dari rumahnya.

***

Saat tengah jam istirahat yang mana mereka menikmati makan siang.

Sudah sejak pagi tadi Tama ingin bertemu dengan Bayu dan meminta kejelasan kenapa dia membiarkan perempuan bernama Debi itu tidur dengannya di kamar hotel.

"Gila ya kamu Bay, bisa-bisanya kamu biarin perempuan itu tidur sama aku." Begitu kata Tama saat dia bertemu dengan Bayu di kantin.

"Santai dulu dong Mas Bro, duduk-duduk, biar aku ceritain detailnya," kata Bayu menyuruh Tama duduk.

Tama kemudian mengambil kursi dan duduk di depan meja makan Bayu.

Setelah Tama duduk di depan Bayu, Bayu pun menceritakan semuanya sampai alasan kenapa Tama dan Debi bisa tidur satu ranjang bersama.

"Alasan aja, kan? Aku gak ngerasa kalau ngelakuin itu." Tama berusaha menyanggah apa yang dikatakan Bayu, meskipun sebenarnya ia sendiri lupa dengan kejadian malam itu.

Dari apa yang dikatakan Bayu, bahwa malam itu setelah dia banyak minum dan mabuk berat, Tama tak terkendali, berjoget dengan riangnya sampai dibawa Debi ke salah satu hotel terdekat pun Tama tak ingat.

Bayu juga mengatakan bahwa dirinya yang membantu Tama dan Debi, saat itu Tama tak menolak, bahkan menurut Bayu ia sempat melambai pelan.

"Ngapain aku bohong, lagian kan kamu sendiri tahu, kalau kamu mabok pasti gak bakalan sadar," ujar Bayu.

Tama hanya diam saja, karena apa yang dikatakan Bayu itu benar.

"Lagi pula Debi itu, kan, cantik, seksi dan menggoda, pria mana sih yang gak mau sama dia, kecuali dianya nolak," sambung Bayu.

"Masalahnya aku udah punya pacar, gawat kalau sampai Mitha tahu, apa gak jadi masalah nantinya."

Masalah sebenarnya yang terjadi adalah dengan Mitha, Tama tak mungkin membiarkan Mitha tahu apa yang terjadi malam itu.

Lebihnya Mitha saja tak mengizinkan Tama untuk minum-minuman keras, apalagi sampai tidur dengan perempuan lain.

Bagi Mitha itu sudah sebuah perselingkuhan meskipun Tama akan mengatakan bahwa itu ketidaksengajaan, tetapi siapa yang akan peduli dengan itu.

Tidur dengan perempuan saat masih memiliki kekasih, itu adalah sebuah kesalahan yang tak perlu diperdebatkan lagi.

Tama menjaga hal itu, karena meskipun ia tidur dengan perempuan lain tak berarti ia selingkuh.

Tama sangat menyayangi Mitha. Itu alasan Tama bertahan hingga saat ini. Sebab baginya bukan Mitha yang beruntung mendapatkannya, tetapi malah dirinya yang beruntung mendapatkan Mitha.

Dengan banyak hal yang Mitha miliki, bagi Tama, Mitha sudah sempurna, tak ada yang kurang sedikitpun.

"Sekali-sekali apa salahnya. Katamu juga kamu sama Mitha selama ini gak pernah begituan, kan," ujar Bayu. "Ayolah, Mas Bro. Sebagai seorang laki-laki normal, wajar kita butuh pelampiasan."

Tama diam memikirkan ucapan Bayu, meskipun dia sebenarnya tak ingin memikirkan hal itu lebih jauh.

Kemudian Tama mengatakan pada Bayu untuk menghentikan pembicaraan yang ia mulai sendiri itu.

Setelahnya mereka pun menikmati istirahat siang itu sampai waktu kembali bekerja.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!