Noda Dibalik Cadar

Noda Dibalik Cadar

Episode.1

Sebuah video berdurasi dua menit kini menjadi perbincangan di sebuah universitas. Yang mana sosok wanita dalam video itu salah satu siswi teladan, tetapi sangat disayangkan nama baiknya tercemar akibat video itu. Arsyila Almahira, ia merupakan primadona kampus yang namanya sekarang menjadi perbincangan hangat karena video asusilanya di sebuah hotel.

“Arsy, kamu di panggil ke ruang dekan,” ucap seorang siswi yang kini menghampirinya.

Arsyila beranjak dari duduknya lalu pergi ke ruang dekan. Sepanjang jalan ia mendapatkan perkataan pedas dari para mahasiswa atau pun mahasiswi yang berpapasan dengannya. Ingin ia berteriak tak terima, tetapi itulah kenyataannya. Gadis di dalam video itu adalah dirinya.

“Wah ada Neng Arsyila, nanti malam temani abang dong, Neng.”

“Satu jam lima juta deh,” sahut Mahasiswa lainnya.

“Sukanya diatas atau dibawah nih.”

Arsyila mencoba menutup kedua telinganya. Rasanya sudah tak sanggup lagi berada disana. Ia mempercepat langkahnya hingga kini telah sampai di depan ruang dekan.

Tok tok

“Permisi.” Arsyila masuk ke dalam, bergabung dengan beberapa orang yang sudah ada ruangan itu.

“Arsy, silakan duduk! Ada yang ingin kami bicarakan! Orang tuamu juga sedang di dalam perjalanan. Kami akan membahas masalah yang kamu perbuat yang kini menjadikan nama baik kampus kita jelek,” ujar Pak Dekan yang bernama Budi.

“Maaf, Pak,” ucap Arsyila sambil menunduk.

Lima menit kemudian Pak Wira yang merupakan ayah Arsyila datang bersama istri keduanya. Tatapan tajamnya langsung tertuju ke anak kebanggaannya yang biasa di panggil Cila olehnya. Tetapi itu dulu, sebelum Arsyila mencoreng nama baiknya.

Plak

“Dasar anak tak tahu diuntung.” Pak Wira melayangkan tamparan ke pipi anaknya.

“Mohon maaf, Pak Wira. Kita bicara baik-baik saja. Jangan pakai kekerasan!” tegur Pak Budi.

Pak Wira langsung mendudukkan diri di kursi yang telah disediakan, berdampingan dengan istrinya. Pak Dekan langsung menanyakan berbagai pertanyaan kepada Arsyila. Biar bagaimana pun kasus ini harus jelas, nyata atau tidaknya. Takutnya hanya editan dan berujung fitnah.

“Arsyi, Bapak mau tanya, apa benar wanita yang ada di dalam video itu adalah kamu?” tanya Pak Budi.

Arsyila meneteskan air matanya. “Be-nar, Pak.”

“Bapak tak menyangka kamu melakukan itu, Arsyi. Karena setahu Bapak, kamu itu anak yang polos,” ujar Pak Budi.

“Saya bisa jelaskan, Pak. Itu tidak sepenuhnya salah saya. Malam itu saya di jebak. Saya di kasih minum yang mengandung obat perangsang lalu seseorang menarik paksa saya sampai ke sebuah kamar hotel. Dan akhirnya ....” Arsyila terisak, tak sanggup lagi untuk menjelaskan semuanya.

“Bapak ikut prihatin jika memang benar seperti itu kenyataannya. Bapak harap kamu kuat menjalani hari-harimu. Tetapi mohon maaf, Bapak tidak bisa mempertahankan kamu kuliah disini lagi,” ucap Pak Budi menyayangkan.

“Pak, bisakah saya mengurus surat pindah saya. Tolong jangan keluarkan saya begitu saja, Pak. Saya mohon kemurahan hati Bapak,” ucap Arsyila memohon.

“Baiklah, saya akan kasih keringanan itu untuk kamu asal kamu jangan mendaftar kuliah di kampus yang masih ada di kota ini. Tidak menutup kemungkinan jika video kamu juga sudah di tonton banyak orang. Kamu mengerti kan maksud Bapak?”

“Iya, Pak. Saya akan pergi jauh dari kota ini untuk melanjutkan lagi kuliah saya. Saya sangat berterima kasih atas kemurahan hati Bapak.” Arsyila berucap syukur dalam hatinya. Setidaknya ia tak putus kuliah, melainkan pindah kuliah ke tempat lain.

Setelah mengurus surat pindahnya, kini Arsyila pulang bersama orang tuanya. Sepanjang jalan Bu Fitri selaku ibu tiri Arsyila terus memojokkannya. Sedangkan Pak Wira hanya diam saja karena memang enggan buka suara.

Sesampainya di rumah, Pak Wira langsung mengajak Arsyila berbicara. “Cila, tolong kamu duduk dulu! Ada yang ingin papah katakan sama kamu.” Pak Wira terlebih dahulu duduk di sofa, lalu diikuti oleh Arsyila dan Bu Fitri.

“Pah, apa Papah akan menemaniku mencari kampus baru?” tanya Arsyila.

Pak Wira menarik napas lalu menghembuskannya perlahan. “Terpaksa Papah harus mengatakan ini, Nak. Sebaiknya kamu pergi dari rumah ini dan tinggalkan semua fasilitas yang papah kasih ke kamu. Jangan menginjakkan kaki ke rumah ini sebelum papah sendiri yang menjemputmu. Datanglah ke kampung nenekmu di Semarang. Kamu bisa lanjut kuliah disana.”

Tes

Air mata Arsyila menetes begitu saja tanpa permisi. Tak menyangka jika ayahnya akan mengusirnya. Ya, orang tua mana yang tak akan malu jika anak gadisnya mempermalukan keluarga. Disini Arsyila hanya bisa pasrah.

“Bagaimana aku bisa kuliah jika tak boleh menggunakan fasilitas dari papah? Itu Artinya semua kartu ATM milikku tak boleh aku bawa, sedangkan aku butuh uang untuk biaya hidup dan biaya kuliah,” ujar Arsyila.

“Kamu tenang saja, untuk biaya hidup nanti Papah bisa kasih uang ke nenekmu setiap bulannya. Sedangkan biaya kuliah kamu harus memikirkannya sendiri. Itu sebagai hukuman karena kamu sudah mencoreng nama baik keluarga kita.”

....

....

Sore harinya Arsyila sudah berada di terminal. Ia sengaja pergi sendirian. Padahal ayahnya menawarkannya untuk diantar oleh sopir, tetapi ia menolak. Penampilan Arsyila kini tampak berbeda. Ia menggunakan pakaian muslimah tertutup lengkap dengan cadar. Tadi di perjalanan ia mampir ke toko untuk menjual semua barang branded miliknya. Uang hasil penjualan ia pergunakan untuk membeli beberapa potong pakaian muslimah dan sisanya akan ia pergunakan sebagai biaya hidup sebelum ia bekerja nanti.

Arsyila menatap sekilas bus jurusan Semarang. Ia tak akan pergi ke Semarang seperti yang di perintahkan oleh ayahnya. Ia memilih menaiki bus jurusan Jawa timur. Toh sama saja, mau pergi kemana pun ayahnya tak akan peduli lagi.

‘Selamat tinggal kota Jakarta,’ batin Asryila lalu ia memejamkan mata.

Selama perjalanan Arsyila hanya tidur saja. Bahkan saat bus berhenti di Rest area pun ia hanya turun sebentar untuk melaksanakan kewajibannya sebagai umat muslim. Ya, walaupun ia orang kota, tetapi tak pernah lupa meninggalkan Shalat lima waktu. Mungkin ilmu agamanya masih lemah, tetapi soal Shalat ia selalu ingat.

Setelah cukup lama menempuh perjalanan, Arysila telah sampai di terminal bus kota Surabaya. Dari sana ia mencari informasi mengenai Universitas berbasis pesantren. Setelah menemukan informasi dari media sosial, kini Arsyila memutuskan untuk pergi ke pesantren yang cukup terkenal di Jawa timur. Dari Surabaya jaraknya sangat jauh, sehingga ia perlu waktu beberapa jam lagi untuk sampai. Arsyila menyewa mobil untuk mengantarnya hingga ke pesantren yang ia tuju.

“Neng, bangun! Kita sudah sampai,” ucap sang sopir mencoba membangunkan Arsyila yang duduk di jok belakang.

“Emm ....”Arsyila mengerjapkan kedua matanya lalu ia menatap keluar. “Ini dimana?”

“Kita sudah sampai di tempat yang Neng tuju,” ucap sang sopir.

“Baiklah.” Lalu Arsyila turun dari mobil. Pak sopir pun membantu menurunkan koper besarnya.

Arsyila menatap ke bangunan luas bertingkat yang ada di hadapannya. Tak sengaja ia melihat seorang ibu-ibu keluar gerbang pesantren. Arsyila menghampirinya untuk bertanya.

“Assalamu’alaikum. Permisi, Bu saya mau tanya, bagaimana cara mendaftar masuk ke pesantren sekaligus Universitasnya?” tanya Arsyila.

“Waalaikum’sallam. Kamu boleh panggil saya Umi, Nak. Kebetulan saya istri dari pemilik pesantren. Kalau boleh tahu Nak cantik namanya siapa?” tanya Umi Khadijah.

“Nama saya Arsyila, Umi boleh panggil Cila saja.”

“Salam kenal Nak Cila. Mari ikut Umi!” ajaknya.

Arsyila mengekor Umi Khadijah hingga mereka sampai di sebuah rumah entah itu rumah siapa.

“Assalamu’allaikum,” ucap Umi saat memasuki rumah itu.

Asyila ikut masuk, lalu ia di persilakan untuk duduk. Sedangkan Umi Khadijah pergi ke dalam untuk memanggil Abah Ahmad sang suami. Saat Arsyila menatap ke sekitar, tak sengaja melihat seorang lelaki tampan yang baru keluar dari salah satu kamar dan saat melewati Arsyila, lelaki itu menunduk bahkan tak menyapa.

“Hey cowok sombong,” panggil Arsyila kepada lelaki itu. Sungguh dirinya tak terlihat seperti wanita Sholehah dengan balutan pakaian muslimatnya.

“Saya?” tunjuk lelaki itu pada dirinya sendiri sambil menatap Arsyila sekilas.

“Ya kamu, memangnya siapa lagi,” ucapnya.

Baru juga Lelaki itu akan menjawab, tiba-tiba Umi Khadijah dan Abah Ahmad muncul disana. Bahkan Abah Ahmad meminta lelaki itu untuk duduk bergabung bersama mereka. Arsyila menundukkan pandangannya, tak suka dengan keberadaan lelaki sombong itu disana.

“Nak Arsyila, tadi istri saya sudah cerita jika Nak Arsyila itu akan mondok dan melanjutkan kuliah disini. Saya sebagai salah satu pengurus tentu sangat senang. Biar Nak Ilham yang membantumu, Nak. Kamu boleh siapkan persyaratan untuk mendaftar kuliah. Besok Nak Ilham yang akan mengantarmu mendaftar,” ujar Abah Ahmad.

Lalu Abah Ahmad menatap lelaki tampan yang duduk di dekatnya. “Kamu siap membantu kan, Nak?”

“Siap, Abah,” jawabnya.

‘Oh jadi namanya Ilham,’ batin Arsyila.

Gus Ilham meminta Arsyila untuk menunjukkan persyaratannya sekarang juga. Takutnya ada persyaratan yang kurang. Setidaknya masih ada waktu untuk melengkapinya.

Gus Ilham melihat satu persatu lembaran kertas yang sedang ia cek. Tatapannya terhenti di sebuah foto yang sangat cantik tanpa hijab. Memang Arsyila membawa fotonya yang ia miliki karena belum sempat foto ulang dengan memakai hijab.

‘Subhan’allah, sungguh cantik ciptaanmu Ya Rabb,’ batin Gus Ilham mengakui kekagumannya. Namun, kekagumannya tak berlangsung lama. Gus Ilham beristighfar berulang kali dalam hatinya karena telah melihat aurat seorang wanita meski hanya berupa foto.

“Bagaimana Nak, apa ada yang kurang?” tanya Abah.

“Hanya foto saja yang perlu diganti, Abah,” jawabnya.

“Baiklah, kamu urus saja, Nak.”

Gus Ilham berpamitan pergi dengan membawa persyaratan milik Arsyila. Ia juga akan memanggil senior perempuan untuk membantu Arsyila memfotonya. Tidak mungkin ia sendiri yang bertindak untuk hal yang satu itu.

...

...

Terpopuler

Comments

💞Amie🍂🍃

💞Amie🍂🍃

aku mampir kak

2023-11-14

1

Dek Raraaa

Dek Raraaa

menarikkk .
sweemangattt kk ❤️

2023-10-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!