WANITA ASING

            “Kenapa kamu datang lagi, Nak??” Ibu Adrian bertanya kepada Adrian setelah tiga hari ini Adrian terus datang mengunjunginya.

            “Adrian dapat rejeki, Bu.” Adrian tersenyum sembari membelikan beberapa makanan kesukaan Ibu Adrian: buah dan cake pandan.

            “Rejeki dari mana, Nak??” Ibu Adrian melihat Adrian dengan tatapan heran. “Kamu tidak meniru ayahmu dengan bermain judi kan??”

            Adrian langsung menggelengkan kepalanya. “Nggaklah, Bu. Apa yang Ayah lakukan sudah jadi pelajaran berharga buat Adrian. Judi itu bukan jalan keluar tapi cari masalah yang lain!!”

            “Baguslah kalo kamu tahu, Nak!” Ibu Adrian tersenyum mendengar jawaban Adrian. “Trus kamu dapat dari mana uang hari ini??”

            “Adrian bertemu dengan baik. Kebetulan Adrian menemukan barang orang itu dan Adrian dapat bayaran untuk itu.” Adrian bicara dengan senyum cerahnya sembari memotong cake pandan untuk ibunya dan menyuapi ibunya. Karena strok yang dialaminya, setengah tubuh bagian kanan Ibu Adrian mengalami kelumpuhan. Strok itu harusnya bisa sembuh setelah pengobatan, tapi beberapa kali Ayah Adrian datang mengacau di rumah sakit dan membuat ibunya terkena serangan strok beberapa kali.

            Belajar dari pengalaman itu, Adrian kemudian memindahkan ibunya ke rumah sakit yang jauh dan menyembunyikan keberadaan ibunya dari ayahnya agar ibunya bisa kembali seperti dulu lagi.

            “Ini enak.” Ibu Adrian mengunyah cake pandan yang lembut dan tersenyum setelah meraasakan rasanya.

            “Syukur Ibu suka. Kebetulan toko langganan yang jual cake ini tutup. Jadi Adrian mencari toko lain.”

            “Ini enak kok, Nak. Kamu juga makan, jangan cuma Ibu saja!”

            “Ya, Bu.” Adrian mengambil satu sendok kecil untuk dirinya sendiri dan merasakan cake kesukaan ibunya itu.

            “Enak kan, Nak??”

            “Ya, Bu. Ini enak.”

            “Omong-omong, Nak. Ayahmu bagaimana kabarnya? Sudah lama Ibu tidak mendengar kamu cerita tentang Ayahmu??”

            “Soal itu … mungkin Ayah sudah menemukan tempat judi lainnya dan pergi entah ke mana. Ibu tak perlu memikirkan Ayah! Ibu fokus pada pengobatan Ibu saja. Ayah saja sudah tak lagi memikirkan Ibu, jadi Ibu tak perlu memikirkan Ayah juga!!”

            “Nak, mau gimana pun Ayahmu itu tetap Ayahmu.”

            Huft!!! Adrian meletakkan piring kecil yang berisi cake pandan di meja di ranjang Ibunya. Adrian yang berusaha menahan amarahnya, berpamitan kepada ibunya untuk pulang.

            Broom, broom! Dengan motor matiknya yang pembayarannya baru dilunasi beberapa bulan lalu, Adrian berkendara ke rumahnya yang sederhana. Dalam perjalanan pulang, Adrian terus mengomel dalam benaknya ketika teringat dengan ibunya yang masih terus mengkhawatirkan suami yang bahkan sudah tak layak untuk disebut dengan suami.

            Aku harap orang itu mati entah di mana!!

            Setidaknya jika dia mati, beban hidupku yang paling besar ini bisa menghilang!!

            Huft!! Begitu tiba di rumahnya yang sederhana, Adrian langsung membersihkan dirinya. Beberapa kali … Adrian memasukkan kepalanya ke dalam wastafel yang penuh dengan air hanya untuk mendinginkan kepalanya yang kesal karena ibunya.

            Buk, buk!!

            “Adrian!!! Ini Ayah!! Buka pintunya!!! Ayah butuh uang!!!”

            Baru saja Adrian mendinginkan kepalanya, Ayah Adrian-Kuswan datang ke rumahnya dan membuat keributan di depan rumahnya. Dari pengalaman Adrian selama ini menghadapi ayahnya yang suka datang meneror, begitu pulang dari kerja Adrian akan memasukkan motor ke dalam rumahnya, mengunci pintu dengan rapat dan sebisa mungkin tidak menyalakan lampu rumahnya seolah Adrian belum pulang. Awalnya Adrian merasa sedikit terganggu karena harus melakukan hal itu di rumahnya sendiri. Tapi berkat itu, Adrian bisa menghemat biaya listrik.

            Klik. Adrian menyalakan ponselnya yang terhubung dengan earphonenya dan mulai memakan makan malam yang sedikit lebih mewah dari biasanya: nasi goreng.

            Setidaknya malam ini, aku makan lebih enak dari kemarin! Adrian melahap makanannya dengan senyum kecil di bibirnya sembari mendengarkan film yang ditontonnya secara online.

            Buk, buk!!

            “Adrian!! Buka pintunya!! Ayah ada di rumah!! Ayah butuh uang!! Kamu tega dengan ayahmu ini, huh?? Kamu memang anak ndak tahu diuntung!!!!”

            Suara keras teriakan Ayah Adrian bersama dengan tendangan di pintu rumahnya tak lagi terdengar karena suara film yang ditelinganya dan perasaan senang Adrian yang bisa memakan makanan sedikit mewah hari ini.

            *

            Krikk, krrikkk!!

            Meski berada di kawasan yang padat penduduk dengan rumah yang berdempetan, di malam hari sering terdengar suara jangkrik mengkerik karena tak jauh dari rumah Adrian ada penjual jangkrik. Suara-suara jangkrik itu sudah biasa didengar Adrian dan jadi teman yang menemani malam Adrian. Di rumah lamanya dulu, Adrian juga sering mendengar suara jangkrik mengkerik di malam hari karena rumahnya memiliki kebun kecil yang dirawat oleh Ibu Adrian.

            Wusshhh!!

            Biasanya Adrian akan menyalakan kipas angin karena kawasan padat penduduk memiliki sirkulasi udara yang kurang baik. Tapi sejak tiba tadi, Adrian merasa hawa di rumahnya lebih dingin dari biasanya. Karena itu … Adrian tidak menyalakan kipas angin.

            Wushh!!!

            Hanya saja semakin malam, hawa dingin itu semakin terasa menusuk dan membuat Adrian beberapa kali merinding. Tapi … Adrian mengabaikan perasaan itu dan terus memejamkan matanya berusaha untuk tidur.

            Wushhh!!

            Kenapa ini? Tiba-tiba merinding gini. Adrian merapatkan selimut yang menutupi wajahnya dan berusaha untuk terus tidur. Tidur, tidur, Adrian!! Besok kamu masih punya pekerjaan yang menunggumu!! Adrian berusaha untuk terus tidur sembari berbicara dengan benaknya.

            Wusshhhh!!

            Tapi angin dingin yang terus berembus itu membuat usaha Adrian gagal lagi dan lagi. alhasil Adrian yang masih berusaha untuk terus tidur menggunakan cara terakhir untuk bisa tidur.

            “Satu domba melompat, dua domba melompat, tiga domba melompat, empat domba melompat … “ Adrian menggunakan cara terakhir yang dulu ibunya sering minta Adrian lakukan ketika Adrian kecil tidak bisa tidur di malam hari. “ … Tiga puluh domba melompat, tiga puluh satu domba melompat.”

            “Tiga puluh dua domba melompat.”

            “Tiga puluh tiga domba melompat, tiga puluh empat-“ Adrian membeku sejenak karena menyadari ada yang bicara dan menyela satu hitungan miliknya.

            “A-dri-aaannn!!!”

            Adrian membuka selimut yang menutupi seluruh tubuh dan wajahnya dan … “Akhhhhhhh!!!!!!!” Adrian berteriak kencang mendapati seorang wanita berdiri di ranjang.

            “Adriaaann sayangku!!”

            Belum cukup rasa kaget Adrian dengan keberadaan wanita asing di rumah kecilnya, wanita itu langsung melompat ke arah Adrian yang masih dalam posisi antara duduk dan tidur, dan memeluk Adrian.

            “Akkhhh!!!! Lepaskan aku!!”  Adrian berusaha melepaskan pelukan dari wanita asing itu. “Lepaskan aku!! Hei, lepaskan aku!!”

            “Tidak mau!! Akhirnya aku punya suami setampan dirimu tentu saja aku harus memelukmu erat seperti ini!!”

            “Suami??” Adrian sekali lagi berusaha melepaskan pelukan erat wanita asing itu dan begitu berhasil, Adrian langsung melompat turun dari ranjang dan mengambil kursi yang berada di dekat ranjangnya. “Jangan mendekat!! Bagaimana kamu masuk??”

            “Aku bisa masuk dari mana saja. Kamu akan kaget jika bisa melihatku melakukannya!!”

            “Maksudnya??” Adrian yang masih bersikap waspada, memeriksa jendela kamarnya dan keluar dari kamarnya untuk memeriksa pintu dan jendelanya yang lain. Pintu dan semua jendela terkunci dengan rapat! Bagaimana wanita ini bisa masuk??

            Hup! Adrian yang sempat kehilangan sikap waspadanya, kembali dipeluk erat lagi oleh wanita asing itu.

            “Suamiku!!”

            “Siapa yang suamimu??? Aku bukan suamimu, Mbak!!” Sekali lagi Adrian berusaha untuk melepaskan pelukan dari wanita itu di tubuhnya.

            “Kamu suamiku. Gelang merah itu adalah tanda kalo kamu adalah suamiku!!”

            “Gelang merah??” Adrian yang tadi berusaha melepaskan pelukannya langsung melihat gelang merah pemberian Tuan Gumilar siang tadi padanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!