Episode.13

Setelah pertunangan kemarin, tak jarang para santri putri yang masih saja membicarakannya. Banyak pujian-pujian yang Arsyila dengar. Mereka memuji keserasian antara Gus Ilham dan Ning Aisyha. Ada juga yang merasa kasihan terhadap Arsyila. Namun, Arsyila mencoba untuk tetap terlihat tegar di hadapan mereka semua. Padahal dalam hatinya, ia ingin sekali menjerit, menangis dan menyumpal mulut-mulut orang yang menggosipinya.

''Duh ada yang patah hati tuh. Kasihan deh, lagian ngarep bener jadi istri Gus Ilham. Udah tahu level mereka itu beda,'' ucap Dinda menyindir.

''Haha lagian siapa yang nggak mau sama Gus Ilham. Aku juga mau kali,'' sahut Sela yang berdiri di sampingnya.

''Kayaknya kalau Gus Ilham nggak sama Ning Aisyah lebih cocokan sama kamu deh dari pada sama Arsyila. Lagian kamu masih suci sedangkan dia enggak.'' Dinda kembali menyindir Arsyila.

Arsyila hanya mengepalkan tangannya. Ia malas meladeni Dinda dan Sela yang masih suka mengganggunya. Baginya tidak penting mengurusi duo racun seperti mereka berdua.

Dinda geram melihat Arsyila yang tak terpancing. Bahkan kini Arsyila melewati dirinya dengan ekspresi biasa saja. Dinda yang tak terima langsung mendorong Arsyila sehingga terjatuh ke lantai.

''Astagfirullah'aladzim. Apa sih mau kalian berdua? Kenapa selalu berbuat jahat kepadaku?'' tanya Arsyila yang kini sudah kembali berdiri.

''Kita cuma mau kamu pergi dari pesantren ini. Semenjak ada kamu, banyak sekali tuh santri putra yang mengirim surat,'' ucap Dinda yang merasa iri. Apalagi saat tahu jika Gus Ilham juga ikut-ikutan suka kepada Arsyila, jelas rasa iri dalam hatinya semakin besar.

''Jadi itu masalah kalian? Harusnya kalian tidak usah berbuat jahat kepadaku karena itu bukan salahku. Siapa juga yang mau di kirim surat tiap harinya. Aku juga tidak mau, bahkan sedikit risih. Kalau kalian mau, silakan buat kalian saja surat-suratnya.'' Setelah mengatakan itu Arsyila berlalu pergi dari hadapan mereka.

''Sialan, sekarang dia sudah berani membantah perkataanku.'' Dinda mengepalkan tangannya menahan amarah dalam hatinya.

''Hey kalian berdua, kalau bicara dijaga. Ini masih area pesantren loh,” tegur seorang senior yang mendengar perkataan Dinda dan Sela.

''Maaf, Kak,'' ucap keduanya.

...

...

Sesuai perkataannya kepada Arsyila, kini Adam perlahan sudah berubah. Ia yang sering bolos ketika mengaji, sekarang tak pernah sekali pun membolos. Hafalan Al-Quran nya pun sudah mulai lancar. Gus Ilham selalu melaporkan perkembangan Adam kepada orang tuanya. Mereka bangga karena Adam sudah jauh lebih baik dari sebelumnya.

Gus Ilham sedang berteleponan dengan ayahnya. Mereka membicarakan banyak hal, termasuk kelanjutan hubungannya dengan Ning Aisyah. Kyai Irsyad meminta anaknya agar tak mengecewakannya. Biar bagaimana pun jika perjodohan mereka batal, maka hubungan persahabatan kedua keluarga itu mungkin saja akan renggang.

📞''Iya, Abi. Ilham selalu ingat apa yang Abi katakan,'' ucap Gus Ilham.

📞''Bagus, Nak. Oh iya, bagaimana dengan Adam? Apa dia sudah bisa beradaptasi disana?'' tanya Kyai Irsyad dari seberang sana.

📞''Alhamdulillah, sekarang Adam sudah banyak berubah,'' jawab Gus Ilham.

📞’'Bagus dong, kamu terus bimbing dia ya. Ah siapa tahu setelah Adam bisa sepertimu, dia bisa menikah juga sama Ustadzah. Sepertinya Ustadzah Hilya cocok sama dia,'' ucap Kyai Irsyad dari seberang sana.

📞''Abi, biarkan Adam menentukan pasangannya sendiri. Kita tidak usah ikut campur!''

📞''Abi bukan ikut campur, tetapi sesama keluarga tentu Abi ingin yang terbaik untuk Adam,'' ucap Kyai Irsyad.

📞''Iya deh terserah Abi saja. Kalau begitu sudah dulu ya, ini Ilham mau mengajar. Assalamu'alaikum.''

📞''Waalaikum'sallam,'' ucapnya dari seberang sana.

Kini panggilan keduanya sudah berakhir. Gus Ilham sedikit menghela napasnya. Lagi-lagi ayahnya itu mengatur jodoh sesuka hatinya.

Gus Ilham bersiap pergi mengajar. Sesampainya di ruang kelas, ternyata masih ada beberapa santri yang belum masuk.

"Yang lain kemana ini?" tanya Gus Ilham.

"Masih di asrama, Gus," jawab salah satu dari mereka.

Beberapa menit kemudian lima santri yang sedang di tunggu barulah muncul. Salah satunya ialah Adam. Gus Ilham langsung menghukum mereka untuk hafalan karena telat masuk.

"Adam, coba kamu duluan baca hafalan kemarin!" pinta Gus Ilham.

"Baik," jawab Adam.

Gus Ilham menyunggingkan senyumannya saat mendengar Adam mampu menghafal dengan baik. Sedangkan santri putra yang lain tampak tak percaya. Lelaki pecicilan seperti Adam yang biasanya malas-malasan kini berubah pintar.

"Cukup! Kamu boleh duduk di tempatmu. Ingat, jangan sampai telat lagi," ucap Gus Ilham.

"Baik, Gus," ucapnya. Selama jam pelajaran memang Adam selalu memanggil Gus Ilham dengan sebutan Gus. Hanya saat di luar jam pelajaran saja memanggil Kakak.

.....

Pagi ini Arsyila tampak bersemangat. Kebetulan ada kuis mata pelajaran kesukaannya. Ia memilih berangkat lebih awal dari biasanya karena ingin belajar di dalam kelas sebelum kuis di mulai.

Saat keluar dari area asrama putri, tak sengaja ia melihat Ning Aisyah yang sedang memberikan bekal kepada Gus Ilham. Fatimah yang berjalan di sampingnya memberikan kode dengan menyikut bahunya. Namun, Arsyila hanya diam. Ia sudah tahu jika ada Gus Ilham dan Ning Aisyha.

"Assalamu’alaikum, Gus Ilham, Ning Aisyah," ucap Fatimah saat hendak melewati mereka.

"Waalaikum’salam," jawab mereka bersamaan.

Setelah mengucapkan salam Fatimah dan juga Arsyila kembali melanjutkan langkah mereka. Sedangkan Ning Aisyah masih menatap Arsyila yang sejak tadi hanya menunduk. Lalu tetapannya beralih ke Gus Ilham yang sedang menatap kepergian mereka.

"Saya permisi dulu, Gus. Terima kasih sudah mau menerima bekal dari saya. Assalamu’alaikum."

"Sama-sama, Waalaikum’salam," jawab Gus Ilham.

Ning Aisyah bergegas pergi dari sana. Tidak baik berlama-lama dekat dengan lelaki yang bukan mahram. Takutnya timbul fitnah. Ning Aisyah masih memikirkan tatapan tak biasa dari Gus Ilham untuk dua santri putri tadi.

'Sebenarnya ada apa dengan Gus Ilham? Apa salah satu dari mereka itu wanita yang di sukai Gus Ilham? Lalu, mengapa Gus Ilham menerima perjodohan ini?' Ning Aisyah bergelut dalam lamunannya.

Tak sengaja Ning Aisyah menabrak seseorang karena ia yang tak fokus.

"Aduh ... maafkan saya," ucapnya lalu menghentikan langkahnya.

"Tidak apa-apa, Ning," ucap Dinda sambil tersenyum.

"Ning Aisyah kenapa? Kelihatannya sedang memikirkan sesuatu?" tanya Dinda.

"Sebenarnya saya penasaran dengan santri putri yang di tatap begitu lama oleh Gus Ilham," ucap Ning Aisyah.

"Apa itu Arsyila?"

"Siapa Arsyila?" tanya Ning Aisyah.

"Itu loh yang bercadar terus mata dia berwarna biru," ucap Dinda.

"Bolehkah saya bertanya sesuatu tentangnya?"

"Boleh, dengan senang hati saya ceritakan semuanya," ucap Dinda penuh antusias.

Mereka pergi ke tempat yang sepi untuk mengobrol. Lebih tepatnya Dinda yang menjelek-jelekkan Arsyila di depan Ning Aisyah. Dinda ingin Ning Aisyah membenci Arsyila yang sudah mendekati Gus Ilham.

'Jika wanita yang bernama Arsyila memang bukan wanita baik-baik, maka aku tak akan pernah melepaskan Gus Ilham untuk bersatu dengannya,' batin Ning Aisyah.

Terpopuler

Comments

Miftahul Jannah Maulida

Miftahul Jannah Maulida

lanjut kak, di tunggu cerita selanjutnya 🥰

2023-10-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!