Episode.6

Arsyila yang baru berangkat kuliah menitipkan bekal yang sudah ia siapkan kepada salah satu Dosen. Bekal yang ia siapkan penuh cinta untuk lelaki pujaannya. Tadi Arsyila meminta izin masak nasi goreng spesial di dapur pesantren.

Fatimah yang baru datang, melihat Arsyila sedang duduk sambil senyum-senyum sendiri. Tentu ia tahu jika sahabatnya itu sedang jatuh cinta.

''Cie yang lagi berbunga-bunga. Bagaimana kelanjutan hubungannya? Kapan nih nikahnya?'' tanya Fatimah menggoda Arsyila.

''Hus pelan-pelan kalau bicara, nanti ada yang mendengar loh.'' Arsyila menatap ke sekitar, takut ada yang mendengar pembicaraan mereka. Namun, sekitarnya tampak sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.

''Ya cepat atau lambat memang akan menikah, Cila. Aku selalu mendukungmu. Kalian berdua itu cocok banget loh, yang satu tampan yang satunya cantik pakai banget,'' pujinya.

''Sebenarnya aku juga ingin jujur kepada Gus Ilham, semoga saja dia tak membenciku,' ucap Arsyila.

''Jujur soal apa?'' tanya Fatimah.

''Ada deh, ini privasiku.''

''Kamu masih saja menyimpan rahasia, padahal kita itu sahabat loh.'' Fatimah tampak mengerucutkan bibirnya.

''Iya deh nanti aku cerita saat jam istirahat, tapi kamu bisa kan jaga rahasia?'' Arsyila sedikit ragu untuk menceritakan rahasia besarnya kepada siapa pun termasuk sahabatnya.

''Kamu tenang saja, aku bukan tipe wanita tukang ngadu apalagi bergosip.''

Sesuai janjinya, saat jam istirahat Arsyila mengajak Fatimah ke taman belakang kampus. Mereka mengobrol sambil menikmati roti yang mereka beli di kantin.

''Jadi apa rahasia yang kamu simpan itu?'' tanya Fatimah.

Arsyila menatap ke sekitar, ternyata sepi. Mungkin ini saatnya ia bercerita kepada sahabatnya. Fatimah begitu terkejut mendengar kejujuran Arsyila. Bahkan ia sampai tersedak roti yang sedang ia makan.

''Uhuk uhuk ... Air air!'' pintanya

Arsyila menyodorkan botol minum kepada Fatimah, lalu Fatimah langsung meneguknya.

''Pelan-pelan, Fa. Kenapa bisa tersedak sih?'' Arsyila menepuk pelan punggung sahabatnya.

''Aku kaget mendengar ceritamu barusan. Apakah itu nyata?'' tanya Fatimah.

''Benar, aku memang sudah ternoda.'' Raut wajah Arsyila berubah sendu.

''Sebenarnya ini sesuatu penting yang tidak boleh kamu tutupi dari Gus Ilham. Sebaiknya kamu memang harus bercerita. Jika Gus Ilham memang menema kamu apa adanya pasti ia tak mempermasalahkan itu. Kamu yang sabar ya. Setiap orang pasti memiliki ujian hidup, dan yang menimpamu itu salah satunya.'' Fatimah mencoba menguatkan sahabatnya.

''Makasih banyak, Fa. Kamu masih mau kan bersahabat sama aku?'' tanya Arsyila.

''Masih dong, kamu jangan khawatir. Aku juga akan menyimpan rapat rahasiamu itu.'' Mereka berdua saling berpelukan.

...

...

Gus Ilham masih belum memberitahu Arsyila jika ia sudah di jodohkan dengan Ning Aisyah. Ia masih berat untuk mengatakannya. Apalagi mimpi itu selalu datang, wanita bercadar yang selalu hadir. Gus Ilham sangat yakin jika wanita di dalam mimpinya itu adalah Arsyila.

Arsyila sudah memantapkan diri berkata jujur kepada Gus Ilham. Dengan ditemani oleh Fatimah, ia menemui Gus Ilham di ruangannya. Ia memang harus mengatakan yang sejujurnya sebelum Gus Ilham mengajaknya lebih serius lagi.

''Assalamu'alaikum, Gus,'' ucap Arsyila bersamaan dengan Fatimah.

''Walaikum'salam,'' jawab Gus Ilham. ''Mari masuk!''

Mereka berdua duduk bersebelahan. Sesekali Arsyila menatap Fatimah yang duduk di sampingnya. Lidah itu terasa kelu untuk berucap. Seolah ragu berkata jujur kepada Gus Ilham.

Fatimah menyenggol bahu Arsyila sehingga Arsyila pun mulai berbicara. Sebelum itu ia menarik napasnya lalu menghembuskannya perlahan. Berharap dengan kejujurannya nanti, Gus Ilham menerimanya.

''Gus, sebenarnya saya ...,'' ucap Arsyila terhenti karena ada seseorang yang mengetuk pintu dari luar ruangan Gus Ilham.

''Sebentar! Sepertinya ada yang datang.'' Gus Ilham beranjak dari duduknya lalu mengecek siapa yang datang. Ternyata itu adalah rekannya sesama Dosen.

''Permisi, Gus. Maaf jika mengganggu, tetapi semua dosen di panggil ke ruang rektor,'' ucapnya.

''Oh iya saya akan langsung kesana,'' ucap Gus Ilham, lalu meminta dosen tersebut pergi duluan.

Gus Ilham menghampiri Arsyila dan Fatimah. ''Maaf ya sepertinya obrolan kira harus terhenti karena saya harus ke ruang rektor.''

''Tidak apa-apa, Gus. Lain kali kita bisa bicara lagi. Kalau begitu kami pamit, Assalamu'allaikum,'' ucap Arsyila.

''Waalaikum'sallam,'' jawabnya.

Niar Arsyila untuk berkata jujur terpaksa ditunda. Namun, itu membuat Arsyila terus kepikiran. Hatinya masih meragu jika ia belum mengatakannya kepada Gus Ilham.

''Sudah tidak usah cemas! Nanti bisa bicara lagi sama Gus Ilham.'' Fatimah melirik sabatnya yang tampak terdiam, sedangkan kaki mereka tetap melangkah.

''Iya, Fa. Tapi ini masih mengganjal dihatiku,' ucap Arsyila.

''Lebih baik kamu banyak-banyak berdoa agar Gus Ilham bisa menerimamu apa adanya lalu hubungan kalian secepatnya di resmikan,'' ujar Fatimah memberikan saran.

''Benar juga apa kata kamu. Lagian jika memang Gus Ilham jodohku pasti nggak akan kemana.'' Arsyila mencoba menangkan hatinya.

...

...

Semenjak Arsyila memberikan jawaban kepada Gus Ilham, semakin sulit saat untuk Arsyila mengatakan kejujuran kepadanya. Entah kemana perginya Gus Ilham, tetapi satu bulan belakangan ini Arsyila tak melihat keberadaannya di kampus atau pun di pesantren. ia selalu berpikiran positif, mungkin saja Gus Ilham sedang pergi untuk mengurus pekerjaan di luar.

Hari ini Arsyila kemana-mana sendiri. Fatimah sahabat dekatnya itu sedang pulang ke kampung halamannya. Arsyila sedikit kesepian karena tidak ada yang mengganggunya seperti sahabatnya itu.

''Eh itu yang namanya Arsyila kan? Kasihan ya di PHP sama Gus Ilham,'' ucap salah satu santriwati kepada temannya. Mereka berdua melihat Arsyila yang lewat di depannya.

''Benar. Jangan-jangan Gus Ilham pergi untuk menemui calon istri yang sesungguhnya,'' sahut santriwati lain yang memang tak suka dengan kedekatan Arsyila dan Gus Ilham. Mereka berusaha memanas-manasi Arsyila.

Arsyila kembali melanjutkan langkahnya. Ia tak peduli dengan apa pun yang ia dengar. Lagian belum tentu apa yang mereka katakan itu benar. Satu hal yang membuat Arsyila yakin dengan Gus Ilham, ia melihat sosok lelaki berbaju koko dan memakai sarung dalam mimpinya. Walaupun dalam mimpinya ia hanya melihatnya dari arah belakang, tetapi ia yakin jika itu adalah Gus Ilham, karena di setiap doanya ia meminta petunjuk atas ajakan taaruf Gus Ilham.

Bugh

''Aduh,' pekik arsyila karena tubuhnya terpental saat menabrak sesuatu. Untung saja ia tak sampai terjatuh.

Arsyila menajamkan pandangannya menatap lelaki yang ada di hadapannya. ''Kamu? Ngapain kamu berada di area santriwati? Kamu mau di hukum?''

''Kita ketemu lagi nona cantik. Mungkin ini yang dinamakan jodoh,'' ucap Adam sambil tersenyum menatap Arsyila.

Adam mencoba menghalangi langkah Arsyila. Tentu Arsyila geram dengan tingkah Adam. Lelaki yang satu ini memang tak ada bosan-bosannya mengganggu ketenteraman hidupnya.

''Minggir!'' Arsyila hendak mendorong tubuh Adam yang menghalanginya akan tetapi Adam langsung menahan tangan Arsyila dan merengkuhnya ke dalam pelukan.

''Hey kalian berdua, apa yang sedang kalian lakukan di area pesantren?''

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!