Episode.18

Gus Ilham sudah menjelaskan semuanya di depan orang tua Ning Aisyah jika ia dan Arsyila tidak memiliki hubungan. Yang Umi Khadijah lihat tadi hanya kesalah pahaman. Begitu juga dengan Arsyila atau pun Ning Aisyah yang ikut menjelaskan. Jadi, diantara mereka sudah tidak ada kesalah pahaman lagi.

“Maafkan Umi ya, Arsyila. Umi sudah menuduhmu yang tidak-tidak,” tutur Umi Khadijah kepada Arsyila.

“Saya sudah memaafkannya, Umi. Saya juga minta maaf karena lancang masuk ke rumah Umi untuk mengambil obat merah. Tadi saya sudah ucapkan salam tapi tidak ada yang menjawab. Karena terdesak jadi saya langsung masuk saja,” ucap Arsyila.

“Iya, Nak. Tidak apa-apa kok.”

Setelah kesalah pahaman itu selesai, kini Arsyila berpamitan pergi ke kampus. Apalagi sebentar lagi kelasnya akan mulai. Sesampainya di kampus Arsyila langsung di tanyai berbagai pertanyaan oleh Fatimah, karena tidak biasanya sampainya telat. Padahal tadi Arsyila berangkat duluan darinya.

“Kamu kemana saja sih, Cil? Apa kamu habis pacaran dulu sama Adam? Tidak biasanya kamu telat masuk gini. Ini ....” Fatimah menghentikan perkataannya karena Arsyila memotong ucapannya.

“Nanti saja tanya nya kalau istirahat. Itu dosen sudah datang,” kata Arsyila sambil menunjuk ke arah luar. Ia melihat dosen yang sedang berdiri di depan kelas sambil mengobrol dengan dosen lain.

“Iya iya.” Fatimah mencebikkan bibirnya.

Setelah jam pelajaran selesai, Arsyila dan Fatimah memilih di kelas saja. Mereka sengaja tak pergi ke kantin, kebetulan tadi pagi Fatimah sudah membeli dua potong roti untuk mereka berdua.

“Jadi gimana ceritanya tadi pagi kamu datang terlambat, Cil?” tanya Fatimah.

“Jagi gini .... “Arsyila mulai menceritakan semuanya. Fatimah tampak menganggukkan kepala sambil mendengarkan.

“Wah kebetulan yang luar biasa itu. Bagaimana rasanya di peluk Gus Ilham?” tanya Fatimah yang berniat menggoda Arsyila.

“Kamu apa-apaan sih malah nanya gitu? Tadi kan sudah di jelaskan kalau itu hanya ke tidak sengajaan,” ujar Arsyila.

“Iya maaf, aku hanya becanda kok nanya gitu,” kata Fatimah. “Lebih baik kita makan roti dulu yuk buat mengganjal perut.” Fatimah mengambil roti dan juga botol aqua dari dalam tasnya.

Selama tinggal di pesantren Arsyila hidup dalam kesederhanaan. Ia jarang makan di kantin seperti teman-teman kampusnya. Ia lebih suka berhemat, lagian siangnya juga dapat jatah makan di pesantren. Paling hanya satu botol air aqua saja sudah cukup. Ia memang lebih sering berpuasa.

....

....

Saat pulang kuliah, Arsyila di hampiri oleh Adam. Untung ada Fatimah di antara mereka, jadi mereka tidak dikira sedang pacaran. Mereka berbicara di depan kampus, terlihat oleh mahasiswa yang hendak pulang.

“Assalamu’alaikum, bidadariku,” ucap Adam kepada Arsyila.

“Waalaikum’salam,” ucap Arsyila.

“Calon imam,” sahut Fatimah menambahkan.

Arsyila menyenggol bahu Fatimah seolah memberikan kode agar Fatimah jangan berbuat macam-macam. Sedangkan Adam tampak tersenyum melihat Arsyila malu-malu. Sepertinya perkataan Fatimah tadi membuatnya salah tingkah.

“Aku hanya mau memberikan ini.” Adam memberikan sebuah paper bag berukuran kecil kepada Arsyila.

Arsyila menerimanya,” Terima kasih,” ucapnya sambil tersenyum.

“Sama-sama, kalau begitu aku permisi dulu ya. Assalamu’alaikum,” ucap Adam.

“Waalaikum’salam,” jawab Arsyila.

Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang melihat kebersamaan mereka. Wanita itu terlihat tak suka. Lalu bergegas pergi setelah melihat Adam pergi.

Sepanjang jalan Fatimah selalu menggoda Arsyila. Sedangkan Arsyila hanya diam. Ia malas meladeni sahabatnya yang comel itu.

Sesampainya di kamar Arsyila membuka paper bag pemberian Adam. Ternyata di dalamnya sebuah tasbih berwarna putih yang terlihat sangat bagus. Arsyila langsung menyukainya. Lalu Arsyila mengambil sepucuk surat yang ada disana. Arsyila mengabaikan Fatimah yang terus mengganggunya. Ia hanya fokus membaca kata demi kata di dalam surat itu.

Untuk masa depanku, Arsyila

Assalamu’alaikum, bidadariku.

Mungkin aku bukan lelaki romantis yang pandai mengungkapkan perasaan. Tetapi aku serius dengan ucapanku untuk melamarmu saat nanti jika kedua orang tuaku pulang dari luar negeri. Aku sudah berusaha berubah agar pantas bersanding denganmu. Tolong tunggu aku sampai saat itu tiba. Jangan memberikan kesempatan kepada lelaki lain. Hanya aku yang boleh memilikimu.

Love you so much bidadariku😘😘😘

^^^Dari calon imam

^^^

^^^Adam^^^

^^^

^^^

Arsyila terlihat begitu senang. Ia menyimpan surat itu begitu juga dengan tasbihnya. Saat ia menoleh ke samping, ia melihat sahabatnya yang sedang menatapnya sambil tersenyum.

“Kamu kenapa, Fa? Aneh banget sih tuh muka,” ucap Arsyila.

“Kamu kok gitu banget, Cil, bilang aku aneh. Aku kan lagi seneng karena akhirnya sahabatku ini mendapatkan pangeran tampan,” ucap Fatimah.

“Semoga saja kali ini beneran jodohku. Walaupun Adam telah menaruhkan luka di hatiku,” ucap Arsyila. Memang butuh waktu lama agar ia bisa menerima Adam dalam hidupnya. Apalagi Adam adalah lelaki yang sudah menodainya. Tetapi mungkin saja itu menjadi awal mereka untuk di persatukan. Jika memang mereka berjodoh, Arsyila akan menerima dengan sepenuh hati. Apalagi Adam sudah mulai berubah lebih baik lagi.

“Amin, aku yakin kalian itu memang berjodoh, walaupun pertama kali di pertemukan dengan cara yang salah,” ucap Fatimah lalu memeluk sahabatnya.

‘Semoga saja kali ini tidak ada halangan lagi,’ batin Arsyila.

Sungguh Arsyila sedikit trauma jika mengingat kedekatannya dengan Gus Ilham. Ia sudah sangat berharap tetapi nyatanya mereka tidak berjodoh. Walaupun sebenarnya bersama Adam pun ia sedikit takut, mengingat ia pernah mendengar jika Umi Khadijah punya pemikiran untuk menjodohkan Ustadzah Hilya dengan Adam. Namun, kali ini Arsyila akan berjuang mempertahankan apa yang seharusnya menjadi miliknya. Mengingat perjuangan Adam yang selama ini begitu gencar untuk mengambil hatinya, jadi ia yakin jika Adam pasti akan menepati janjinya.

Adam yang sedang berbunga-bunga sedikit terkejut karena ada yang menepuk punggungnya. “Astaghfirullahaladzim, ada apa, Kak?” Adam melihat Gus Ilham yang sudah berdiri di belakangnya.

“Adam, gawat ... ibu dan ayahmu mengalami kecelakaan saat pulang dari bandara. Mereka sengaja pulang karena akan memberikan kejutan kepadamu, tetapi malah musibah menimpa mereka,” tutur Gus Ilham.

“Apa?” Adam terkejut. “Ayo kita ke kota, Kak! Aku ingin bertemu mereka,” ajak Adam.

“Iya, kakak akan menemanimu. Sekarang kamu bersiap dulu, kakak juga mau pamit sama istri dan keluarga Abah,” ucap Gus Ilham lalu bergegas pergi.

Setelah bersiap, Adam dan Gus Ilham langsung pergi ke Jakarta. Ning Aisyah dan Abah juga sempat ingin ikut, tetapi Gus Ilham melarangnya karena ia tak mau membuat mereka kelelahan di perjalanan nanti. Apalagi kondisi Abah juga kurang sehat.

Sepanjang jalan perasaan Adam begitu risau. Ia terus memikirkan kedua orang tuanya. Gus Ilham yang melihat itu, ia meminta Adam untuk terus mendoakan orang tuanya. Ia yakin jika Allah SWT pasti akan mendengarkan doa-doanya. Insya‘Allah kedua orang tuanya akan mendapat pertolongan.

Terpopuler

Comments

Dek Raraaa

Dek Raraaa

syudahh bolak balik baca 😂😂
kebayang klo ortu nya sekarat trs punya wasiat syruh adam nikah sma ustadzah hilyaa . nah loh . tp ayang adam mah ga ky ustadz ilham cemen yakk . ayang adam berani . ga sabar wehh liat lika liku nyaa .aihhh 🤣🤣

2023-11-04

0

Miftahul Jannah Maulida

Miftahul Jannah Maulida

semoga kali ini adam memang jodoh arsyila, kasihan kalau gagal lagi

2023-11-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!