Tadinya … Adrian mengira dirinya akan pindah ke kota Y dengan mengendarai motornya dengan membawa dua tas yang berisi pakaian. Karena pindahan Adrian harusnya tak memakan waktu lama mengingat waktu Felicia kurang dari dua bulan lagi. Tapi perjalanan yang memakan dua setengah jam dengan mengendarai motor itu, dipersingkat menjadi dua jam berkat bantuan dari Eric-anak Tuan Gumilar sekaligus kakak Felicia.
“Harusnya … Tuan muda tidak perlu mengantarku. Saya bisa naik motor.” Adrian merasa sungkan karena Eric yang mengantarnya perlu membawa satu mobil box untuk mengangkut motor milik Adrian.
“Tadinya aku berpikir begitu. Tapi mengingat kamu membawa adikku-Feli di dekatmu, aku nggak bisa membayangkan jika Feli akan duduk tidak nyaman di motormu selama dua setengah jam lamanya.”
Adrian yang mendengar ucapan dari Eric melirik ke arah Felicia yang duduk di tengah-tengah antara Eric dan Adrian. Bibir Felicia manyun karena sebal sempar berebut tempat duduk dengan Adrian. Felicia ingin duduk di dekat jendela, sayangnya jika hal itu terjadi … Adrian akan duduk di tengah, dekat dengan Eric dan membuat Eric merasa tidak nyaman. Jadi setelah perang dengan sorot mata tajam, Adrian memenangkan pertarungannya dengan menggeser Felicia begitu saja.
“Apa kamu tidak suka naik motorku??” Adrian berbisik ke Felicia yang duduk di tengah.
Eric mengerutkan keningnya. “Kamu berbisik dengan Feli kan, Adrian??”
Adrian menggaruk kepalanya karena tertangkap basah. “Y-ya, Tuan Muda.”
“Sudah kubilang jangan panggil aku dengan panggilan itu! Padahal kamu memanggil ayahku dengan panggilan Paman dan adikku dengan namanya, kenapa hanya aku yang dipanggil dengan Tuan Muda??” keluh Eric.
“Ka-kalo gitu … aku panggil Mas Eric. Mengingat memanggil langsung namamu rasanya kurang sopan. Dari Feli, aku baru tahu kalo Mas Eric lebih tua tiga tahun dari saya.” Mengingat sebelumnya Eric meminta Adrian untuk memanggil langsung namanya, Adrian menurut. Tapi begitu sampai di rumah dan Felicia memberitahu pin dari black card miliknya yang sempat disimpan Eric dan Tuan Gumilar, Adrian sadar jika umur Eric tiga tahun lebih tua darinya.
“Kalo kamu merasa nyaman dengan panggilan itu, kamu bisa memanggilku dengan panggilan itu.” Eric mengalah dan Adrian merasa sedikit lega.
“Terima kasih.”
“Sekarang kembali ke pertanyaan tadi, adikku ikut di sini kan?” tanya Eric penasaran.
“Ya.” Adrian menganggukkan kepalanya.
“Feli duduk di mana??” tanya Eric lagi.
Adrian mengangkat jari telunjuknnya dan menunjuk ruang kosong antara dirinya dan Eric. “Tepat di antara kita berdua.”
“Ohhh!! Feli pasti kesal sekali!!”
“Mas bisa lihat Feli??” Adrian kaget mendengar ucapan Eric.
“Nggak! Tapi aku hafal betul tabiat adikku itu. karena selisih usia kami yang lebih dari sepuluh tahun, aku ikut membesarkan Feli bersama dengan ibu. Setiap hal kecil tentang Feli, aku tahu dengan baik. Hanya saja … “
Mata Eric menatap ke ruang kosong antara dirinya dan Adrian. Matanya menatap sayu ke arah ruang kosong itu seolah Eric benar-benar bisa melihat Felicia di sana. Tatapan matau sayu dan sedih itu tertangkap Adrian dan membuat Adrian sadar bahwa Eric-kakak angkat Felicia menyayangi Felicia sama seperti adik kandungnya sendiri.
Sett! Di saat Adrian merasa sedikit kagum dengan Eric, pria dengan wajah tegas dan sorot mata tajam dan dingin itu, tiba-tiba menarik lengan Adrian dan membuat Adrian kaget.
“Eh!!! Ke-kenapa, Mas??” tanya Adrian kaget.
Sreeettt!! Tanpa banyak bicara Eric menarik lengan Adrian dan membuat tubuh Adrian mendekat ke arahnya. Dag dig dug. Jantung Adrian berdetak kencang karena merasakan firasat buruk. Di saat yang sama … benak Adrian memberikan banyak gambaran liar di dalam otak Adrian. Mengingat pria ini belum menikah hingga usianya yang sudah menginjak 30 tahunan, apa jangan-jangan pria ini tak suka wanita??? Jangan bilang dia suka aku!!
“Duduk di sini saja!! Biar Feli yang duduk di dekat jendela!!”
Beruntungnya sebelum pikiran Adrian membuat gambaran liar lebih jauh lagi, Eric langsung menjelaskan tindakannya kepada Adrian dan membuat Adrian langsung menghela napas lega. Aku selamat!!
“Pak, haruskah kita menepi dan Bapak bertukar tempat duduk dengan saya??” Asisten Eric yang duduk di depan bersama dengan sopir, langsung bertanya kepada Eric setelah melihat tindakan Eric pada Adrian.
“Nggak perlu!! Biarkan aku duduk di sini. Kapan lagi aku bisa duduk di sini bersama dengan adikku.”
“Huaaaaaa!!!!”
Adrian yang tadi sempat panik karena ulah tak terduga dari Eric, kembali panik lagi karena ulah Felicia. Adrian yang sempat melupakan Felicia, tiba-tiba melihat Felicia sudah menangis dengan air matanya yang mengalir bak kran bocor dan sudah membuat bagian dalam mobil tergenang air. Untung saja … yang bisa melihat dan merasakan air mata Felicia itu hanya Adrian seorang. Dan reflek, Adrian mengangkat kakinya.
“Kenapa kamu mengangkat kakimu??” tanya Eric bingung.
“I-ini … “ Adrian bingung menjelaskan keadaan Felicia pada Eric.
“Kenapa?? Jelaskan!!”
Eric menatap tajam kepada Adrian dan membuat Adrian hanya bisa menahan ludahnya sebelum menjawab. Glup! “Feli menangis dan air matanya sudah menggenangi bagian dalam mobil. Itu sebabnya aku mengangkat kakimu.”
“Feli menangis?? Kenapa dia menangis??” Eric bertanya sembari memeriksa bagian kakinya untuk menemukan air yang dimaksud oleh Adrian. “A-aku tidak melihat ada air menggenang.”
“Cu-cuma aku yang bisa lihat dan merasakannya.” Adrian melirik ke arah Felicia yang masih terus menangis.
“Kenapa aku mati muda??? Padahal aku punya ayah, ibu dan kakak yang sayang sekali sama aku!! Kenapa aku mati muda?? Kenapa aku mati muda sekali??? Aku juga punya banyak janji dengan kakakku yang belum aku tepati!! Kenapa, kenapa??”
“Kenapa Feli menangis??” desak Eric.
“Fe-Feli menyesali kematiannya.” Adrian menjelaskan semua ucapan Felicia yang dilontarkannya saat menangis.
Eric melihat ke arah Adrian. “Apa Feli bisa mendengarku bicara??”
“Bisa.”
“Kamu nggak perlu menyesali segalanya, Feli! Hidup manusia memang selalu berakhir dengan kematian. Hanya saja … segeralah temukan alasan yang membuatmu terikat dengan dunia ini dan pergi berenkarnasi. Kakak akan menggantikanmu menjaga ayah dan ibu, untukmu. Hanya satu hal yang Kakak harapkan, kelak kalo memang ada kehidupan lain aku harap kita bertemu lagi, Feli.”
Felicia menghapus air matanya mendengar ucapan Eric. Meski masih sesenggukan, tapi ucapan Eric benar-benar berhasil membuat Felicia berhenti menangis.
“Adrian!!” panggil Felicia.
“Ehm??”
“Pindah! Biar aku duduk dengan kakakku!!”
Adrian bergeser ke dekat jendela lagi dan membiarkan Felicia duduk di tengah sembari memeluk tubuh Eric meski Eric tidak akan pernah bisa merasakannya.
“Kenapa kamu pindah lagi?” tanya Eric bingung.
“Feli ingin duduk di dekat, Mas.”
“Ohh!”
Melihat Felicia duduk memeluk Eric, Adrian ingin mengatakan pemandangan yang dilihatnya kepada Eric. Hanya saja … Adrian mengurungkan niatnya itu karena tidak ingin membuat pria tangguh seperti Eric harus merasa terluka lagi karena tidak bisa melihat arwah adik yang disayanginya sedang memeluknya.
Huft!! Adrian menghela napasnya sembari memalingkan wajahnya melihat ke arah luar jendela. Dalam benaknya Adrian bicara. Kalo memang ada kehidupan lagi setelah ini, kuharap Felicia bisa menemui keluarganya lagi, terutama menjadi adik dari Eric dan anak dari keluarganya lagi. Adrian tahu doa kecilnya itu akan sangat sulit terwujud. Hanya saja Adrian tetap membuat doa itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments