“Kukira kemarin kamu sudah setuju mau mengambil tawaran ayahku, kenapa tidak langsung ke sana dan menerima tawaran itu??” Felicia mengomel ketika Adrian tidak mampir ke rumah keluarganya dan justru datang ke rumah sakit. “Dan lagi, kenapa kita ke rumah sakit? Siapa yang sakit??”
“Ayahmu memberi waktu tiga hari. Aku akan datang ke sana tepat di hari terakhir. Kalo aku datang ke sana, ayahmu akan mengira aku ini mata duitan dan hanya memanfaatkanmu saja untuk mencari kekayaan. Apa kamu nggak tahu prinsip tawar menawar dan membuat kesepakatan??” Adrian menjawab dengan lirih sembari terus berjalan memasuki rumah sakit di mana ibunya dirawat dan menyapa perawat yang bertugas. “Selamat sore.” Karena Ibu Adrian sudah lebih dari dua tahun menajalani perawatan di rumah sakit ini, para perawat sudah sangat mengenal Adrian.
“Maaf saja! Karena aku mati terlalu muda, aku nggak tahu prinsip yang kamu bicarakan!”
“Kalo gitu anggap saja sebagai pelajaran untukmu, Feli!!” Setelah melewati lorong yang panjang dengan beberapa pintu kamar, Adrian menghentikan langkahnya di depan kamar ibunya dan bersiap untuk membuka pintu kamar ibunya. Sebelum masuk ke dalam ruang perawatan ibunya, Adrian memberi peringatan kepada Felicia. “Nanti kamu pasti akan punya banyak pertanyaan, aku nggak bisa jawab langsung. Aku akan menjawabnya setelah keluar dari kamar ini. Paham??”
Felicia menganggukkan kepalanya. “Paham.”
“Bagus.” Adrian mengangkat tangannya dan membelai rambut Felicia.
Tentu saja tindakan itu membuat Felicia merasa senang dan mengira jika Adrian sudah menerimanya menjadi istrinya. “Kamu sudah nerima aku jadi istrimu??”
“Nggak!” Adrian yang tadinya berniat membuka pintu kamar rawat ibunya, langsung menghentikan niatnya ketika mendengar pertanyaan Felicia.
“Kalo gitu itu tadi buat apa??” tanya Felicia lagi.
“Feli, guguguk!!”
Sreett!! Tepat sebelum Felicia mengeluarkan jurus seribu kata omelannya, Adrian langsung membuka pintu kamar ibunya dan menyapa ibunya. “Ibu, aku datang.” Berkat itu … Adrian berhasil menyelamatkan telinganya dari jurus omelan Felicia karena Adrian akan bersikap seolah tidak mendengar Felicia jika dirinya bicara atau bertanya.
“Gimana kabar Ibu??” Adrian memeluk ibunya, setelah meletakkan bungkusan yang berisi jeruk untuk ibunya.
“Baik, Nak. Kamu sendiri bagaimana, Nak?? Kerjaanmu??”
Adrian tersenyum sembari duduk dan mulai mengupas jeruk untuk ibunya. “Baik-baik saja, Bu.”
“Berapa hari ini cuaca di luar sangat panas, Adrian. Matahari sangat terik dan udara sangat kering. Kamu kerja jadi kurir pasti cukup berat karena sebelumnya kamu kerja kantoran.”
Adrian menyodorkan jeruk yang sudah dikupasnya ke meja lipat di atas ranjang ibunya. “Memang cukup lelah. Tapi yang namanya kerja memang tidak ada yang mudah kan, Bu! Aku sudah lama kerja di dalma ruangan, nggak ada salahhya menikmati kerja lapangan selama beberapa waktu.”
“Kamu nggak mau cari kerja lain, Adrian??” Ibu Adrian bicara sembari memakan jeruk yang Adrian kupas. “Umurmu sudah 28 tahun ini. Kalo kamu terus kerja sebagai kurir, Ibu takut kamu nggak bakalan punya istri.”
Mendengar kekhawatiran Ibu Adrian, Felicia yang tadinya duduk diam di samping jendela dekat ranjang Ibu Adrian langsung mendekat. Sembari menunjuk dirinya sendiri, Felicia bicara membanggakan dirinya sendiri. “Aku, aku!! Aku istrinya! Aku cantik dan kaya raya, Tante!! Anak Tante beruntung bisa menikah denganku!! Ahh … apa aku harusnya memanggil Tante dengan Ibu mertua??”
Huft!! Adrian menghela napas sembari berusaha mengabaikan ucapan Felicia. Percuma kamu membanggakan dirimu, Feli! Ibuku tidak bisa melihat dan mendengarmu!! Bahkan untuk menilai kamu cantik saja, Ibuku tidak akan bisa!!
“Adrian!!” panggil Felicia.
Adrian melirik ke arah Felicia dan memberikan isyarat dengan tatapan matanya. Apa??
“Aku juga ingin jeruknya.”
Huft!! Adrian menghela napas lagi sembari menganggukkan kepalanya sedikit sebagai tanda untuk Felicia bahwa dirinya paham. Hantu juga ingin makan jeruk?? Baru kali ini aku lihat hantu kayak dia!! Adrian terus mengupas jeruk hingga lupa menjawab pertanyaan ibunya.
“Nak?? Apa kamu dengar, Ibu??”
“Eh??” Adrian tersentak karena terlalu sibuk memperhatikan Felicia dan membuat penilaian mengenai hantu wanita masuk yang kini terikat dengannya. “Ya, Bu??”
“Nak … kamu nggak pengen cari kerja yang lain supaya kamu bisa dapat istri nantinya??” Ibu Adrian mengulangi pertanyaannya untuk Adrian.
“Adrian cari kok, Bu. Sambal kerja, Adrian juga cari kerjaan lain kok, Bu. Ibu tenang saja.”
“Baguslah kalo gitu. Ibu cuma khawatir saja.”
Adrian tersenyum membalas ibunya sembari terus mengupas jeruk. Meski tersenyum melihat ibunya, mata Adrian terus melihat ke arah Felicia yang berdiri di depan ibunya dan berusaha memamerkan dirinya sebagai istri dari Adrian. Bahkan Felicia menjelaskan betapa besarnya rumah milik keluarganya untuk meyakinkan ibu Adrian bahwa Adrian akan hidup enak nantinya sebagai suami Felicia.
Dasar hantu aneh!! Adrian bicara dalam benaknya melihat kelakuan Felicia. Kalo dipikir-pikir Feli memang aneh. Kalo biasanya hantu yang kau lihat dalam film selalu mengenakan baju seperti daster dengan warna putih bulak dan kotor karena tanah, tapi Feli beda. Sudah berapa hari ini … penampilan Feli sedikit beda. Kemarin pake baju serba pink bak barbie, bahkan ketika duduk di motor untuk ikut mengantar paket Feli bawa payung warna pink. Sekarang dia pake baju serba kuning yang mirip dengan petugas pengangkut sampah. Trus besok dia bakal pake baju warna apa lagi??
“Kenapa lihat aku?? Tertarik denganku?? Apa baru sadar kalo aku ini cantik??” tanya Felicia dengan memasang wajahnya yang sok manis.
Tidak seperti di rumah di mana Adrian bisa bicara dan berdebat dengan bebas dengan Felicia, ketika berada di tempat umum Adrian hanya bisa menggunakan isyarat ketika terpaksa bicara dengan Felicia, seperti anggukan atau gelengan kepala. Dan tentu saja jawaban untuk pertanyaan Felicia itu adalah gelengan kepala yang berarti tidak.
“Jeruknya manis??” tanya Felicia lagi.
Sembari berbincang dengan Ibunya, Adrian menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan dari Felicia.
“Ehm, makan lebih banyak lagi. Kalo kamu makan banyak, aku juga bisa merasakan rasanya.” Felicia meminta permintaan aneh kepada Adrian.
Hantu yang merepotkan. Adrian mengeluh mendengar permintaan Felicia tapi … Adrian tetap melakukan apa yang Felicia minta karena dengan melakukannya, Felicia akan berhenti merengek.
Felicia berjalan mendekat ke arah Adrian dan membuat Adrian langsung memasang sikap waspadanya. Apa maumu, huh?? Tapi Felicia mendekat untuk memperhatikan jeruk di tangan Adrian. Huft!! Adrian merasa lega karena Felicia hanya penasaran dengan jeruk di tangannya. Tapi …
Cup!
Felicia dengan gerak cepat langsung mengecup bibir Adrian dan membuat Adrian membeku hingga jeruk di tangannya terjatuh ke lantai.
“Adrian?? Kenapa kamu?” tanya Ibu Adrian.
“A-aku n-nggak papa, Bu!!” Adrian membungkuk mengambil jeruk yang terjatuh di lantai sembari mengusap bibirnya yang gagal diselamatkannya untuk kedua kalinya. Sial!! Hantu sialan!!
“Yey!!! Ibu mertua lihat!! Aku baru saja mencium anakmu ini!! Anakmu malu-malu, Ibu mertua!!” Tidak seperti Adrian yang sempat membeku karena kaget, Felicia justru membanggakan dirinya karena berhasil mencuri ciuman kecil dari Adrian.
“Kamu yakin, Nak??” Ibu Adrian bertanya dengan cemas. “Sepertinya kamu lelah!! Lebih baik kamu pulang dan istirahat, Nak!!”
“Y-ya, Bu. Setelah ini, Adrian pulang kok, Bu!” Adrian berusaha memasang senyuman ke arah ibunya meski dalam hatinya … Adrian ingin sekali membunuh Felicia karena berani-berani mencuri ciuman darinya.
“Jangan marah, Adrian! Aku menciummu untuk merasakan rasa jeruknya dan ternyata rasanya manis.”
Huft!! Adrian menghela napas panjang sembari bicara dalam benaknya. Sabar, sabar, Adrian!! Sabar, sabar!! Tapi usaha Adrian untuk menahan dirinya tidak berhasil. Jadi Adrian melayangkan tangannya seolah sedang mengusir lalat dan memukul kepala Felicia yang berada di dekatnya.
“Kenapa, Adrian?” tanya Ibu Adrian.
“Kayaknya ada lalat, Bu.” Adrian memasang senyumnya kali ini merasa puas.
“Adrian kamu kok tega sih?? Padahal aku ngasih ciuman, tapi kok balasnya dengan pukulan dan bukan dengan ciuman juga sih??”
Aku ingin sekali membunuh hantu wanita ini sekarang juga!!! Adrian bicara dalam benaknya menahan amarahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments