Setelah masalah yang menimpanya kini Arsyila tak seceria biasanya. Ia juga sedikit menjaga jarak dari santri putri yang lain. Namun, Fatimah dan Salma tetap mendekatinya. Salma yang sebelumnya tak begitu dekat, kini ia mulai bersahabat dengannya. Walaupun mereka bertiga teman dekat, tetapi Arsyila seolah masih memberi jarak kepada keduanya. Arsyila merasa tak pantas berteman dengan mereka.
Entah hanya perasaan Arsyila saja, tetapi ia merasa Gus Ilham tak lagi memperhatikannya. Bahkan tak ada ke jelasan lagi dengan taaruf yang mereka jalani. Mungkin saja Gus Ilham memang ingin menjauh darinya. Lagian siapa lelaki yang masih mau dengan wanita yang bukan lagi seorang gadis.
Hari ini Arsyila pulang kuliah sendirian. Fatimah masih berada di kampus karena ada kegiatan lain. Saat melewati rumah Abah Ahmad depan pesantren, ia melihat ada sebuah mobil mewah yang terparkir disana. Sebelumnya ia belum pernah melihat mobil itu. Arsyila melihat Gus Ilham yang juga memasuki rumah itu. Arsyila yang merasa penasaran perlahan mendekati rumah Abah Ahmad. Ia mencari tempat sembunyi dan melihat ke arah dalam rumah.
“Abah, saya mewakilkan Ilham untuk menyampaikan perjodohan antara anak kita. Ilham sudah menyetujuinya,” ucap Kyai Irsyad.
Deg
Arsyila merasakan jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Perkataan yang ia dengar sungguh membuatnya terkejut. Pantas saja Gus Ilham menghindarinya, ternyata karena mau menikah dengan wanita lain. Dengan berderai air mata Arsyila berlari pergi dari sana.
‘Kuatkanlah hatimu, lagian Gus Ilham memang pantas bersanding dengan putri Abah yang sudah pasti wanita Sholehah. Ingat! Kamu hanya wanita ternoda, dan sudah sepantasnya di tinggalkan,’ batin Arsyila.
Dalam hatinya Arsyila masih menolak semua kenyataan yang ada. Entah kapan saatnya ia bahagia. Mungkin memang ia tak pantas bersanding dengan lelaki Sholeh seperti Gus Ilham.
“Hey wanita tanpa mahkota, kenapa pulang-pulang menangis? Apa baru di campakkan sama Gus Ilham. Em sepertinya perkataanku benar.” Lalu menoleh ke arah sahabatnya. “Iya kan, Sel.”
“Benar, harusnya kamu tahu diri, wanita sepertimu tidak pantas bersanding dengan Gus Ilham,” ucap Sela.
Arsyila hanya diam, ia tak mau menanggapi mereka berdua karena nanti hanya akan jadi masalah. Tiba-tiba Arsyila melihat Dinda yang menjatuhkan tubuhnya sendiri ke lantai dan memekik kesakitan. Kegaduhan mereka membuat beberapa santri putri mendekat.
“Aduh, kamu jahat sekali sih, Arsyila. Kamu sengaja ya mendorong tubuhku,” ucap Dinda dengan nada suara yang dibuat-buat.
Sela juga ikut berakting menyalahkan Arsyila. Sebagai orang yang tertuduh tentu Arsyila tak terima. Namun, saat ia membela diri, tak ada satu pun yang percaya. Semua santri putri tampak berbisik sambil menatapnya tak suka.
‘Ya Allah, cobaan apa lagi ini,’ batin Arsyila sambil menghembuskan napasnya.
“Ada apa ini?” tanya Ustadzah Hilya yang merupakan anak angkat Abah Ahmad.
“Ini Ustadzah, tadi Arsyila mendorong saya hingga terjatuh,” ucap Dinda mengadu.
Ustadzah Hilya yang memang tak terlalu suka dengan Arsyila langsung saja percaya dengan apa yang Dinda katakan. Ia tak suka Arsyila karena sudah lancang berhubungan dengan Gus Ilham yang merupakan calon kakak iparnya.
“Arsyila, seharusnya kamu berbuat baik dengan memberikan contoh yang baik pula. Jika begini, apa hal baik yang ada dalam dirimu. Lebih baik kamu ikut saya ke perpustakaan! Saya akan memberimu hukuman,” ucap Ustadzah Hilya lalu bergegas pergi.
“Baik, Ustadzah. Saya mau menaruh tas dulu.” Arsyila berjalan cepat menuju ke kamar untuk menaruh tas miliknya. Lalu ia bergegas menyusul Ustadzah Hilya ke perpustakaan.
Sesampainya Arsyila di perpustakaan, Ustadzah Hilya menyuruhnya untuk membereskan buku-buku dan di tata seperti jenisnya. Memang banyak buku yang ditaruh secara acak. Mungkin karena banyaknya yang berkunjung kesana dan menaruh buku secara asal.
Menjelang Shalat Ashar Arsyila masih belum selesai mengerjakan hukumannya. Ia memutuskan untuk Shalat di dalam perpustakaan. Kebetulan disana ada toilet dan ruang kecil untuk Shalat. Ustadzah Hilya memang tak mengizinkannya kembali sebelum mengerjakan semuanya.
Hingga pukul lima sore semua pekerjaan Arsyila selesai. Arsyila memilih untuk istirahat sebentar. Lama kelamaan ia tertidur dengan sendirinya dengan posisi duduk sedangkan kepalanya bertumpu pada meja. Mungkin karena efek kelelahan jadi ia tertidur seperti itu.
Arsyila mengerjapkan kedua matanya. Menatap sekitar yang ternyata sudah gelap.
“Astaghfirullah’aladzim. Sudah jam berapa ini? Lebih baik aku keluar.” Arsyila beranjak dari duduknya lalu pergi mendekati pintu keluar. Saat ia hendak membuka pintu tampak kesusahan. Sepertinya pintunya di kunci dari luar.
Arsyila sedikit takut berada disana. Ia menggedor-gedor pintu, berharap ada yang mendengarnya. Namun, usahanya gagal. Jika jam segini semua santri pasti sedang sibuk akan mengaji. Arsyila langsung saja melaksanakan Shalat maghrib disana. Tak lupa setelah Shalat ia mengaji. Kebetulan di perpustakaan juga ada Al-Qur’an.
Arsyila yang sedang mengaji kaget saat mendengar suara dari arah jendela. Ia melihat ke sumber suara, ternyata ada seorang lelaki yang masuk lewat jendela. Arsyila semakin panik, ia takut jika yang datang itu orang jahat. Arsyila memilih bersembunyi di antara rak-rak buku.
“Akhirnya bisa bebas juga,” ucap lelaki itu yang tak lain adalah Adam. Ia sengaja pergi disaat semua orang sedang mengaji. Habisnya bosan setiap hari mengaji terus. Sesekali ia pun ingin bersantai dan di sinilah tempat yang pas. Ia yakin jika malam tidak ada yang datang ke perpustakaan.
Bugh
Arsyila tak sengaja menjatuhkan buku dan itu membuat Adam curiga. Adam berjalan ke sumber suara. Ia terbelalak saat melihat sosok berpakaian putih yang ia kira adalah hantu.
“Aaa hantu,” teriaknya.
“Sttt jangan keras-keras nanti ada yang dengar. Aku bukan hantu,” ucap Arsyila.
Adam diam, lalu ia melangkah mendekati wanita itu. Kedua matanya berbinar saat melihat bidadari cantik di hadapannya. Rupanya Arsyila memakai mukena tetapi lupa memakai cadar miliknya.
“Sayang, kamu disini?” tanya Adam.
“Sayang sayang, aku bukan siapa-siapa kamu jadi jangan panggil seperti itu,” jawab Arsyila ketus.
“Mulai sekarang kamu adalah kekasihku, Arsyila.” Adam menatap Arsyila dengan tatapan menakutkan bagi Arsyila.
“Kalau memang mau jadi kekasihku, kamu harus bisa keluarkan aku dari sini. Aku terkunci disini. Dari siang juga belum makan,” ucapnya.
“Yah sayang sekali belum makan, jam segini pasti jatah makan disana sudah habis. Em begini saja, aku bantu kamu keluar. Terus nanti aku keluar belikan kamu makan,” ucap Adam.
“Apa tidak merepotkan?”
“Tidak sama sekali, apalagi untuk kekasih sendiri,” ucapnya sambil mengedipkan matanya.
Arsyila sedikit takut berdekatan dengan Adam. Ia takut jika Adam berbuat macam-macam. Untuk sekarang Arsyila berpura-pura menerima menjadi kekasihnya agar Adam mau membantunya keluar.
Dengan bantuan Adam, kini Arsyila sudah keluar dari perpustakaan melewati jendela. Tentu itu menjadi kesempatan bagi Adam karena bisa memegang tubuh Arsyila. Arsyila mengikuti Adam yang melangkah di depannya. Sepertinya Adam memang juaranya jika urusan menyelinap. Buktinya mereka sama sekali tak ketahuan.
Setelah mengantarkan Arsyila ke kamar, kini Adam langsung pergi keluar pesantren dengan naik ke atas tembok belakang. Ia membeli dua porsi nasi goreng di tempat langganannya.
Hanya beberapa menit Adam sudah kembali memasuki pesantren. Ia pergi ke kamar Arsyila tanpa rasa takut sama sekali.
“Ngapain masuk kesini? Kalau ada yang melihat bagaimana?” tanya Arsyila panik.
“Tidak akan ada yang melihat. Mereka semua sedang mengaji. Ini nasi goreng untukmu!” Adam memberikan nasi goreng itu kepada Arsyila.
“Berapaan? Aku harus mengganti uangmu.”
“Tidak usah! Aku hanya ingin bayaran yang lain.” Lalu Adam mendekatkan wajahnya ke Arsyila dan mengecup sekilas keningnya yang tertutup jilbab.
“Jangan macam-macam!” Arsyila mundur beberapa langkah ke belakang.
“Hanya kening saja kok. Lagian aku sudah pernah melihat semua yang ada pada dirimu,” ucap Adam.
“Terima kasih nasi gorengnya dan cepat keluar dari sini!”
“Baiklah, sayang. Lain kali aku ingin mencium bagian yang lain.” Setelah mengatakan itu Adam berlalu pergi. Tak lupa ia menatap kanan kirinya karena takut ada yang melihat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Dek Raraaa
kasiann ya cilla .
tapii seruuuuuu thorrr . 😁😁
2023-10-23
0