|19.| Andai

..."I love you more!"...

...-Viola Senia Mahrito-...

...•...

...•...

...•...

Waktu menunjukkan pukul 21.00 saat Afkar tiba di rumahnya. Lelaki remaja itu meneriaki nama ibu, adik, dan kakaknya. Namun, tidak ada satu sahutan pun yang ia dapat. Melihat semua seperti baik-baik saja, Afkar memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.

Lima belas menit kemudian, Afkar kembali keluar kamar. Perutnya terasa lapar. Afkar lantas melangkahkan kaki menuju dapur.

Laki-laki berkaus hitam polos itu membuka kulkas untuk mencari sesuatu yang bisa ia makan. Namun, sebuah suara menghentikan aktivitasnya. Suara tangisan perempuan. Afkar menajamkan indra pendengarannya. Suara itu berasal dari dapur kotor di bawah tangga.

"Mama!" Ya. Yang tengah terisak itu adalah Bela.

Afkar berjongkok, mensejajari mamanya yang tengah duduk sambil membenamkan wajah di antara kedua lutut. Tangan Afkar terulur untuk mengusap puncak kepala Bela. Namun, wanita itu enggan merubah posisinya.

"Mama kenapa?" Sebenarnya, Afkar tahu alasan mamanya seperti ini. Siapa lagi kalau bukan karena papanya? Afkar yakin, lelaki paruh baya itu pasti sedang bersantai di kamar Bela. Setelah melakukan sesuatu, tentunya.

Afkar menarik nafas dalam-dalam, kemudian mengembuskannya perlahan. Ia tidak boleh lepas emosi dalam keadaan seperti ini. Tidak boleh. Afkar harus menjadi tameng untuk tempat ibunya berlindung.

Bela mengangkat kepala. Menampilkan mata sayu dan beberapa lebam di ujung bibir. Wanita itu tersenyum menatap anak laki-lakinya.

Sementara Afkar bertambah geram saat melihat penampilan mamanya. Bagaimana tidak? Seorang anak pasti marah jika ibunya disakiti, bukan?

"Papa ada di kamar?" tanya Afkar dengan nafas yang sudah tidak beraturan. Sekali lagi, Afkar kembali kalah dengan gejolak emosi yang membakar batinnya. "Bikin ulah apa lagi itu orang? Kenapa dia pulang segala?"

Bela menggenggam lengan tangan Afkar. Afkar yang merasakan sentuhan hangat itu pun tidak perlu waktu untuk mencerna maksud sang ibu. Afkar memejamkan mata, berusaha menelan mentah-mentah emosi yang nyaris membludak. Dan ia berhasil.

"Mama tidur di kamar aku aja. Biar aku tidur ruang tengah." Melihat bibir Bela sedikit terbuka, pertanda akan protes, Afkar segera menyela. "Nggak ada tapi-tapi. Udah. Mama nurut aja. Yuk, aku anterin."

Afkar membantu Bela menuju kamarnya. Setelah memastikan Bela tidur dengan nyaman, lelaki itu kembali turun menuju ruang tengah. Namun, langkahnya terhenti saat ia berada di depan kamar adiknya. Suara Caca yang begitu menusuk telinganya kala di telepon tadi, sontak terngiang begitu saja. Afkar lantas membuka kenop pintu dengan perlahan.

Di dalam sana, Afkar melihat adiknya telah tertidur pulas dalam dekapan Sella dan balutan selimut tebal.

"Kak," panggil Afkar.

Sella menoleh. Batin Afkar kembali teriris saat melihat mata sembab nan bengkak sang kakak. Kali ini, papanya benar-benar melampaui batas. Tetapi, Afkar tidak akan membuat keributan untuk malam ini.

"Caca udah tidur?"

Sella hanya mengangguk pelan sambil mengarahkan pandangan ke arah Caca.

"Ya udah, gue keluar dulu."

Sella bergeming. Gadis itu masih terngiang kejadian beberapa saat tadi. Enggan berlarut-larut dalam emosi, Sella cepat-cepat mengulas senyum pada bibirnya. Ia kembali menoleh ke arah Caca, lalu mendekapnya. Detik berikutnya, Sella pun memejamkan mata dan tertidur pulas bersama Caca dalam dekapannya.

Sementara itu, Afkar yang telah merebahkan tubuh di sofa panjang warna abu-abu pekat, memilih untuk meredam emosi dengan memainkan ponsel. Lelaki itu membuka aplikasi WhatsApp.

Dua ibu jari Afkar terus bergerak. Baginya, tidak ada yang menghibur. Hingga Afkar menemukan postingan Viola. Rupanya, gadis itu kembali pada bisnis online shop-nya. Kedua sudut bibir Afkar tertarik saat melihat satu barang. Sebuah gelang couple berbahan logam, dengan bentuk bandul gembok dan kunci.

Senyum Afkar melebar. Ini namanya, sekali tepuk, dua-tiga lalat tertangkap. Afkar membeli gelang itu, dan ia mendapat alasan untuk lebih banyak waktu bersama Viola. Afkar pun bisa memberi Viola gelang itu sebagai tanda cintanya.

Baru saja Afkar mengetik pesan pada Viola, sebuah panggilan masuk dari Ina mengadang. Afkar lupa, ia punya pacar sekarang. Lebih tepatnya, pacar sementara, yang terpaksa diterima karena rasa bersalah.

Dengan malas, Afkar mengangkat telepon itu. Ia bicara seperlunya, agar obrolan Ina cepat selesai. Tapi nyatanya, Ina baru memutuskan sambungan telepon setelah satu jam kemudian.

Afkar menghela nafas. Rasa lega sontak menyeruak saat melihat Viola masih online. Dengan senyum lebar, Afkar segera mengetik pesan untuk Viola.

^^^Me:^^^

^^^Vi, gue mau pesan gelang couple.^^^

Tidak butuh waktu lama untuk Afkar mendapat balasan dari Viola. Gadis itu mengirimkan foto contoh macam-macam model gelang yang tersedia. Langsung saja, Afkar memilih gelang yang menarik perhatiannya tadi.

^^^Me:^^^

^^^Vi.^^^

Viola Senia Mahrito:

Mau pesan apa lagi?

^^^Me:^^^

^^^Boleh gue telepon lo?^^^

Viola Senia Mahrito:

Oke.

Kedua sudut bibir Afkar sontak menukik saat membaca balasan pesan dari Viola. Lelaki itu langsung saja menekan simbol telepon.

"Halo?"

Entah mengapa, Afkar merasa speechless saat suara Viola merasuki gendang telinganya. Sejenak, ia lupa tentang apa yang baru terjadi. Dengan suara saja, Viola berhasil meredam bara api yang membakar emosi Afkar, bagaimana jika Viola benar-benar menjadi miliknya nanti?

"Halo, Kar?"

"Eh, iya. Belum tidur, Vi?" Haish! Pertanyaan macam apa itu, Kar?! Afkar memaki dirinya sendiri.

"Belum. Lo kenapa telepon gue?"

"Hhhmmm ... emangnya nggak boleh, ya?"

"Boleh aja, sih. Sekarang lo di mana?"

"Di rumah."

"Nggak jagain Ina di rumah sakit?"

"Nggak. Gue disuruh pulang sama bokapnya."

"Oh."

Tiba-tiba, Afkar merasa sesak. Pasokan udara dalam paru-parunya seolah disedot habis. Afkar merasa bersalah. Bibirnya mengucap cinta pada Viola, sementara yang terjadi sekarang malah Afkar menjalin hubungan dengan Ina. Yang artinya, menyakiti hati Viola. Hah? Menyakiti hati Viola? Afkar saja tidak tahu bagaimana perasaan Viola terhadapnya.

"Vi?"

"Hm?"

"Gue minta maaf."

Terdengar suara tawa ringan Viola di seberang sana. Sungguh, tawa Viola membuat Afkar merasa senang sekaligus sedih.

"Maaf kenapa?"

"Karena ... gue sama ... Ina."

Lagi, Viola terkekeh. "Lo nggak salah. Yang penting sekarang, kita jalani aja apa yang ada. Dan lo harus janji sama gue, lo harus jagain Ina baik-baik. Dia itu sahabat gue, oke?"

Afkar tersenyum. Meski ia tahu, senyumnya tidak terlihat oleh Viola. "Oke."

"Ya udah, gue matiin, ya?

"Iya. Jangan tidur malam-malam."

"Hahaha, lo juga."

"Good night, Vi. See you."

"See—"

"Vi!"

"Kenapa?"

Afkar termangu. Ada satu kalimat yang begitu mengganjal di tenggorokan. Haruskah ia mengeluarkan kalimat itu?

"Kar? Ada apa? Kok, diem?"

Afkar menghela nafas. Oke. Ia harus mengatakan itu. Agar Viola tahu, bahwa Afkar ....

"I love you."

Ya. Bahwa Afkar begitu mencintainya.

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

"See you, Kar."

'Tut!'

Afkar masih tidak tahu, tentang bagaimana isi hati Viola. It's oke. Cinta memang butuh perjuangan dan pengorbanan. Viola berhak mendapatkan itu.

...•••...

Viola menghela nafas berat. Akhirnya, gadis itu menumpahkan segala sesak yang dari tadi menggumpal dalam hatinya.

Jujur, Viola ingin. Sangat ingin membalas ucapan terakhir Afkar. Tapi, Viola sadar, tidak untuk saat ini. Bukan saatnya ia untuk bersikap egois.

"I love you more, Kar! I love you more!" lirih Viola sembari memejamkan mata rapat-rapat. Isakan tangisnya makin menjadi. Sekarang, Viola sadar, bahwa tahta hati sepenuhnya telah menjadi milik Afkar.

Tentang Calvin, Viola hanya merasa dirinya butuh penjelasan. Namun, ia merasa tidak membutuhkan itu lagi sekarang. Yang ia butuhkan hanya Afkar. Yah! Viola merasa dirinya begitu bodoh. Andai saja Viola menyadari perasaannya sejak awal. Pasti semuanya akan baik-baik saja.

...•••...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!