VIOLAFKAR
..."Kita sebagai manusia, hanya bisa menerima dan memperbaiki segala yang bisa diperbaiki."...
...•...
...•...
...•...
'Tok tok tok!'
"Masuk!"
"Dek?"
Gadis yang semula sibuk di meja belajar itu menoleh ke arah pintu kamarnya. "Kenapa, Kak?"
Pria jangkung yang semula berdiri di ambang pintu kamar adiknya itu memutuskan untuk masuk. Ia melangkah mendekati gadis berumur enam belas tahun yang masih berkutat dengan sesuatu di meja belajarnya.
"Lagi ngapain, sih?"
Sang adik mengangkat jari telunjuk pada tangan kanannya tepat ke hadapan sang kakak. Mengisyaratkan bahwa dirinya tidak ingin diganggu. "Sebentar."
Lelaki itu hanya diam dan menurut. Selang beberapa saat, gadis yang semula ia amati bersorak.
"Selesai!" Gadis berpakaian sweeter abu-abu terang itu mengalihkan pandangan ke arah kakaknya.
"Itu tadi apa?"
"Lagi packing buat ngirim pesanan besok. Kakak ngapain ke kamar Vio?"
Tangan lelaki itu terulur untuk mengusap puncak kepala Viola. Ia tersenyum. "Kamu udah minum obat?"
Viola tersenyum. Jemarinya mengarah pada punggung tangan sang kakak dan menggenggamnya erat. "Kak Raka tenang aja. Aku inget, kok, kondisiku sekarang."
Raka kembali mengulas senyum. "Ya udah. Kamu tidur, ya? Udah malem."
Viola hanya mengangguk dan tersenyum tipis sebagai jawaban.
Setelah memastikan Raka pergi dari kamarnya, Viola menghembuskan napas berat. Kehidupannya berubah sejak kejadian satu bulan yang lalu. Kejadian yang membuat Viola harus kehilangan kebebasannya untuk waktu yang lama—atau mungkin selamanya. Sejak kejadian itu, Viola menjadi langganan tetap sebuah rumah sakit setiap hari Rabu.
...•••...
"Aw! Sakit, Kak!"
"Lo, sih! Harus banget nyelesaiin masalah sampai bikin muka babak belur gini?"
Untuk kesekian kalinya, Sella merasa sangat kesal terhadap adik lelakinya itu. Bagaimana tidak? Sering kali Sella mendapati adiknya pulang tengah malam dengan wajah babak belur di setiap sudutnya.
"Dia duluan yang bikin gara-gara," sela Afkar setelah Sella usai mengobati luka lebam di wajahnya.
"Dia siapa?" Tangan Sella sibuk membereskan obat-obatan kembali ke dalam kotak P3K.
"Ya, yang ribut sama gue."
Sella menghembuskan nafas berat. "Heran, ya. Meskipun otak lo cacat, sifat lo yang satu ini tetap aja nggak ketinggalan."
Afkar berdecak sebal. "Nggak usah bahas itu. Sebel gue."
Telapak tangan kanan Sella mendarat di pundak kiri Afkar. "Gue yakin, suatu saat nanti, ingatan lo pasti balik, kok."
Lelaki itu terdiam. Ia merenungkan apa yang Sella katakan. Ya. Afkar memang kehilangan ingatan tiga bulan terakhir sebab sebuah kecelakaan. Sekeras apapun Afkar mencoba, pasti berakhir dengan dentuman hebat di kepalanya. Tetap saja, ingatan yang terakhir ia dapat adalah saat persiapan ujian praktek kelas 9. Kata para sahabatnya, itu sudah berlangsung sejak 4 bulan yang lalu.
Terlepas dari itu semua, Afkar mengingat sekelebat detik-detik pasca kecelakaan itu terjadi. Meski hanya sedikit, tapi Afkar ingat betul bahwa ada seseorang di samping kirinya. Seseorang yang sampai sekarang masih berusaha ia cari tahu. Afkar mengetahuinya ketika detik-detik dirinya tersadar. Semacam ... yah! Begitulah!
"Woy! Malah ngelamun lo." Suara Sella membawa kembali Afkar keluar dari jerat ribuan tanya dalam benaknya. "Tidur sana."
Afkar hanya tersenyum singkat sebelum beranjak dari tempat. Sella tahu benar, apa yang selama ini berkecamuk dalam pikiran adiknya itu. Momen tiga bulan terakhir yang pasti menyimpan kenangan manis untuk Afkar, direnggut oleh sebuah kecelakaan tragis. Sella ingin menceritakan semuanya secara detail. Sayangnya, hal itu hanya akan membuat ingatan Afkar semakin terpendam. Biar waktu yang mengembalikan apa yang hilang dari sejarah hidup Afkar.
...•••••...
...Hallo, Reader's....
...Semoga kalian suka sama cerita baruku kali ini. :)...
...Jangan lupa, beri dukungan author dengan klik LIKE mengisi kolom komentar!...
...Tunggu part selanjutnya, ya!...
Luv,
Freya_K.A
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments