Byur, byur!!
Mengingat apa yang terjadi semalam dan bagaimana Felicia berlutut di depan Adrian karena merasa bersalah, Adrian mengira Felicia akan mengubah sikapnya sesuai dengan ucapannya. Adrian mengira paginya akan jadi pagi yang tenang sama seperti pagi-pagi sebelumnya ketika Felicia belum datang ke hidupnya. Tapi …
Begitu membuka mata dari tidurnya, Adrian menemukan bibir Felicia sudah manyun dan disodorkannya ke arah Adrian. “Ciuman bangun tidur, gimana??”
“Nggak!!” Adrian langsung melemparkan bantalnya ke arah Felicia dan membuat wajah hantu mesum itu sedikit terpental karena bantal Adrian.
“Kenapa??? Ciuman bangun tidur, ciuman selamat pagi kan sudah jadi hal wajar bagi pasangan suami istri!!”
“Aissshh! Pasangan suami istri?? Kita bukan pasangan suami istri!!” Adrian menggaruk kepalanya merasa kesal.
Adrian mengira Felicia tidak akan lagi mengganggunya karena merasa bersalah kemarin. Tapi … Felicia tetaplah Felicia-hantu wanita mesum yang ingin sekali menyentuh Adrian saat ada kesempatan.
“Adriaaaannn!!!”
“Aissshhh!!” Dan sama seperti sebelumnya, Adrian merasa cukup was-was ketika harus mandi di kamar mandinya sendiri karena takut Felicia akan mengintipnya. “Jangan macam-macam, Feli!!! Atau aku akan mendiamkanmu lagi!!”
Begitu mendengar ancaman itu, Felicia yang sejak tadi menggoda Adrian langsung berhenti dan keadaan menjadi hening. Kreet! Begitu keluar dari kamar mandi, Adrian lantai rumahnya sudah banjir dengan air mata Felicia yang duduk berlutut di depan kamar mandi Adrian.
“Jangan gunakan air mata buayamu itu untuk membujukku, Feli!!”
“Kamu pria jahat!!” Dalam sekejap air mata yang sudah menggenang bak banjir itu menghilang begitu saja ketika Felicia gagal mendapatkan rasa kasihan dari Adrian.
“Bagus kalo kamu tahu.” Adrian tersenyum kecil melihat Felicia yang cemberut karena gagal untuk membujuk dan merayunya.
Sekarang … hingga entah sampai kapan, Adrian harus membiasakan dirinya untuk hidup bersama dengan Felicia. Adrian harus membiasakan paginya harus berisik dengan ulah Felicia, dari membuka mata hingga sampai ke tempat kerjanya. Adrian juga harus membiasakan dirinya pergi bekerja dengan membawa Felicia di belakangnya dan melihat pakaian warna terang Felicia. Adrian juga harus membiasakan dirinya untuk tetap waspada ketika Felicia bicara dengannya di luar rumahnya. Adrian juga harus membiasakan dirinya dengan keruwetan, kebawelan dan banyak pertanyaan dari Felicia yang mampu membuat telinga Adrian terkadang merasa sakit mendengarnya. Adrian juga harus membiasakan diri tidur bersebelahan dengan Felicia dan kadang-kadang terbangun dengan Felicia yang memeluk tubuhnya.
Banyak hal berubah hanya dengan kedatangan Felicia dalam hidupnya. Dan meski banyak hal yang terkesan menyebalkan, Felicia jadi teman Adrian yang membuat Adrian lupa akan segudang beban hidupnya selama ini.
“Jadi … Nak?? Kamu akan menerima kesepatan dariku??”
Tepat tiga hari setelah kunjungan terakhirnya ke rumah Tuan Gumilar, Adrian datang lagi bersama dengan Felicia untuk menerima kesepakatan mengenai pernikahannya dengan Felicia.
“Ya, Pak. Saya akan membantu Bapak dan anak Bapak-Felicia untuk mendapatkan ketenangan dan segera bereinkarnasi.”
“Terima kasih, terima kasih banyak, Nak.” Tuan Gumilar menggenggam tangan Adrian bak menggenggam tangan penyelamat yang telah menyelamatkan hidupnya dengan tangannya. “Apa yang kamu inginkan sebagai gantinya, Nak??”
Felicia mendekat ke arah Adrian dan memberi saran. “Kenapa kamu nggak minta pengacara untuk membereskan masalah ayahmu itu?? Kalo masalah ibumu, kamu mungkin hanya perlu uang saja. Tapi masalah ayahmu, masalah itu sedikit rumit untuk kamu selesaikan sendiri.”
“Apa boleh??” bisik Adrian.
“Kenapa nggak?? Kamu suamiku! Kamu bisa minta apapun ke ayahku, bagaimana pun dia juga ayah mertuamu kan??” balas Felicia dengan senyum nakalnya.
Adrian menuruti apa yang Felicia sarankan mengenai masalah ayahnya dan juga masalah ibunya. Dan benar saja, Tuan Gumilar hanya tersenyum kecil mendengar penjelasan Adrian mengenai keadaan keluarganya.
“Untuk masalah ibumu, Paman, ah tidak, bagaimana aku harus menyebut diriku?? Apa aku harus membuatmu memanggilku ayah mertua??” Tuan Gumilar merasa bingung dengan situasinya saat ini.
“Paman saja. Saya akan memanggil Bapak dengan Paman.”
“Paman bukan panggilan yang buruk.” Tuan Gumilar mengangguk setuju. “Untuk masalah ibumu, Paman bisa menyelesaikannya dengan mudah. Paman punya kenalan di beberapa rumah sakit dan Paman bisa meminta mereka untuk memindahkan perawatan ibumu untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik. Tapi untuk ayahmu, apa yang kamu inginkan, Nak?”
“Saya inginkan?” Adrian berbalik bertanya karena tidak paham.
“Ya, apa yang kamu inginkan. Paman akan jujur padamu, orang yang terlibat dengan judi cukup sulit untuk membuatnya sadar dan melupakan kebiasaan judinya. Tapi mengingat dulunya ayahmu itu adalah pengusaha yang cukup baik, mungkin ayahmu itu terkena masalah lain saat bersama dengan wanita yang menggodanya.”
“Maksud Paman?” Adrian masih tidak mengerti.
“Mungkin, ini mungkin,” Tuan Gumilar bicara dengan sangat hati-hati.
“Paman bisa bicara dengan santai.”
“Mungkin saja … Ayahmu itu memiliki ketergantungan dengan narkoba dan lainnya yang membuatnya terus berjudi dan berharap mendapatkan banyak uang. Kita bisa tahu setelah memastikannya, Nak. Bagaimana??”
Kenapa aku nggak pernah memikirkan kemungkinan itu? Adrian bertanya pada dirinya sendiri mendengar penjelasan dari Tuan Gumilar-ayah Felicia. Huft!! Adrian membulatkan tekadnya. Bagaimana pun … Adrian ingin ayahnya berhenti mengganggu hidupnya dan hidup ibunya. Adrian juga ingin Ayahnya berhenti membuat tumpukan hutang hanya karena terus berjudi. “Kita bisa menyelidikinya kan, Paman??”
Tuan Gumilar menganggukkan kepalanya. “Bisa. Aku punya orang-orang yang biasanya berurusan dengan masalah seperti ini. Kamu bisa serahkan ini sama Paman.”
“Terima kasih, Paman.”
“Hanya itu saja??” Tuan Gumilar tiba-tiba bertanya kepada Adrian. “Kamu meminta untuk orang lain, bagaimana dengan untukmu sendiri??”
Buk!! Felicia menarik Adrian dan membuat Tuan Gumilar bingung.
“Nak??”
“Begini Paman, anak Paman sedang ingin bicara padaku.” Adrian menjelaskan keadaannya pada Tuan Gumilar sebelum bicara dengan Felicia. “Ada apa??”
“Kamu nggak minta kerjaan atau uang buatmu sendiri? Bukankah aku sudah bilang aku ini harusnya punya warisan yang banyak??” tanya Felicia.
“Nggak perlu. Kalo masalah ayah dan ibuku sudah selesai, aku sudah bisa hidup tenang. Itu sudah cukup.” Adrian tersenyum. Adrian sadar diri, dua permintaannya itu sduah sangat cukup besar. Meminta lebih banyak lagi, hanya akan membuat dirinya terlihat serakah dan mata duitan. “Kamu sendiri?? Apa kamu ingin melakukan sesuatu mumpung di sini??”
“Ibuku. Aku ingin bertemu dan melihat ibuku. Boleh??” tanya Felicia.
“Tentu saja boleh.” Adrian mengerlingkan matanya ke arah Felicia sebelum kembali melihat ke arah Tuan Gumilar yang penasaran dan dengan sabar menunggunya. “Paman??”
“Ya, Nak.”
“Bisa saya bertemu dengan Ibu Felicia?? Felicia bilang dia ingin melihat dan ketemu dengan ibunya.”
Tuan Gumilar tiba-tiba tersenyum senang mendengar pertanyaan dari Adrian. “Tentu, Nak. Tentu. Ikuti Paman, Nak.”
Tuan Gumilar bangkit dari duduknya dan berjalan masuk ke dalam rumahnya. Adrian mengikuti Tuan Gumilar dengan Felicia yang berjalan di sampingnya dan menggandeng tangan Adrian.
“Kenapa??” bisik Adrian.
“Aku gugup.”
“Gugup?? Kenapa gugup??” tanya Adrian bingung.
“Aku sudah lama tidak bertemu ibuku dan aku mulai lupa wajah ibuku.”
Adrian yang tadinya enggan dengan genggaman tangan Felicia, kemudian menggenggam erat tangan Felicia dengan harapan mengusir rasa gugup Felicia dan membuatnya merasa tenang. Ini untuk bayaran waktu itu karena kamu mengatakan kalimat yang selama ini ingin aku dengar< Feli.
“Kamu sudah melakukan yang terbaik, Adrian! Kamu sudah bertahan dengan baik!! Dan kamu sudah tumbuh jadi pria yang baik di tengah masalah keluargamu!! Aku bangga bertemu denganmu dan jadi istrimu!! Kamu hebat, Adrian!!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments