Setelah cukup lama berbincang dengan Nenek Dayu, Felicia akhirnya membuka matanya. Nenek Dayu menyapa Felicia dengan sapaan hangatnya, hanya saja … Felicia membalas sapaan itu tatapan sengit sembari langsung merangkul lengan Adrian seolah tidak mau kehilangan Adrian.
“Sebagai hantu, kamu cukup posesif sekali, Nona Felicia.” Nenek Dayu hanya bisa memberikan komentar itu kepada Felicia ketika melihat sikapnya kepada Adrian.
Dia juga mesum, Nek! Andai aku bisa mengatakannya juga!! Adrian bicara di dalam benaknnya memberikan keluhannya mengenai sikap Felicia selama tinggal bersama dengannya.
“Nenek tidak akan mengambil suamiku kan??” Felicia masih memandang sengit ke arah Nenek Dayu.
“Ha ha ha!” Mendengar ucapan dari Felicia, tentu saja Nenek Dayu akan tertawa keras. “Tenang saja, Nona. Saya sadar diri kalo umur saya ini sudah tua, Nona.”
Adrian melepaskan lengannya yang dirangkul oleh Felicia. “Lagian … apa yang ada di pikiranmu sampe bicara kayak gitu, huh?”
Felicia menarik lengan Adrian lagi dan kali ini lebih erat merangkulnya. “Habis … tadi kamu bicara sama Nenek itu begitu intens loh! Aku kan cemburu!!”
What??? Napas Adrian langsung tercekat beberapa detik karena tidak percaya dengan apa yang didengarnya dari mulut Felicia. “He he he!!” Adrian terkekeh sembari menggelengkan kepalanya. “Aku penasaran apa yang ada di otakmu sampai kamu bisa mikir gitu, Feli?? Jelas-jelas aku dan Nenek sedang membicarakanmu karena kamu tadi tiba-tiba jatuh dan nggak sadarkan diri!!”
“Beneran??” Felicia masih tidak percaya.
“Kalo nggak percaya ya sudah!! Aku nggak mau repot-repot menjelaskan sesuatu sama orang yang nggak mau percaya!!” Adrian yang tahu benar sifat Felicia, sengaja memberikan jawaban itu dan benar saja … Felicia langsung percaya dengan Adrian.
“Aku percaya kok, Adrian! Aku percaya!”
“Bagus!” Adrian merasa lega karena trik kecilnya itu berhasil.
“Tapi … “
“Tapi a-“
Belum selesai Adrian menyelesaikan pertanyaannya, tangan lain Felicia bergerak dengan cepat menarik tengkuk belakang Adrian untuk mendekat ke arahnya. Cup! Dalam jeda singkat itu, Felicia mencuri lagi ciuman kecil Adrian.
“Nah … dengan begini aku percaya.” Felicia bicara dengan senyum puas sembari menatap ke arah Nenek Dayu.
“Feli, kamu!!” Adrian berteriak dan langsung melompat mundur menjauh dari Felicia sembari menutup mulutnya. “Sudah kubilang jangan gitu lagi!! Kamu mesum sekali, Feli!!”
“Ciuman itu adalah tanda kamu punya aku, Adrian!! Aku kan cuma mau ngasih tahu ke nenek ini kalo kamu punya aku!!” Felicia bicara dengan senyum puasnya.
Brakkk!!
Pintu kamar Felicia tiba-tiba terbuka dengan sedikit kencang. Tuan Gumilar dan Eric-kakak Felicia muncul dengan wajah murka melihat ke arah Adrian.
“Beraninya kamu memanggil anakku dengan panggilan mesum, Nak??” ujar Tuan Gumilar.
“Kamu sepertinya sudah tidak sayang nyawamu! Beraninya kamu menyebut adikku dengan panggilan mesum!!!” ujar Eric.
Melihat dua pria keluarga Felicia bersiap untuk menghajarnya, Adrian menelan ludahnya sembari benaknnya terus mengulang-ulang kata ‘sial’. Tapi Felicia yang sadar dengan apa yang akan menimpa Adrian, langsung berdiri di depan Adrian dan bersiap untuk jadi pelindung Adrian jika ayah dan kakaknya benar-benar akan memukul Adrian.
“Ha ha ha ha!!” Tawa kencang dari Nenek Dayu berhasil memecah ketegangan yang terjadi karena Felicia tiba-tiba mencium Adrian. “Jangan pukul anak muda itu, Tuan Gumilar dan Tuan Eric!!”
“Kenapa aku tidak boleh melakukannya?? Dia baru saja mengatakan jika putriku dengan sebutan mesum!!” Tuan Gumilar yang masih geram, bertanya mewakili Eric.
“Kalo Tuan memukul Adrian, Tuan akan membuat putri Tuan merasakan sakit yang diterima Adrian. Gelang merah yang mereka gunakan membuat Nona Felicia merasakan apapun yang dirasakan oleh Adrian sebagai ganti pernikahan mereka!” Nenek Dayu menjelaskan. “Kalo Tuan benar-benar menyayangi putri Tuan, lakukan apa yang aku minta, Tuan. Jangan pernah sakiti Adrian kalo tidak ingin menyakiti Nona Felicia!!”
“Tapi dia-“ Kali ini Eric yang angkat bicara, karena masih tidak terima.
“Tuan Eric, Adrian tidak salah sama sekali!! Adrian teriak begitu karena Nona Felicia tiba-tiba menciumnya ketika berada di depanku dan membuat Adrian kaget. Dan sepertinya Nona Felicia sering melakukan hal ini pada Adrian hingga Adrian terlihat cukup marah tadi!”
Adrian menganggukkan kepalanya. “Y-ya.”
“Eli melakukannya?” tanya Tuan Gumilar.
“Saya sudah melihatnya sendiri, Tuan. Nona Felicia sepertinya cukup posesif dengan suaminya ini, mungkin karena Adrian adalah manusia pertama selain kami-paranormal yang bisa melihat dan bicara dengannya.”
Tuan Gumilar menggelengkan kepalanya tidak percaya sementara Eric memandang sengit ke arah Adrian setelah mendengar penjelasan dari Nenek Dayu.
Tatapan itu … kenapa aku merasa tatapan itu adalah tatapan sengit yang melihatku sebagai musuhnya?? Adrian merasa tatapan Eric padanya lebih dari sekedar tatapan marah seorang kakak.
“Kenapa, Adrian??” tanya Felicia.
“Bukan apa-apa!!” Adrian tidak mengatakannya karena apa yang dirasakannya sekarang terhadap Eric hanyalah perasaannya. Mungkin … cuma perasaanku saja!!
Berkat bantuan dari Nenek Dayu, Adrian dapat menyelamatkan bukan hanya satu nyawa tapi dua nyawanya dari pukulan yang mungkin diterimanya dari Tuan Gumilar dan anak angkatnya-Eric.
“Bawa ini, Nak!”
Tepat sebelum pergi dari rumah keluarga Felicia, Tuan Gumilar memberikan kartu kredit hitam kepada Adrian.
“I-ini buat apa, Pak?” tanya Adrian tidak mengerti.
“Jangan bilang kamu nggak tahu??” kata Felicia yang terus menempel dengan Adrian.
“Aku memang nggak tahu makanya aku bertanya.” Adrian menjawab pertanyaan Felicia tidak lagi dengan lirih karena Tuan Gumilar dan Eric tahu jika Felicia akan selalu berada di dekat Adrian.
“Itu black card-kartu kredit tanpa batas limit.” Felicia dan Tuan Gumilar memberikan jawaban yang sama.
Dan jawaban itu membuat tangan Adrian yang menerima kartu kredit berwarna hitam itu langsung gemetar, karena kaget. Ini black card milik orang kaya?? Walah-walahh!! Mimpi apa aku semalam sampai bisa megang kartu ini?? Merasa tidak pantas untuk menerimanya, Adrian buru-buru langsung mengembalikan kartu itu kepada Tuan Gumilar. “Sa-saya ti-tidak bisa menerimanya, Pak.”
“Bawa saja, Nak.” Tuan Gumilar memberikan lagu black card yang sempat dikembalikan oleh Adrian. “Mendengar rencanamu untuk membantu Eli, Paman hanya bisa membantumu dengan ini. Seharusnya apa yang kamu lakukan menjadi tugas Paman, tapi apa daya Eli terikat denganmu dan bukan dengan Paman. Jadi Paman hanya bisa menunggu kabar darimu sembari menjaga Ibu Eli.”
Tangan Adrian masih gemetar memegang black card itu. “Tapi, Pak! Ini terlalu!”
“Bawa saja!” Kali ini Eric yang bicara pada Adrian. “Black card itu awalnya akan diberikan Ayah kepada Feli. Sayangnya Feli lebih dulu meninggal. Kalo kamu benar-benar bersama dengan Feli, dia pasti akan memberitahukan sandi dari black card itu padamu agar kamu bisa menggunakannya.”
“Sandi??” Adrian melirik ke arah Felicia di sampingnya.
“Sandinya adalah tanggal ulang tahunku.”
Srett. Felicia menarik lengan baju Adrian dan membuat Adrian yang bingung, semakin bingung. “Apa??”
“Aku tahu sandinya. Aku ingat ulang tahun kakakku.”
“Kamu ingat??”
“Ya.” Felicia menganggukkan kepalanya.
“Sepertinya Feli tidak kehilangan semua ingatannya selama hidup,” ujar Eric.
Adrian menganggukkan kepalanya. “Beberapa hal bisa diingatnya. Hanya saja … lebih banyak tidak ingat. Feli bahkan sempat lupa dengan rumahnya dan betapa besarnya rumah ini. Feli juga sempat lupa dengan kalian.”
Eric tersenyum kecil melihat ke arah samping Adrian seolah bisa melihat Felicia yang sedang berdiri di samping Adrian. “Cepat selesaikan masalahmu dan bantu ibu pulang, Feli. Kami semua berharap kamu tak lagi bergentayangan dan cepat berenkarnasi.”
Adrian melihat ke arah Felicia dan menggantikan Felicia untuk berbicara dengan kakaknya. “Ya, kata Feli. Satu lagi, Feli ingin mengatakan sesuatu padamu, Tu-an Eric.”
“Panggil Eric saja.” Tatapan sengit yang tadi Eric arahkan pada Adrian kini sudah berubah menjadi sedikit lebih lembut. “Apa yang ingin Feli katakan??”
“Maaf, Kak. Maaf karena aku tidak bisa menepati janjiku untuk melihatmu menikah dan membiarkanmu melihatku menikah.”
“Ya, aku tahu. Aku paham keadaannya, Feli. Kamu tidak perlu cemas soal janji itu.”
Setelah itu Adrian pergi dengan Felicia yang terus menangis karena teringat akan janjinya dengan Eric yang dibuatnya beberapa tahun lalu. Tepat sebelum pergi meninggalkan rumah keluarga Felicia, Adrian sedikit menoleh ke belakang dan melihat sesuatu berkilau di wajah Eric dan Tuan Gumilar.
Kematian gadis ini … Adrian berjalan menatap langsat membiarkan Felicia terus menangis hingga puas. Kematian gadis ini sepertinya sudah menghancurkan kebahagiaan orang banyak. Adrian masih memandang langit sembari membayangkan keluarga Felicia di mana Felicia masih hidup. Adrian membuat senyuman kecil melihat bayangan itu . Harusnya mereka bisa bahagia kalo bukan karena kecelakaan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments