Salah satu santri putri ada yang tak sengaja mendengar pembicaraan antara Dinda dan Sela. Santri itu adalah Ratna yang kehilangan uang beberapa hari yang lalu. Ratna mendengar kebenaran bahwa yang mencuri uangnya adalah Sela. Jujur ia masih tak menyangka, karena semua orang menyalahkan Arsyila.
“Aku harus melapor ke Ustadzah,” gumam Ratna lalu pergi dari sana.
Tak sengaja Ratna menabrak tong sampah dan berbunyi nyaring. Dinda dan Sela terlonjak kaget. Mereka menoleh ke sumber suara dan melihat seorang santri sedang berjalan terburu-buru.
“Din, jangan-jangan dia dengar pembicaraan kita. Ayo kita kejar dia!” Sela terlihat panik.
“Ayo!” Dinda berlari diikuti oleh Sela. Mereka mengejar santri tadi.
Dinda dan Sela sudah bisa mengejar santri tadi yang ternyata adalah Ratna. Ratna hendak pergi ke ruang pengurus, tetapi Mereka berdua mencegatnya.
“Mau ngapain kamu? Tadi kamu mendengar pembicaraan kita kan? Awas kalau kamu berani lapor,” ancam Sela.
“Aku akan melaporkannya karena ternyata Arsyila tidak salah. Bahkan dia juga sudah mengganti uangku dengan jumlah yang lebih banyak. Ternyata dia hanya korban fitnah kalian. Ini tidak boleh di biarkan. Aku harus membersihkan nama baik Arsyila,” ujar Ratna.
“Hey mau kemana kamu?” Sela langsung memegangi tangan Ratna agar tidak pergi. Begitu juga dengan Dinda yang ikut memegang tangan satunya.
Aksi mereka terlihat oleh Gus Ilham yang kebetulan lewat. “Ada apa ini? Kenapa kalian ribut-ribut?”
“Gus, saya mau melapor karena ternyata yang mencuri uang saya beberapa hari yang lalu bukan Arsyila melainkan ....” Ratna menghentikan ucapannya karena Sela menutupi tangannya.
“Aww ...,” pekik Sela kesakitan karena Ratna menggigit tangannya.
“Sela yang mencuri, Gus,” ucap Ratna.
“Apa semua ini benar? Jadi kamu yang mencuri dan menuduh Arsyila yang bersalah?” tanya Gus Ilham sambil menatap Sela tajam.
“Saya ....” Sela menunduk takut, kedua tangannya tampak gemetar.
“Jawab!” Gus Ilham terlihat marah.
“Benar,” ucapnya.
“Astaghfirullah’aladzim.” Gus Ilham menghela napasnya. “Sekarang juga kamu ikut saya! Dan kamu Dinda, kamu juga sama. Kamu sudah bersalah karena membantu Sela menutupi semuanya,” tunjuk Gus Ilham kepada mereka berdua.
Ratna bergegas pergi mencari keberadaan Arsyila. Ia sungguh merasa bersalah kepadanya. Ia berniat meminta maaf dan membersihkan nama baiknya agar santri putri tak ada lagi yang membicarakannya.
“Cila, aku mau minta maaf sama kamu.” Ratna menghentikan Arsyila yang hendak pergi ke masjid bersama Fatimah dan Salma. Di belakang mereka juga ada beberapa santri putri lain.
“Minta maaf apa?” tanya Arsyila
“Aku sudah tahu yang mencuri uangku itu bukan kamu tapi Sela. Aku baru tahu tadi dan Sela sekarang sedang berada di ruang pengurus bersama Dinda juga,” tutur Ratna.
“Jadi Sela yang mencuri dan memfitnahku?” Arsyila tampak tak percaya. Begitu juga dengan santri lain yang tampak berbisik.
“Iya, jadi aku mau mengembalikan uangmu. Aku tidak berhak menerima uang itu darimu.”
“Uangnya untuk kamu saja, lagian aku masih punya uang simpanan. Lagian kamu bilang sendiri kan kalau kamu akan di kirim uang lagi bulan depan. Jika uang itu kamu kembalikan maka kamu tidak memegang uang sepeser pun. Kamu tenang saja, aku ikhlas membantu kok,” ucap Arsyila.
Ratna kagum kepada Arsyila yang begitu baik. Begitu juga dengan para santri di belakang mereka yang juga kagum dengan Arsyila yang masih bisa tersenyum disaat ada yang memfitnahnya. Pantas saja banyak santri putra yang naksir, ternyata kepribadiannya memang patut di contoh.
“Terima kasih ya, kamu memang wanita baik. Boleh nggak aku jadi temanmu?” tanya Ratna.
“Boleh, siapa saja boleh berteman kok,” ucap Arsyila sambil tersenyum.
Beberapa santri lain pun ikut berteman dengan Arsyila. Sekarang temannya semakin banyak. Fatimah ikut senang melihat kebahagiaan sahabatnya.
....
....
Nama Arsyila sekarang menjadi perbincangan di pesantren. Pasalnya ia mampu mengalahkan Salma di ujian kali ini. Sungguh ia sangat menginspirasi bagi santri yang lain. Hanya anak baru tetapi mampu bersaing dengan senior. Para Ustadz dan ustadzah juga ikut kagum kepadanya. Kecuali Ustadzah Hilya yang terlihat biasa saja. Ustadzah Hilya memang tak terlalu suka dengan Arsyila.
“Salma, maaf ya, gara-gara aku minta di ajarin kamu, jadinya kamu yang turun peringkat,” ucap Arsyila yang merasa tak enak hati.
“Bukan salahmu, Cil. Mungkin karena kamu yang memang lebih pintar dariku. Aku tidak apa-apa kok selama nilaiku masih bagus,” ucap Salma.
“Kamu memang sahabat yang baik, Sal. Terima kasih ya sudah banyak membimbingku,” ucap Arsyila.
“Sama-sama, oh iya jika kamu mampu mempertahankan peringkat satu ini kamu bisa dapat beasiswa kuliah di Mesir loh,” ujar Salma yang ingin membuat Arsyila lebih semangat lagi.
“Aku tidak terlalu tertarik dengan beasiswa itu, Sal. Aku hanya ingin mengabdikan diri di pesantren ini,” ucap Arsyila.
Arsyila memang tak terlalu berambisi untuk mengejar beasiswa yang di ingin-inginkan para santri. Bukan karena tak Mau ke Mesir, hanya saja ia tak ingin mengejar sesuatu yang belum tentu bisa ia gapai. Jika saja keinginannya tak tercapai takutnya malah jadi tak bersemangat.
“Kamu memang beda dari yang lain, Cil.”
“Hey kalian jangan ngobrol terus! Ayo kita siap-siap mau ngaji,” ucap Fatimah yang baru muncul di hadapan mereka.
“Semangat banget tumben nih.” Arsyila menatap sahabatnya heran.
“Semangat dong biar bisa dapat peringkat satu terus dapat beasiswa ke Mesir,” ucap Fatimah.
“Kita mendukungmu, Fa,” ucap Arsyila dan Salma bersamaan.
Mereka memberikan semangatnya kepada Fatimah yang sepertinya sudah mempunyai keinginan serius dalam mengaji. Biasanya Fatimah sedikit bermalas-malasan. Bahkan tak jarang ia tidur disaat mengaji.
...
...
Arsyila hendak berangkat kuliah. Tak sengaja ia melihat seorang wanita yang berpakaian sama dengannya. Wanita itu tersandung dan jatuh. Arsyila berlari lalu menolong wanita itu.
“Astaghfirullahaladzim. Kakak tidak apa-apa?” tanya Arsyila sambil membantu wanita itu berdiri. Kini keduanya saling tatap. “Eh maaf maksud saya Ning Aisyah,” ucapnya lagi.
“Saya tidak apa-apa kok. Terima kasih ya sudah membantu.”
Arsyila membantu Ning Aisyah duduk di bangku panjang yang ada di halaman rumah Abah Ahmad.
“Tangannya berdarah, biar aku ambilkan obat merah dulu ya, aku punya obat merah tapi ada di kamar,” ucap Arsyila.
“Ambil di ruang tengah rumah Abah saja. Disana ada kotak P3K. Maaf ya sudah merepotkan.”
“Tidak apa-apa, Ning. Tunggu sebentar ya!” Arsyila bergegas pergi.
Arsyila yang sedang mencari-cari kotak P3K merasakan ada tangan yang melingkar di perutnya. Ia sungguh terkejut. Baru juga ia akan berucap, tak jadi saat ada suara Umi Khadijah dari arah samping.
“Apa-apaan ini? Kalian mau berselingkuh di rumah Umi?” Umi Khadijah memperlihatkan raut kemarahannya.
Arsyila langsung menjauhkan diri dari seseorang yang memeluknya yang ternyata adalah Gus Ilham. Gus Ilham kaget saat melihat wanita yang ia peluk ternyata Arsyila bukanlah istrinya.
“Astaghfirullahaladzim. Maaf, Cil. Aku kira tadi kamu istriku.” Gus Ilham tampak menyesal sudah menyentuh wanita yang bukan mahramnya.
“Kamu mau menggoda menantu saya?” Umi Khadijah mendekati Arsyila dan hendak menamparnya tetapi Gus Ilham menahan tangan itu sehingga tak sampai menampar pipi Arsyila.
“Ada apa ini?” Ning Aisyah tiba-tiba muncul. Tadi ia memang mendengar teriakan Uminya dari dalam rumah.
“Nak, wanita ini berniat menggoda suami kamu. Tadi mereka berdua berpelukan,” ucap Umi Khadijah.
“Tidak mungkin Mas Ilham melakukan itu, Umi.” Ning Aisyah tampak tak percaya.
“Kalau seandainya mereka memang ada hubungan, apa yang akan kamu lakukan, Nak?” tanya Umi Khadijah kepada anaknya.
“Maka Mas Ilham harus menikahinya. Aku tidak mau menghalanginya jika memang mereka saling mencintai,” ucap Ning Aisyah dengan sedikit sendu.
Tiba-tiba Umi Khadijah pingsan. Mereka semua terkejut. Arsyila sudah tak bisa lagi berpikir jernih, kesalah pahaman ini membuatnya tak nyaman. Ia takut jika nanti di keluarkan dari pesantren.
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Dek Raraaa
wahhh kynya cila kena jebakan batman .
fixxx ini mahh .
adamm kemana ?
2023-11-03
0
Miftahul Jannah Maulida
duuuh knp ujian mu datang terus menerus Arsyila 🥲
2023-11-03
0